KEANGKUHAN BUNG KARNO

Ini terjadi pada saat Sidang Umum PBB
di New York, 29 September 1960. Suatu pagi,
ketika Bung Karno membolak-balik
koran New York, alangkah kagetnya
si Bung Besar ini karena tidak melihat
potret dirinya di samping tokoh-tokoh
dunia lainnya. Bung Karno sangat marah,

Dengan nada keras ia bertanya,
“Saya lihat potret Nehru!
“saya lihat potret Tito!
“saya lihat potret Castro!
“tapi saya tak lihat potret Bung Karno?

Sialan!

Ini demontrasi sikap tidak
menghormati Indonesia. Kamu, Subandrio dan Sukarjo,
apa saja yang kalian kerjakan?”. Kemarahan Bung Karno ini reda,
ketika sepertiga halaman New York Times,
edisi 30 September 1960 memuat pidato
dirinya berjudul “To Built The World A New”.

Banyak ahli menilai dan setuju,
justru sikap dan perilaku Bung Karno
yang tampak sangat angkuh itu yang
menjadikan dirinya sosok pujaan rakyat. Mengapa?
Sebab dalam sosok flamboyan Bung Karno,
rakyat kebanyakan melihat potret
diri mereka sendiri, yaitu personifikasi
kebangkitannya menjadi bangsa berdaulat,
bebas merdeka dan penuh harga diri.

Bung Karno adalah titik balik dari potret kehidupan rakyat yang selama tiga ratus lima
puluh tahun tertindas oleh kekuasaan asing, tanpa kebanggaan dan
harga diri sama sekali.

Dengan demikian,
Bung Karno adalah Icon (gambar/simbol)
dari bangsa Indonesia itu sendiri.

Sumber: Religi dan Religiusitas
Bung Karno-Bambang Noorsena.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here