“Keadilan tak pernah ada di dunia kecuali kelak saat kau berada di hadapan Tuhan” (Kalimat Isa Al Masih)

Ada sebuah adigium dalam filsafat hukum, “keadilan tertinggi berada pada ketidak adilan yang tertinggi”

Bagaimana ini?

Namanya Michael Morton, seorang pekerja kantoran di daerah pinggiran Austin, AS.

Menikah dengan satu anak perempuan lucu umur sekitar 5 tahun.

Besok sore sepulang nya dari kantor dia panik melihat banyak polisi di rumah nya. Istri nya tewas dengan tembakan di jantung nya. Tapi anak nya selamat dan langsung di bawa oleh nenek nya.

Dan tersangka kuat nya mengarah kepada Morton. Salah satu indikator nya, Morton menulis surat catatan di kertas yang di selipkan di bawah bantal istri nya saat ke kantor.

Isinya: “sayang aku sangat mencintai mu. Sayang sekali semalem kita tak sempat bercinta padahal aku sangat menginginkan nya” dan polisi menduga ada kekesalan mendalam pada Morton akibat tak terlampiaskan hasrat nya itu.

Alhasil putusan jaksa wilayah menuntut dia penjara 25 tahun. Semua upaya hukum yang di lakukan nya gagal.

Sekitar sepuluh tahun berada di penjara, ada kasus pembunuhan terjadi dan polisi mengumpulkan alat bukti hingga sidik jari di semua ruangan.

Ada fakta menarik: sidik jari yang ditemukan pada kasus kedua itu mirip dengan sidik jari yang ditemukan di rumah Morton. Masalah timbul karena jaksa wilayah tidak ijinkan barang bukti di ambil pada departemen penyimpanan barang bukti. Satu Wewenang yang memang di miliki oleh jaksa wilayah. Kasus itu mentok disana.

Beberapa tahun kemudian, ternnyata pembunuh asli nya menyerahkan diri ke aparat dan Morton di bebaskan setelah belasan tahun di balik terali besi.

Ada lagi fakta yang lebih ironis lagi saat jaksa wilayah menegaskan bahwa sebetul nya dia miliki bukti lain yang bisa meringankan hukuman Morton bahkan bisa membebaskan nya terkait keterangan nenek anak nya bahwa suatu saat nenek nya bertanya siapa yang menembak ibunya dan si anak menjawab: “Alien besar…” Nenek nya kembali bertanya: “apakah itu ayah mu?” Sang anak menjawab: “bukan. Itu bukan ayah ku…”

Setelah Morton bebas, dia menulis buku tentang kisah nya “Getting life” (2014)

Tahukah anda apa yang terjadi dengan jaksa wilayah itu? Dia diangkat menjadi hakim wilayah. Satu Posisi yang lebih tinggi oleh pemerintahan federal.

Memang dari kasus Morton itu ada beberapa ketentuan tentang ijin pemeriksaan barang bukti dan atau semacam itu tidak lagi berada di tangan jaksa wilayah.

Artinya polisi dan atau korban bisa bebas mengakses barang bukti terkait jika di butuhkan.

Gubernur Texas, Rick Ferry, tanggal 16 Mei 2013 mengesahkah undang undang terkait Freedom of Information Act (FIA) itu dengan menisbahkan pada nama Michael Morton (Michael Morton Act)

“Kelak kalian akan datang satu satu kepada KU seperti dulu saat kalian KU ciptakan..” (Al Qur’an)

Redaksi SBSINEWS
23 April 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here