Ngumpul Bareng Pasca Munas SBSI
JAKARTA SBSINews – Peserta Musyawarah Nasional Serikat Buruh Sejahtera Indonesia(MUNAS SBSI) 2019 dari Sulawesi Tengah adalah saksi dan korban hidup yang merasakan Tsunami dan Likuifaksi yang menimpah daerah mereka pada November 2019 yang lalu. Mereka masih trauma dengan peristiwa alam yang nyaris menghabisi keluarga dan harta mereka. Namun Tuhan yang Maha Kuasa berkehendak lain.
Mereka adalah pengurus Seikat Buruh Sejahtera Indonesia dari Korwil SBSI Sulawesi Tengah serta beberapa Dewan Pengurus Cabang(DPC) termasuk dari Kabupaten Palu dan Kabupaten Donggala. Usai Musyawarah Nasional SBSI mereka berkumpul di Sekretariat DPP SBSI Tanah Tinggi II No.25 Jakarta.
“ Demi Tuhan semoga Tsunami dan Likuifaksi itu tidak terjadi lagi kapanpun dan dimanapun karena menurut saya itu peristiwa alam yang paling aneh dan sangat mengerikan. Hanya dalam waktu sepuluh menit saja kami kehilangan segalanya baik kehilangan saudara, keluarga bahkan harta-harta kami,” Ujar Henry Hutabarat Ketua Koordinator Wilayah SBSI Sulawesi Tengah.
Henry juga menerangkan bahwa ketika peristiwa itu terjadi ia sedang memimpin rapat Koordinasi penanganan kasus – kasus hukum yang dihadapi SBSI di Wilayahnya.
“Saat itu usai adzan terjadi gemuruh Tsunami yang sangat besar dan menghajar pantai yang tidak jauh dari sekretariat SBSI. Kami berlarian keluar dan menyelamatkan diri dan saat bersamaan listrik dan jaringan telpon seketika lenyap. Sungguh hingga saat ini saya masih trauma dan maaf saja jika saya berada digedung berlantai dua keatas seolah olah sedang gempa ,” lanjut Hendry.
Ismanto Hasan adalah salah satu Ketua DPC SBSI juga menuturkan bahwa mereka rumah – rumah kostruksi beton dan pepohonan bergerak dan bergeser bersama tanah yang bergerak dan berpindah posisi.
” Kami menyaksikann rumah berkonstruksi batu bergerak bersama tanah dibawahnya meninggalkan tempatnya semula,begitu pula pepohonan, gunung, hingga sawah-sawah. Pergeseran itu telah membuat semuanya berantakan bahkan tidak sedikit keluarga kami menjadi korban penggeseran tanah dan seketika mereka menghilangkan ditelan tanah. Saya tidak mungkin bisa berbuat apa apa untuk mereka karena saya harus menyelamatkan istri dan anak – anak saya,” Ujar Ismanto Hasan sambil menahan rasa duka hingga terlihat warna merah pada raut wajahnya dan air matanya menetes seketika.
Tak beda dengan kisah kedua temannya yaitu Ahmad Ketua DPC SBSI Donggala berujar bahwa menceritakannya kembalipun Dia merasa tidak kuat, seakan memutar kembali kejadian dasyat itu yang melululantakan semua yang ada dibumi Sulawesi Tengah.
” Saya tidak kuat menceritakannya karena seolah – olah hadir kembali kejadian tersebut didepan mata saat ini. Tak ada satupun yang bisa saya selamatkan selain istri dan anak saya serta harta kami, hanya pakaian yang melekat dibadan saja. Rasanya hanya keberuntunganlah yang membuat kami hidup sampai sekarang ini. Saya tidak bisa menceritakannya kembali, cukuplah. Bapak bayangkan seperti yang bapak lihat di televisi dan video yang terkirim di media sosial, begitulah keadaan sesungguhnya,” ujar Ketua DPC SBSI Kabupaten Donggala.
“ Pastinya kami baru sedikit merasakan ketenangan setelah listrik mulai hidup dan jaringan telpon sudah berfungsi kembali. Barulah kami berusaha berkomunikasi terutama mencari tau apakah Pengurus dan anggota SBSI ada yang menjadi korban. Ternyata cukup banyak yang menjadi Korban Tsunami dan Likuifaksi dari Keluarga SBSI. Kami tidak punya uang sedikitpun dan untuk mencari informasi lebih banyak tentang teman – teman Saya terpaksa menghutang bensin untuk mobil kami dan saya bersyukur karena pemilik SPBU adalah teman kami juga,” tambah Henry Hutabarat.
Kami redaksi SBSINews tak kuasa bertanya lebih jauh lagi karena tidak ingin menambah kesedihan mereka. Namun Doa dan harapan kami dan keluarga besar SBSI di seluruh tanah air semoga mereka tetap semangat memulai hidup mereka kembali dan terus berjuang menata kehidupan mereka. (ANFPP 17/01/19)