SBSINews – Sore kemarin (Jumat 4/10) redaksi SBSINews menerima kiriman di WA dari Washington, SH. aktivis SBSI Deli Serdang.
Tulisan ini sangat menggugah, seperti mengingatkan pada siapa saya yang mau merenungkannya.
Pesann – pesannya puitis itu ditulis seperti ini ;
Ketika ada dan punya kesempatan, pergilah bersama teman – teman lamamu meski cuma untuk berkumpul bukan sekadar makan-makan dan minum serta bersenang-senang belaka, tetapi ingatlah waktu hidup kita semakin singkat. Maka dari itu, bangunlah konstruksi persaudaraan yang kuat dan bagus. Sehingga jalinan persaudaraan itu menjadi indah.
Mungkin lain waktu kita tidak lagi akan bertemu. Mungkin lain waktu kita sudah semakin susah untuk berjalan.
Menghabiskan sebagian waktu dengan teman-teman atau sahabat akan membuat hidup lebih sehat secara mental dan fisik. Mungkin juga meliputi spiritual kita.
Umur itu seperti es batu. Dipakai atau tidak dipakai dia akan dilumat waktu. Waktu akan tetap mencairkannya dan kemudian berakhir. Mati ! Lenyap ditelsn bumi. Denentara kehulidupan toh tetap berlangsung.
Begitulah hidup dan umur kita. Digunakan atau tidak digunakan, kita semua akan tetap terus menua, berkurang umut kita. Dan akhirnya kembali ke hadirat Illahi Rabbi.
Tersenyum dan berfikir positif ketika usia mssuk ke waktu sore. Ibarat air yang mengalir, usia tidak akan pernah surut ke belakang. Ia tak mungkin berbalik arah melawan arus. Begitulah sunnatullah. Ia tak mungkin berbalik arah melawan putaran waktu yang terus maju dan berjalan. Tak pernah berhenti. Begitutlah diri kita, tidak mungkin dapat berbalik menjadi muda lagi, sekalipun keinginan dan semangat kita segede gunung. Karena yang lebih besar itu adalah milik Yang Maha Kuasa. Bukan milik kita.
Karena yang pasti itu bagi kita adalah menjadi tua, sakit – sakitan dan mati.
Maka jalani saja hidup ini dengan ceria, sabar dan santai. Janganlah suka mau menang sendiri, sementara orang lain selalu salah. Terimalah untaian rasa persaudaraan yang merentang di sepanjang jalan. Jangan pernah mengeluh atau membenci. Apalagi dengki.
Karena hidup ini terlalu singkat untuk selalu merasa benar sendiri. Meski kelak kita akan mati dan sendiri, jangan pernah merasa telah menjadi orang yang paling benar dan juga mementingkan diri kita sendiri. Karena hilangnya seorang sahabat itu hakikatnya adalah hilangnya daya hidup kita filosofis sifatnya
Karena itu jangan pernah membuang sahabat, hanya cuma karena tak sepakat.
Suatu keburukan teman tidaklah terus bererti hilangnya semua kebaikannya. Sebab kemuliaan kita yang bijak adalah mau memahami dan memaafkan kawan yang selalu kita anggap sejati itu.
Tak ada salahnya memperbanyak waktu untuk berkumpul, tak hanya dengan kerabat dan sahabat atau dengan teman dan saudara saudara kita sendiri. Demikianlah essensinya silaturrahmi. Sebab waktu kepergian kita pun tak pernah bisa diprediksi. Padahal kepergian itu kelak tak mungkin kembali.
Siapa tahu mereka nanti akan menjadi penolong kita di akhirat. Maka itu buanglah sifat egois dan iri hati atau sekedar mau menang sendiri. Apalagi bersikap dan bersifat dengki.
Kita harus menerima kekurangan dan kelebihan dari sahabat dan kerabat serta handaitaulan kita. Sebab kita patut berterima dengan apa adanya, bukan karena ada apanya. Sebab untuk dapat menikmati semua waktu dan kesempatan saat bercengkrama atau waktu bersenda gurau itu. Dan harganya sangat mahal.
Oleh karena itu harga dari semua perbedaan itu juga yang menjadi bagian dari keunikan dan keindahan persahabatan dan persaudaraan yang luhur nilainya tiada tara. Kita bisa saling percaya pada semua kemampuan serta keikhlasan teman-teman semua karena kita pun ikhlas dan jujur tanpa prasangka – prasangka buruk.
Kita patut menjaga perasaannya, menutupi semua aibnya, dan membantu ketika dia terjatuh, Sediakan bahu ketika dia menangis.
Tepuk tangan dan kegembiraan ketika dia sukses. Sebut namanya dalam setiap doa kita seperti doa untuk anak dan istri serta cucu hingga menantu kita.
Bertemanlah dengan hati yang baik dan tulus, karena dengan begitu kebaikan akan kembali kepada kita lebih banyak.
Banten, 5 Oktober 2019
Selamat malam dari sabahatmu Jekso.Juntak Amplas
Tulisan ini sudah disempurnakan seperlunya dengan tetap menjaga otentisitasnya. Red