Sbsinews– Tanggal 31 Januari 2021 Organisasi berjuluk Nahdatul Ulama atau dalam terjemahan bebas berarti “Jalannya Pata Ulama” genap berusia 95 tahun. Tentu Jejak Relam NU didalam memperjuangkan dan mempertahankan eksistensinya tidak ringan.
Memang Sulit ditarik Kesamaan Gerakan NU yang Multi Dimensi dengan Gerakan Serikat Buruh. Namun keberpihakan keduanya dalam memperjuangkan nasib kelompok miskin menjadi titik temu. Karena itu Sejarah berdirinya Serikat Buruh Sejahtera Indonesia(SBSI) tak lepas dari dukungan NU. Sosok Almarhum. Gus Dur adalah Tokoh Besar NU yang turut melahirkan SBSI
Dengan dihadirkannya Gus Dur oleh Nahdhatul Ulama(NU) pada masa-masa merintis kelahiran SBSI hingga dideklarasikan pada tanggal 25 April 1992 membuktikan Peran NU memperkuat kehadiran SBSI.
Keterlibatan KH Abdurrahman Wahid menjadi Salah Satu. Tokoh Pendiri Serikat Buruh Sejahtera Indonesia tentu tidak serta merta, melainkan adanya tali jiwa antar sesama tokoh pergerakan untuk berbuat sesuatu demi Keberpihakan kepada Buruh yang justru tidak terlihat dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru kala itu.
Bagi (K)SBSI Memperingati harlah NU berarti mengapresiasi salah satu partisipan dalam peradaban modern. Seraya tetap menghargai jerih payah para ulama pendirinya, kita patut mengakui Gus Dur sebagai anugerah bagi NU kelompok tertindas dan bangsa Indonesia.
Kita merasakan Gus Dur tidak hanya berani namun juga Jenius. Salah satu bukti kejeniusan Gus Dur adalah memadukan ortodoksi teologis dengan kreativitas intelektual lintas mazhab dan menghadirkan NU tidak lagi semata-mata merepresentasi satu mazhab tapi menjadi spektrum pemikiran keagamaan yang relevan dan dinamis.
Meski menghadapi resistensi internal dan eksternal bahkan kepungan konspirasi, Gus Dur tak mundur sejengkalpun dalam melakukan transformasi diskursus pemikiran lintas mazhab demi menegakkan wasatiyah dan toleransi sebagai ciri khas NU.
(K)SBSI berpandangan Berkat revolusi pemikiran Gus Dur, banyak individu santri yang terdidik dalam lingkungan tradisional mengalami lompatan intelektual dengan kemampuan literasi tradisional dan literasi modern sebagai generasi pelanjut visinya.
Dalam arena wacana, NU tak hanya berhasil mensejajarkan diri dengan kelompok priayi pendukung ide Pembaharuan Islam yang digemakan oleh Afghani dan Abduh, tapi dapat dianggap melampaui capaiannya. Gus Dur tak hanya merespon dinamika pemikiran intra Sunni seperti Mu’tazilah, namun mengapresiasi filsafat yang berkembang dalam Syiah juga mengafirmasi jejaknya dalam kultur NU.
Meski Gus Dur telah wafat, ‘revolusi pemikiran’ ini masih berlangsung dan kadang menghadapi penentangan dari sebagian individu yang mempertahankan ‘teologi organik’ karena gagal menangkap visi dan proyeksi masadepan Gus Dur demi mempertahankan eksistensi NU di era pascamodern.
sejalananya Pemikiran didalam Pembelaan Kelompok tertindas, minoritas membuat NU tampil sempurna sebagai Ormas Modern namun tetap berakar pada Nilai-nilai tradisional didalam memperjuangkan kelompok -kelompok yang kerap mengalami persekusi dan ketertindasan.
Dirgahayu NU ke-95
Redaksi SBSINEWS
Andi Naja FP Paraga
-Pimred-