Berkesempatan ngobrol dengan Gusmawati Azwar SH satu dari empat orang Tim Konsolidasi DPP (K) SBSI sepanjang Pertengahan Oktober hingga Pertengahan November 2020 tentu sangat menyenangkan. Tim Konsolidasi ini adalah Gusmawati Azwar SH, Netty Saragih SH, Hendrik Hutagalung SH dan Andreas.
Untuk memudahkan perjalanan Tim menyewa mobil sebesar Rp7, 5 juta dan tentu mempersiapkan biaya penyeberangan Merak Bakauheni sebesar Rp600 ribu dengan persiapan konsumsi bensin dari kota ke kota bahkan dari provinsi ke provinsi sepanjang bentangan Pulau Sumatera. Perjalanan dari Bakauheni menuju Palembang via tol dengan waktu tempuh 5 jam. Setelah keluar dari Palembang barulah beristirahat dan Shalat tutur Gusmawati Aswar
Perjalanan pun dilanjutkan menuju Jambi tiba pada pukul 02.00 WIB Dini hari malam kedua perjalanan untuk bertemu Korwil (K) SBSI provinsi Jambi. Hanya beristitahat sejenak lalu melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat bertemu dengan 5 PK SBSI dengan tempat yang berbeda-beda. Disini kita punya DPC SBSI ya DPC SBSI Tanjung Rajab (Tanjab)” Ujar Pengacara cantik ini
Agenda di Tanjung Rajab ini sangat padat karena memang banyak masalah yang mesti dibenahi. Ada Agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPC TANJAB dengan DPRD tak bisa kami ikuti namun kami menyempatkan diri bertemu dengan Fraksi Golkar Kabupaten Tanjung Jabung dan balik ke Kota Jambi lagi. ‘Jangan tanya makan, mandi atau istirahat yang teratur karena pasti berantakan’ Ujar Gadis yang biasa dipanggil Gusma ini.
Perjalanan dilanjutkan menuju Pasaman Sumatera Barat karena di kabupaten itu SBSI memiliki PK di PT Bintang Tani Nusantara (PT BTN) sebuah perusahaan Perkebunan Sawit. Ada masalah yang tidak ringan yang dialami anggota SBSI dengan pihak perusahaan bahkan teramat berat. ‘SBSI dituduh Ilegal karena tidak dicatatkan, Pengusaha yang angkuh, Disnaker kaku yang berujung demo PT BTN tak terhindarkan selama 3 hari.
Banyak pelanggaran di PT BTN ini dari sistem kerja borongan, mempekerjakan anak-anak, THR untuk buruh dipotong, Upah dibawah UMR dan lain sebagainya. ‘Teman kita Ketua PK di-PHK, istrinya dipindahkan ke bagian yang tidak nyaman sementara anggota di intimidasi. Saya, Kak Netty, Bang Andreas dan Bang Hendrik menghadapi semua masalah ini tapi waktu kita sangat terbatas dan harus kembali ke Jakarta’ Ujar Gusma
DPC dan Anggota kita berikan Pendidikan BATRA dan BTC dengan waktu singkat dan tentu hasilnya tidak sebagaimana yang diharapkan. Ini perjalanan terumit tapi itulah Kewajiban bahwa Kepentingan anggota diatas segala-galanya. Tapi kami pasti kembali lagi kesana” Pungkasnya sambil menarik nafas panjang (ANFPP181120)