Membaca opini dengan judul RAPBN 2019 : Realistis, Adaftif hari ini di Harian KOMPAS, Sang Penulis menilai RAPBN 2019 sudah realistis dan adaptif dengan tetap berpihak pada rakyat khususnya kaum lemah.
Di RAPBN 2019, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,3%, lebih rendah dari asumsi APBN 2018 yang dipatok 5,4%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi ini memang tepat, mengingat sampai semester I-2018 ini pertumbuhan ekonomi kita baru mencapai 5,16%, yang disumbang oleh pertumbuhan di Triwulan I sekitar 5,06% dan pertumbuhan di Triwulan II sebesar 5,27%. Pertumbuhan di kuartal II yang lebih tingi dibandingkan kuartal I lebih didorong oleh konsumsi rumah tangga, mengingat adanya mometum Hari Raya, pencaian THR dan libur panjang. Tentunya perkiraan pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2019 ini juga harus tetap memperhatikan setiap variabel pertumbuhan ekonomi khususnya di kuartal I dan II 2018.
Relatif rendahnya pertumbuhan PDB di semester I ini disebabkan oleh sektor pertanian yang dalam tiga bulan pertama di 2018 hanya tumbuh 3,14 persen, jauh di bawah pencapaian pada periode yang sama di 2017 yaitu sebesar 7,15 persen. Dinamika di sektor pertanian ini memberi pengaruh terhadap PDB secara keseluruhan karena sektor ini merupakan kontributor terbesar kedua dalam pembentukan PDB yaitu sebesar 13,26%. Kontributor tertinggi pertama adalah sektor industri yang menyumbang 20,27%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih relatif lemah yaitu tumbuh di kuartal I-2018 sebesar 4,97%. Konsumsi rumah tangga sangat penting karena statusnya sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi, yang menyumbang 56,8%. Dengan data bahwa sebagian pekerja Indonesia bekerja di sektor pertanian, yang mencapai 30,46%, maka melambatnya sektor pertanian akan berpengaruh pada konsumsi rumah tangga.
Di sisi pembentukan modal tetap bruto (investasi), harga komoditas global yang lebih tinggi telah memacu investasi, terutama investasi permesinan, peralatan dan kendaraan bermotor, sehingga pembentukan modal tetap bruto tumbuh 7,95%. Investasi permesinan yang lebih tinggi membuat impor juga ikut meningkat, sehingga pertumbuhan impor dua kali lebih besar dari pertumbuhan ekspor.
Sementara itu di kuartal II-2018, aliran investasi yang masuk di kuartal II-2018 hanya tumbuh 5,87%, melambat dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 7,95%. Adapun penyebab melambatnya pertumbuhan investasi di kuartal II-2018 ini adalah karena soal perizinan, suku bunga (Suku bunga acuan sudah dinaikkan 4 kali menjadi 5,25% yang akan mempengaruhi suku bunga pinjaman), dan kondisi infrastruktur (untuk sementara direm dulu untuk mengendalikan import), ditambah persepsi Investor terkait tahun 2018 dan 2019 yang dipersepsi sebagai tahun politik, sehingga investor masih wait and see terhadap kondisi Indonesia ini. Hal ini juga bisa disebabkan karena Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonesia mengalami penurunan. ITB di kuartal II-2018 sebesar 112,82 menjadi 106,05 di kuartal III-2018.
Dari sisi Belanja Pemerintah, sepanjang kuartal I-2018 terjadi peningkatan realisasi Belanja Pemerintah sebesar Rp. 419,06 Triliun atau sebesar 18,87% dari pagu 2018 seebesar Rp. 2.220,7 Triliun. Jika dibandingkan dengan kuartal I-2017 realisasi Belanja Pemerintah hanya Rp. 400,4 Triliun atau 18,75% dari pagu 2017 sebesar Rp. 2.133,3 Triliun. Pertumbuhan ekonomi di kuartal II juga didukung oleh percepatan program pemerintah seperti belanja bantuan sosial. Belanja bantuan sosial yang di RAPBN 2019 meningkat 28,75%, dari Rp. 80 triliun menjadi Rp. 103 triliun, tentunya juga akan turut mempengaruhi belanja modal pemerintah.
Dari sisi Ekspor-Impor, nilai ekspor kuartal I-2018 sebesar 44,26 miliar dollar atau tumbuh 8,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Sementar nilai Impor lebih tinggi lagi yaitu mencapai 43,98 miliar dollar atau naik 20,12% dibanding kuartal I-2017.
Pemeritah tetap optimis di 2019 walaupun kondisi ekonomi belum stabil. Semoga dengan mempelajari kondisi yang terjadi di kuartal I dan II 2018, APBN 2019 bisa lebih berjalan dengan baik sehingga target 10 juta pembukaan lapangan kerja bisa tercapai, angka kemiskinan terus bisa diturunkan dan kesejahteraan terus ditingkatkan. Hal tersebut tentunya bisa tercapai bila perhelatan politik di 2019 bisa berjalan dengan damai dan demokratis.
Pinang Ranti, 29/8/2018: Timboel Siregar