Kuto Juang Nangah Pino 10 Nov 1946 – 10 Nov 2019
Kemerdekaan Indonesia direbut melalui perjuangan yg cukup panjang dgn tetesan darah dan nyawa yg tidak ternilai harganya. Presiden pertama Ir.Soekarno, mengatakan ,” Bangsa yg besar adalah bangsa yg mau menghargai jasa para Pahlawannya “.
Scara historis etnis Minangkabau ( Padang ) sudah sangat lama datang dan menetap di wilayah kab.Melawi ini, kira-kira awal abad XX bertepatan dgn puncaknya masa penjajahan kolonial Belanda, terkait dgn itu ada beberapa org Minangkabau ini yg menjadi tokoh agama serta menjadi motor penggerak perlawanan rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan khususnya di wilayah nangapinoh dan sekitarnya.
Salah satu nama adalah Bagindo Jalaludin Khatim, beliau lahir pada tahun 1906, di kampung Alahan Tabek, Basung sikucur kab.Pariaman sumatera barat dan wafat pd Tahun 1958 dimakamkan disana juga. Pendidikan terakhir beliau Di Madrasah Tarbiyah Islamiyah jaho Padang panjang Sumbar, tahun 1935 beliau berangkat dari Sumbar ke Kalbar kemudian sampai ke nangapinoh beliau menjabat sbg kepala Madrasah Tarbiyah Islamiyah Nangapinoh yg didirikan oleh Al ustadz Pakanudin yg setelah itu kembali ke Padang Sumateta barat.
Selama menjabat sebagai Kepala Madrasah beliau dibantu oleh Ustadz Ayub shalih, Ustadz B.Taparudin, Sutan Maksum yg semua itu berasal dari Sumbar.
Madrasah Tarbiyah tersebut berhasil mencetak siswa yg dapat dikemukakan , seperti ; Penghulu syahid, Sulaiman Nur, Guru sama, Bantut A.rahman, Abdul Gani, H.A.Bukhari, H.Umar mayah dan sebagainya,Madrasah tersebut tidak panjang umurnya dikarenakan serbuan balatentara Jepang ke Indonesia dalam Perang dunia ke ll .
Bagindo Jalaludin dikenal sebagai pucuk pimpinan Organisasi Pejuang Laskar Merah Putih yg diangkat oleh laskar-laskar pejuang Pada waktu itu secara aklamasi melalui rapat yang dihadiri oleh Tokoh-tokoh Pejuang , Antata lain : Ade M.Djohan , B.Jalaludin, B.M Aris, M. Nawawi, Usman Ando dan lain-lain.
Susunan pengurus, Organisasi Pejuang Laskar Merah Putih pd bulan April 1946, terdiri dari :
_ Ketua : Bagindo Jalaludin
_ Bidang penerangan/propaganda : M. Nawawi Hasan
_ Bidang pasukan tempur : M. Saad Aim
_ Badan penghubung ; Abang Patol
_ Bidang administrasi ; Abang Tahir, A.Yusman Badwi
_ Badan perlengkapan ; Usman Ando.
Terjadi perubahan susunan Pengurus pd bulan Oktober 1946, terdiri dari :
_ Ketua : Bagindo Jalaludin
_ Wakil ketua : M.Nawawi Hasan
_ Sekretaris 1 : A. Yusman Badwi
_ Sekretaris 2 : Usman Ando
_ Bidang pasukan tempur : M.Saad Aim
Pada 5 Nopember 1946 kapten Markasan datang dari Kalimantan tengah beserta anak buahnya berjumlah 5 orang datang ke Nangapinoh meminta agar pasukan pejuang Merah Putih segera memberontak sebab kota Nangapinoh pada waktu itu agak tenang hanya ada beberapa Polisi saja sedangkan tentara KNIL sedang bertugas.
Padal 10 Nopember 1946 pukul 24.00 , Pejuang Laskar Merah Putih dari Kampung Tanjung lai sebagai pusat komando melakukan penyerangan dan penyergapan pada benteng/tangsi Belanda yang berada di daerah tanjung antara sungai Pinoh dan sungai melawi.
Penyerangan itu dipimpin langsung oleh Bagindo Jalaludin yg disertai kurang lebih 38 orang anggota pejuang.
Kemudian esok harinya berkibarlah bendera merah putih dgn megahnya di halaman Benteng Belanda tersebut disambut semua rakyat dgn riang bergembira.
Malang tidak dpt ditolak mujur tidak dapat diraih , pada 15 Nopember 1946 siang hari waktu setempat tentara KNIL datang dari Pontianak dengan 3 buah motor Nirub. Kemudian tejadilah pertempuran sengit antara pasukan Merah Putih yg bersenjatakan karabain dan golok melawan KNIL yg menggunakan persenjataan modern serta memadai. Dari hasil pertempuran tersebut gugurlah beberapa pejuang ssebagai Kusuma Bangsa, nama diantaranya adalah : Unut, Hasyim, Djakfar, Yusuf, Basri, Sulaiman.
Mereka di makamkan di Taman Makam Pahlawan Nangapinoh kemudian oleh Kodim 1205 Sintang kerangka tulang mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di kota Sintang yg kemudian dipindahkan lagi ke Makam Pahlawan Menyurai Sintang.
Kemudian setelah itu semua laskar Merah Putih mundur masuk kedalam Hutan di hulu sungai Pinoh. Kapten Markasan ditembak Tentara KNIL di pondok ladangnya lalu Bagindo Jalaludin serta anak-anak dan Istrinya menyelamatkan diri masuk ke dalam hutan lari dari Pinoh yg didampingi oleh seorang laki-laki suku Dayak yg bernama Dayah sbg penunjuk jalan krena beliau sekeluarga diancam akan dibunuh.
Kampung-kampung yang dilalui beliau al bernama : Nanga kelawai, Sungai Mangat, Kayu baong, Nanga Sasak, Mancur, Entapang, Sapau (Kalteng), di daerah terakhir ini beliau ditangkap oleh tentara KNIL dari Kalimantan Selatan sdangkan anak-anak dan istri beliau kembali ke Kotabaru.
Bagindo Jalaludin langsung dibawa ke Banjarmasin kemudian diteruskan ke Jakarta di penjara dirumah tahanan Belanda ( Cipinang sekarang ini ) dan dari Jakarta selanjutnya dikirim ke Pontianak dan ditahan disana.
Setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda , pada tanggal 27 Desember 1949 Bagindo Jalaludin di bebaskan dari penjara kmudian beliau melakukan sujud syukur atas perjuangannya lalu melantunkan senandung sbb :
” DUA KALI PERANG TEBIDAH
NAGA PAYAK KUBU BELANSAI…
” KALAU DIKENANG MASA YANG SUDAH
AIR MATA JATUH BERDERAI…
Syair tersebut sering diulang oleh murid-murid beliau sebagai tanda syukur keHadirat Allah SWT Tuhan YME .
Al Ustadz Bagindo Jalaludin terakhir kali bekerja pada kantor KUA RI di Kabupaten Sintang Kepala Bagian Kepenghuluan mulai tahun 1951 s/d tahun 1957. Pada tahun 1957 ini juga beliau jatuh sakit dan menjalani perawatan di RSU di Sintang akibat dari sakit paru-paru yang beliau derita selama masuk hutan keluar hutan dan juga bekas-bekas lemparan batu dari kaki tangan Belanda selama di penjara Belanda di Cipinang Jakarta pada masa melawan penjajahan kolonial Belanda.
Setelah itu beliau ambil keputusan untuk pulang ke kampung halamannya di Pariaman Padang Sumateta barat bersama semua keluarganya kecuali anak beliau yg bernama Siti Zubaidah yg telah kawin dengan Ade Busran yang bertempat tinggal di Sintang ,dan beliau wafat disana pd tahun 1958 dalam usia 52 tahun yg di akibatkan oleh sakit yang terus menerus bertambah berat.
Demikianlah riwayat hidup singkat Bagindo Jalaludin Khatim sbg Veteran kemerdekaan Republik Indonesia yg telah menghabiskan umurnya utk Agama, Bangsa dan Tanah air Indonesia yg tercinta.
Disini kami sampaikan beberapa bait pertama kutipan lagu mars anak_anak Nanga Pinoh yg diajarkan oleh guru2 Sekolah utk mengenang jasa para pahlawannya dan sering dinyanyikan di rumah-rumah sekolah pd waktu itu.
“GERILYA NANGA PINOH DUA TIGA LUSIN…
“SENJATANYA ADA DU BELAS PUCUK KARABAIN
“SELAIN ITU PISAU DAN SIKEN…
“PEGHULUNYA ITU BAGINDO JALALUDIN….
DAFTAR REFERENSI :
• SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT MELAWI DAN SINTANG KALIMANTAN BARAT, Oleh ; Aspar, SE
• SEJARAH MENGENANG PERJUANGAN LASKAR MERAH PUTIH DI KABUPATEN MELAWI, Oleh ; Abdullah Sani Dkk
• CATATAN RIWAYAT HIDUP BAGINDO JALALUDIN KHATIM, Oleh; Anak-anak dan Sahabat dekat beliau.
Dikutip oleh
Andi Naja FP Paraga