Jika kita telah disiapkan mimbar untuk berpidato atau meja untuk memberikan arahan tentu modal yang dibutuhkan adalah kemampuan menawarkan ide-gagasan saja dan memberikan arahan tentu bukanlah persoalan yang berat bagi seseorang yang terbiasa berbicara didepan umum. Kemampuan berbicara didepan umum adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan didalam sebuah kegiatan konsolidasi.
Konsolidasi berawal dari kata dasar SOLID bersifat kata Sifat, KONSOLIDASI adalah kegiatan mensolidkan hubungan satu dengan yang lain. Konsolidasi bersifat Kata Kerja. Namun setelah diindonesiakan kata konsolidasi bisa menjadi kata kerja’ mengkonsolidasikan’. Maknanya adalah sebuah kegiatan yang meliputi semua upaya untuk merekatkan, menyelesaikan masalah hingga memberi solusinya.
Jika demikian maka kerja – kerja konsolidasi adalah pekerjaan yang tidak ringan, tidak semudah kita datang memberi pidato dan arahan ditempat dimana kita diistimewakan. Konsolidasi bisa saja kita diberi pekerjaan mengurai masalah berat seperti mengapa sebuah PK, DPC, Korwil atau Federasi stagnasi. Apa masalah yang melatarbelakanginya sehingga ada sikap Disobidiyent(ketidakpatuhan). Tentu Sang Pemegang Amanat konsolidasi harus mampu mencari dan mengorek penyebabnya.
Karena itu tugas konsolidasi tidak bisa tidak harus turun kebawah dan menyediakan waktu yang tidak singkat. Bersiaplah mendengar keluhan dan pengaduan. Bersiaplah menjadi sasaran kemarahan dan penyesalan. Bersiaplah ikut menderita ditengah penderitaan yang sudah lama diderita oleh mereka yang menjadi bagian dari kehidupan dan tanggungjawab kita. Jangan berharap konsolidasi itu bisa berakhir dengan hasil yang baik jika hanya lewat komunikasi via alat elektronik. Bahkan tanpa berhadapan langsung dengan orang orang yang menghadapi masalah mustahil sebuah kegiatan konsolidasi itu berlangsung dengan baik.
Konsolidasi itu memang tidak ringan, akan tetapi tidak ada pilihan lain ketika kita menginginkan kebersamaan dengan sesama pengurus berlangsung panjang dan abadi. Konsolidasi dalam makna spritual dapat dikatakan Silaturrahmi dimana orang yang datang dan orang yang didatangi masing masing berniat untuk mengeratkan persaudaraan dalam berorganisasi.
Artinya dimarahi bahkan disesalkan tidak perlu menjadi sebuah ketakutan, bahkan sebisa mungkin merubah kekecewaan, kemarahan menjadi senyuman kegembiraan. Tak pelak banyak informasi yang tidak indah dikuping yang terpaksa harus kita dengar walaupun sangat mengagetkan bahkan menyakitkan. Tapi itulah resiko yang tidak bisa dihindari. Bersikaplah terbuka dan pandai-pandailah untuk tidak larut dengan emosional dilapangan.
Wassalam
Andi Naja FP Paraga