Oleh: Jacob Ereste

SBSINews – Sikap nasionalis segenap warga bangsa Indonesia sungguh sedang diuji untuk ikut menyelamatkan tatanan kehidupan agar dapat terus berlanjut menuju masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera serta berkeadilan, tanpa harus kehilangan hak sebagai manusia yang merdeka.

Tekanan yang terus menerpa bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat, mandiri serta berkepribadian yang luhur, memang tengah digoyang oleh kekuatan asing yang tiada terkira nafsu serakahnya. Bangsa asing itu ingin menguasai Tanah dan Air serta semua kekayaan alam yang kita miliki dengan cara berdagang, buka usaha apa saja yang ada peluang di Indonesia serta memasukkan tenaga kerja sebanyak-banyak mungkin hingga lapangan kerja di negeri kita pun dapat mereka monopoli dan kuasai. Dengan cara itu pun sikap ketergantungan bangsa Indonesia bisa semakin terjerat dalam dominasi mereka. Tentu saja yang tak kalah penting adalah benturan budaya seperti yang sudah diperkiraan oleh Samuel P Huntintong sejak beberapa tahun silam benturan peradaban besar yang bakal terjadi adalah peradaban Barat, Cina dan peradaban Islam. Khusus untuk Islam tampaknya dalam konteks ini sangat mungkin representasinya adalah Indonesia. Karena Indonesia dengan bilangan jumlah penduduk 262 juta jiwa, 90 persen lebih beragama Islam.

Kecuali itu adanya fenomena gaduh dalam komunitas umat Islam di Indonesia secara tersamar adanya skenario besar untuk memecah belah persatuan dan ikatan antara umut. Satu aliran atau mazhab yang ada yang menjadi keyakinan bagi satu golongan terkesan sudah sering digunakan untuk memecah belah umat. Apalagi dengan penganut non Muslim. Sedikit saja ada yang tersenggol, ada saja pihak-pihak lain yang terus memanfaatkannya agar menjadi perkara yang bisa memperluas masalah.

Oleh karena untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang kuat, tidak bisa sedikitpun mengabaikan peran para kaum ulama dan tokoh agama apa saja yang ada di Indonesia. Sebab nilai kebhinekaan bangsa Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa di manapun di dunia ini.

Sikap nasionalis dan kesadaran bangsa Indonesia untuk melawan pasar bebas dan perang asimetris, harus dibangun dan disiapkan di semua lini kehidupan kita dari berbagai sektor dan bidang pekerjaan dan profesi, sehingga gerak perlawanan yang bersifat dan berskala nasional serta semesta, bisa membuahkan hasil yang nyata. Setidaknya bangsa dan negara Indobesia tidak semakin terperosok masuk dalam jebakan kolonialisme bangsa-bangsa asing.

Susahnya memang kita pun harus berhadapan dengan warga bangsa sendiri yang tidak kecil pengaruhnya sebagai antek-antek bangsa asing.

Banten, 20 Juni 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here