Nilai Tukar Petani(NTP) yang pada Awal Januari 2022 tercatat 108,67 atau naik 0,3℅ dibanding bulan sebelumnya. Airlangga Hartarto Menko Perekonomian bilang hal ini menunjukkan kalau petani menikmati keuntungan dari hasil produksi mereka.
Hal ini dibantah dengan alasan Pemerintah belum memberi Harga Eceran Tertinggi pupuk dan obat”untuk pertanian .karena kalau tidak ada HET orang jual pupuk dn obat bisa semaunya sendiri.Produksi meningkat harga pupuk dan obat tidak stabil tetap menjadi penyebab produktifitas berjalan ditempat bahkan mungkin merugi. Karenanya Tunjukkan NET harga pupuk dan obat yang tetap kalau pemerintah memang masih peduli dengan petani.
Barometer lain dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak(BBM) dn Sembako sangat terasa kalau hasil pertanian belum bisa dikatakan adanya kenaikan kesejahteraan (kaya). Orang”miskin masih harus berfikir keras untuk bisa bertahan hidup.
Jangan salah kata “Petani” itu punya tiingkatan seperti Petani Sawit,itu jelas Konlomerat.Petani Padi pun ada yang Korporasi Swasta.Petani Peternak juga Korporasi. Sementara Puluhan Juta Petani Kecil yang miskin melarat saat ini sekarat tidak .ampu memenuhi Kebutuhan hidup akibat harga Pupuk dan lain-lain. Disamping itu mereka terjepit akibat desakan Kapitalis sehingga mengakibat kan Petani Kecil tersebut kehilangan Bantuan Pembinaan dari Pemerintah.
NTP adalah salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan pertani dengan membandingan produk yang dihasilkan/dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi atau untuk konsumsi rumah tangga petani.
Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mencatat kenaikan NTP sebanyak 0,3 persen pada Januari 2022. Peningkatan ini juga dipengaruhi sama beberapa harga komoditas seperti adalah gabah, kelapa sawit, ayam ras dan kopi membaik.
Bisakah barometer perbaikan kesejahteraan petani naik hanya dengan mengacu pada pandangan Biro Pusat Statistik(BPS) lalu pemerintah abai menghitung dampak kenaikan harga pupuk dan obat – obatan ditambah lagi pengaruh Kenaikan BBM. Sepertinya BPS perlu menghitung ulang.
Andi Naja FP Paraga
Pemred SBSINEWS