Oleh: Bisri Musthafa
SBSINews – Kolonialisme, imperialisme oleh penjajah barat adalah upaya penguasaan dan eksploitasi terhadap sumber daya manusia dan sumber kekayaan alam, limbah yang diakibatkannya hanya menyisakan puing – puing kehancuran, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan luka penderitaan mendalam secara fisik maupun mental bagi bangsa terjajah.
Para ulama besar, pahlawan pejuang perintis kemerdekaan dan segenap rakyat Indonesia telah mengalami penderitaan pahit getirnya akibat penindasan berkepanjangan dari kaum penjajah Barat.
Dengan pengorbanan harta, jiwa dan raga, tetap gigih berjuang mengusir penjajah dan memerdekakan bangsa dan negaranya dari cengkeraman kaum penjajah Barat yang bengis dan kejam, pengadudomba dan pemecah belah bangsa, membunuh, merampas hak – hak hidup rakyat.
Kaum penjajah Barat yang memiliki budaya dan kebiasaan mengenakan pakaian jas pantalon dan dasi tersebut, selain memiliki watak dan sifat agresor juga merasa sebagai bangsa klas satu sehingga memandang rendah terhadap bangsa – bangsa terjajah.
Para pejuang kemerdekaan yang telah tertanam kebencian dan kemarahan terhadap perilaku bengis dan kejam kaum penjajah Barat, hingga jas pantalon dan dasi yang biasa dikenakannyapun turut serta dibencinya dan bahkan diharamkan untuk dikenakan, adalah suatu hal yang wajar dan tidak dapat disalahkan sebagai reaksi dan sikap politik.
Semewah apapun jas pantalon dan dasi yang dikenakan oleh para kaum penjajah Barat, tidak ada nilai baiknya sama sekali bagi rakyat terjajah seperti rakyat Indonesia.
Antipati terhadap jas pantalon dan dasi sebagai bentuk nyata ekspresi rasa kebencian, penolakan dan perlawanan terhadap kaum penjajah Barat pada masa penindasan.
Kebencian, penolakan dan perlawanan yang sesunghuhnya adalah ada pada perlakuan bengis dan kesewenang – wenangan kaum penjajah Barat terhadap bangsa terjajah.
Demikian juga yang sedang terjadi pada saat ini di era Pemerintahan Presiden Jokowi, tidak salah bila rakyat dan seluruh elemen kekuatan bangsa Indonesia sepakat dan secara bersama – sama membenci dan mengutuk kelompok kaum cadar, celana cingkrang, jidat gosong dan jenggot.
Melawan dan memerangi musuh Islam tetapi dengan menggunakan dan menjalankan strategi dan agenda politik musuh Islam.
Sebagai akibat pemahaman dan penerapan ajaran agama yang salah dalam memandang kehidupan berbangsa dan bernegara, telah menjadikan kelompok kaum cadar, celana cingkrang, jidat gosong dan jenggot, taklid buta hingga rela menjadi operator penghancur bangsa dan negaranya sendiri. Menjadi kaki tangan kepentingan konspirasi asing Amerika Serikat dan Barat yang bertujuan ingin menguasai sumber kekayaan alam dan potensi perekonomian Indonesia. Seperti halnya yang telah terjadi di Negara Iraq, libya, Suriah dan beberapa negara di kawasan Timur Tengah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kelompok kaum cadar, celana cingkrang, jidat gosong dan jenggot, sebagian besar telah terbukti melakukan gerakan politik memecah belah umat Islam dan elmen kekuatan bangsa Indonesia yang mengarah kepada terciptanya disintegrasi bangsa.
Esensi persoalan sebenarnya bukanlah pada Islam sebagai agama, cadar, celana cingkrang, jidat gosong, maupun jenggot. Akan tetapi ada pada sikap perilaku dan gerakan politik mengatas namakan agama, oleh konspirasi Yahudi, Inggris dan Barat sebagai pencipta Islam Wahabi melalui tangan kelompok kaum bercadar, bercelana cingkrang, berjidat gosong dan berjenggot.
Agama dimanipulasi sebagai alat pembenar agenda politik busuk merebut kekuasaan dari pemerintahan konstitusional dan bertujuan ingin menghancurkan dan mengamandemen NKRI menjadi negara Khilafah.
Khilafah menjadi komoditas politik utama untuk menipu umat Islam dan pemerintah. Khilafah dipaksakan untuk diyakini sebagai ajaran Islam dan sistem pemerintahan Islam, sekalipun faktanya di muka bumi ini tidak ada satupun negara dengan bentuk dan sistem pemerintahan Khilafah. Bahkan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam, dalam membangun dan mendirikan Madinatulmunawarah tidak berdasarkan Khilafah, tetapi atas dasar Piagam Madinah yang mengakomodir dan mempersatukan Penduduk Madinah yang berbeda – beda suku, agama, ras, golongan, secara bersama – sama sepakat membangun dan memajukan Madinah.
“Konspirasi Yahudi, Inggris dan Barat telah memanipulasi Islam sebagai agama dengan menciptakan Islam Wahabi” untuk diperankan oleh umat Islam yang kearab – araban tetapi tidak memiliki kemampuan memahami Islam sebagai agama yang rahmatanlil” alamin, merahmati bagi seluruh kehidupan alam, justeru menjadikan sebagai penghancur Islam dari dalam dan alat agresi merebut kekuasaan.
Kelompok kaum cadar, celana cingkrang, jidat gosong dan jenggot,
telah gelap mata dan tuli telinga, kehilangan hikmah dalam beragama sehingga tidak sanggup melihat fakta dan kenyataan, bila NKRI tempat mereka hidup dan berlindung, dibangun dan berdiri diatas dasar Panca Sila, Konstitusi UUD 1945 dan kebhinekaan, pluralitas dan heterogenitas terdiri dari berbagai keberagaman suku, agama, ras, antar golongan, dll yang merupakan sunatullah yang tidak dapat diingkari dan dinafikkan.
Sudah terlalu banyak perilaku biadab dan bengis dalam gerakan politik praktis maupun secara laten terselubung oleh kelompok kaum cadar, celana cingkrang, jidat gosong dan jenggot, merongrong NKRI :
1. Menuduh Indonesia sebagai Negara thaghut, berpenduduk kafir, harus diperangi dan halal darahnya untuk dibunuh.
2. Memecah – belah umat Islam yang telah lebih dahulu ada di Indonesia dan elemen kekuatan bangsa Indonesia.
3. Melakukan adu domba, propaganda, provokasi busuk dan menebar rasa kebencian terhadap Pemerintahan Presiden Jokowi.
4.Melakukan upaya – upaya mendelegitimasi pemerintahan konstitusional.
5.Membuat kerusuhan, kekacauan, huruhara dan separatis yang mengancam disintegrasi bangsa.
6. Melakukan pengeboman dan bom bunuh diri di beberapa wilayah di tanah air.
7. Menuduh Pemerintahan Presiden Jokowi sebagai Rezim PKI, pemerintahan dzolim, memusuhi ulama dan umat Islam.
8. Pengerahan masa secara besar – besaran dan demo berjilid – jilid untuk menjatuhkan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta dan Jokowi dari kursi presiden.
9. Berteriak kriminalisasi ulama, takbir, Khilafah, dan 2019 ganti presiden.
10. Mengusung narasi membela gerakan ISIS dan berbagai organisasi radikal trans nasional berbasis Islam Wahabi.
11. Berencana makar dengan merancang pembunuhan beberapa pejabat tinggi negara dan menyiapkan bahan peledak.
12. Berupaya menciptakan situasi chaos, dengan memancing – mancing aparat keamanan untuk bertindak represif terhadap pendemo dan gerakan masa.
13. Upaya pembunuhan dan penusukan terhadap Jendral (Purn) Wiranto.
14. Penggalangan dana dari masyarakat dengan mengemas isu bencana alam, sosial, kemanusiaan dan keagamaan (zakat, anak yatim, wakaf, Palistina, Rohingya, eighur, dll) dengan sangat agresif memasang poster, sepanduk dan baliho di setiap sudut – sudut kota hingga pelosok tanah air dan iklan di media sosial maupun media meanstream, lengkap dengan nomor rekening bank penampung dana.
15. Telah puluhan tahun sejak Rezim Orde Baru Soeharto hingga sekarang secara laten berkesinambungan membangun jaringan dan sel – sel tidur di berbagai lini sektor strategis lembaga pemerintah maupun swasta. Di dunia pendidikan misalnya, membangun dan mengembangkan jaringan pondok pesantren berlabel modern, berafiliasi pendanaan dan beasiswa ke Timur Tengah, untuk menggusur pesantren yang telah ada di lingkungan umat Islam Nahdziyin. Sekalipun pesantren modern hanya mampu melahirkan alumni cendikiawan – cendikiawan muslim, ilmuwan Islam. Bukan ulama. Ya, bukan ulama ahli hikmah. Seperti sekelas Amien Rais, Din Syamsuddin, Hidayat Nurwahid, Bahtiar Natsir PA 212, UAS, pimpinan pesantren modern yang telah memprovokasi para santrinya dengan blue shoes can’t, sepatu biru tidak bisa apa – apa, dll yang telah ramai – ramai teriak membenci, mengfitnah dan berusaha ingin menggulingkan pemerintahan presiden Jokowi. Sekolah umum dengan label islam terpadu, dimaksudkan alumninya bisa masuk ke perguruan tinggi negeri berkualitas yang didanai oleh pemerintah melalui APBN, dan tembus memasuki bursa tenaga kerja dan bekerja di lembaga dan departemen pemerintahan.
Liqok, halaqoh, harokah dan tarbiyah politik berkedok dakwah yang diselenggarakan di rumah – rumah ibadah maupun di pemukiman masyarakat.
Dimana jaringan dan sel – sel tidur yang telah berhasil dibangunnya pada kesempatan dan waktu yang tepat bisa digerakkan secara bersama – sama untuk tujuan prakmatis yang sama, yaitu menggulingkan setiap pemimpin yang tidak sejalan dan tidak sehaluan dengan tujuan politiknya dan merobohkan NKRI.
Sejarah bangsa telah mengabadikan bahwa negeri ini mengidap berbagai penyakit ketimpangan, kemiskinan, ketidak adilan dan ketertinggalan dari negara lain, sebagai akibat dari puluhan tahun boneka penguasa pengkhianat bangsa yang disokong oleh konspirasi imperialis kapitalis Amerika Serikat dan Barat, sebagai gurita dan musuh sesungguhnya bagi Islam dan bangsa Indonesia.
Sekali lagi, persoalan bukan pada Islam, cadar, celana cingkrang, jidat gosong maupun jenggot. Tetapi ada pada gerakan politik mengatas namakan agama oleh konspirasi Yahudi, Inggris dan Barat sebagai pencipta Islam Wahabi melalui tangan kelompok kaum bercadar, bercelana cingkrang, berjidat gosong dan berjenggot yang telah nyata terbukti merongrong NKRI, bertujuan menghancurkan dan mengamandemen NKRI menjadi negara Khilafah.
Dzolim dan nistanya kelompok kaum bercadar, bercelana cingkrang, berjidat gosong dan berjenggot. Karena akibat didzolimi dan dinistakan oleh ulah dan perilaku dzolim dan nista dirinya sendiri.
*****
🇮🇩 Hubbulwathon minal iman
🇮🇩 NKRI harga mati