Oleh: Andi Naja FP Paraga
SBSINews – Iman memang tidak tandus apalagi gersang dikala seluruh dunia dihajar Pandemi Covid – 19 karena rumah-rumah ibadah masih terisi oleh Para Penyembah Tuhan. Sinagog, Gereja, Kuil hingga Masjid terlihat kumpulan kecil penyembah masih hadir dengan protokol kesehatan sepatuhnya. Saya tidak mengatakan ketat karena rumah ibadah bukanlah tempat yang mesti diketat-ketatkan.
Tapi ada Kekeringan Spritualitas yang terasa dimana-mana. Hal itu terlihat dari buah fikiran yang terlontarkan dan dari budi pekerti yang tertampakkan. Dua hal ini semakin menunjukkan perubahan kearah degradasi.
Buah Fikiran yang terlontarkan adalah barometer spiritualitas seseorang yang dihasilkan oleh hati dan otaknya. Ketika buah fikiran cemerlang maka hati dan otak seseorang dipastikan memiliki spiritualitas yang stabil. Namun ketika terjadi sebaliknya dimana buah fikiran tak lagi menunjukkan kestabilan emosional, pendapat yang ngelantur, bahasa penuh sindiran maka sesungguhnya degradasi spiritualitas sedang terjadi. Ibarat lahan maka iman sedang mengalami kekeringan.
Budi Pekerti yang tertampakkan kepada sesama manusia juga mengalami kekeringan. Bantuan Sosial mulai langka dan selera berbagi terlihat menurun. Ada yang berkali-kali menerima bantuan tapi ada juga yang meradang karena samasekali tak pernah menerima bantuan. Yang berkelebihan ada ketakutan untuk berbagi akibat kekhawatiran pandemi akan panjang bahkan hingga penghujung 2021. Budi Pekerti berubah dari stabil menjadi tidak stabil.
Covid – 19 nampaknya berhasil mengeringkan jiwa sebagai lahan iman yang subur. Spiritualitas seperti daun menguning yang mengering. Jangankan disentuh jatuh tertiup angin sepoi pun terkoyak. Pedagang kelapa muda yang biasa bersedekah nasi bungkus setiap hari, kini membagi air kelapanya pun berhitung.
Kekeringan Spritual melanda Para Juru Debat diruang-ruang diskusi. Banyak sekali yang tak merasa apa yang ia lontarkan adalah sesuatu yang dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan dan Manusia. Kalimat yang terlontar memang bertuan tapi tak bertuhan
Kemarau Spiritualitas membutuhkan air yang lebih banyak. Siraman Rohani berikut pupuk-pupuknya sangat dibutuhkan. Kita butuh rohaniawan yang bisa menjawab kekeringan ini dengan Wahyu/Firman Tuhan yg tidak lagi dikhutbahkan/diceramahkan akan terapi dilabuhkan, dijangkarkan, ditambatkan jauh kedalam palung nurani.
Covid – 19 tak bisa dihalau untuk pergi apalagi dijaring lalu ditempatkan pada Coldstroge Besar. Covid – 19 sepertinya sudah masuk dalam lipatan pakaian didalam almari bahkan mungkin ada pada masker yang kita anggap bersih. Covid – 19 mungkin sudah ada dalam HP Android yang digunakan sehari-hari sehingga tak mungkin lagi diusir. Corona sepertinya tak mau pergi sebelum tugasnya selesai. Corona bukan jailangkung yang diundang datang dan minta diantar pulang.
Kita Perlu Kran Besar dan Kecil dimana-mana untuk mengakhiri kekeringan Spiritualitas ini. (160720)