Dalam Sejarah Hari ini dalam kalender Hijriah bertepatan dengan tanggal 13 Rajab 1441 H. Diriwayatkan bahwa pada tanggal tersebut telah lahir seorang manusia agung yang di sepanjang usia kehidupannya dipenuhi dengan pengorbanan, kepahlawanan, kesetiaan, kebijaksanaan, keilmuan, kezuhudan, keadilan, dan kemanusiaan.
Dia dilahirkan di dalam Baitullah yang suci dari rahim wanita mulia bernama Fathimah binti Asad, sehingga disebut sebagai Putra Ka’bah. Ayahnya bernama Abu Thalib, paman dari Nabi Muhammad Saw, yang di dalam sejarah Islam dikenal sebagai pelindung dan pembela setia Rasul Saw dalam menyampaikan dakwahnya. Dia adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu dari Nabi Saw.
Sejak Rasul Saw mendapat perintah dari Allah Swt untuk menyampaikan dakwahnya, yang diawali pada kerabat terdekatnya, tidak ada satu pun dari mereka yang bersedia untuk menyambut seruannya. Hanya Ali, yang kala itu baru berusia sekitar lima belas tahun, yang dengan lantang menyatakan, “Wahai Nabi Allah aku siap mendukungmu.” Dan pada peristiwa itulah Nabi Saw berkata, “Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifahku di antara kalian. Dengarlah kata-katanya dan ikut dia.”
Jadi dari awal kehadirannya di bumi ini, Ali adalah orang paling dekat dengan Rasulullah Saw. Pada hari kelahirannya begitu Fathimah binti Asad keluar dari Ka’bah, bayi suci yang lahir dalam keadaan bersujud itu, langsung di sambut oleh Nabi Saw. Dan sejak usia empat tahun, Ali tinggai di rumah Nabi dan isterinya Khadijah, sehingga ia dipelihara dan di didik langsung oleh manusia paling agung itu.
Dalam kata-katanya sendiri selama masa sepuluh dalam pemeliharaan Nabi Saw itu, Ali berkata: “Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertainya kemana pun ia pergi seperti anak unta setia mengikuti induknya. Tiap hari ia mengajariku tambahan pengetahuan dari akhlaknya dan memerintahkan aku mengikutinya agar mencontohnya. Di hari-hari tertentu setiap tahunnya, ia pergi menyendiri di gua Hira. Dan aku melihatnya, sementara tidak ada seorang pun melihatnya selain aku. Pada saat itu tidak ada satu pun rumah tangga yang terikat dalam Islam selain Rasulullah Saw dan Khadijah serta aku – yang ketiga setelah keduanya. Dan akupun menyaksikan sinar wahyu dan kerasulan, menghirup pula semerbaknya kenabian.”
Karena itu, tak perlu heran kalau kemudian kita dapati di antara pada sahabat Nabi Saw, Ali adalah seorang yang paling luas dan mendalam ilmunya, serta memiliki akhlak yang begitu mulia sebagaimana akhlaknya Rasulullah. Berkenaan dengan keluasan ilmunya dan kefasihan kata-katanya yang begitu indah dan mendalam maknanya itu, kemudian dikumpulkan dalam sebuah kitab oleh Syarif Ar Radhi, yang bernama Nahjul Balagha. Kitab tersebut kemudian diberi syarah oleh beberapa ulama besar, seperti Syèkh Muhammad Abdul dan Ibn Abi al Hadid. Karena pengaruh kitab itu juga, George Jordac, seorang sastrawan dan penulis beragama Kristen dari Lebanon, terinspirasi dan menulis bukunya “Al Imam Ali Shaut al Adliyah Insaniyah” (Imam Ali Suara Keadilan Kemanusiaan). Dan menyatakan dirinya, meski beragama Kristen, sebagai pengikut Ali.
Penulis : Andi Naja FP Paraga