Richard Eliezer Pudihang Lumiu, tapi populer sebagai Bharada E. Deolipa Yumara (lihat Lagu Sambo, Dahlan Iskan) mengatakan: perubahan sikap Bharada E terjadi setelah dia menelepon pacarnya, seorang gadis Manado. Mereka berbincang dari hati ke hati, pun memakai bahasa-bahasa relijius sebagai sesama orang Kristen.
Mereka – termasuk Deolipa – bahkan menyanyikan lagu rohani. Lagu pertama : “Indah Pada Waktunya” berkumandang. Lagu selanjutnya : “Hidup Ini Adalah Kesempatan.” Sebuah lagu yang juga menjadi lagu kesukaan dokter Terawan.
Setelah itu Bharade E mulai berubah. Maka berubah pulalah semua skenario pembunuhan Brigadir J. Semua terbongkar satu demi satu, sampai sang Putri pun akhirnya menjadi tersangka.
Penggalan lagu Hidup Ini Adalah Kesempatan ;
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan (Jangan sia-siakan)
Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri,
Hidup ini hanya sementara
Bisa jadi kalimat-kalimat indah itu menyentuh hati Bharada E. Menggerakkan hatinya. Dia memang bersalah, dia membunuh temannya atas perintah Sambo – tapi belum terlambat untuk melayani, untuk kembali mendekati-Nya…
Dia tak ingin menyia-nyiakam waktu yang tersisa.
Dari seorang Bharada E kita tetap bisa belajar, sedalam apapun kita terpuruk…jangan sia-siakan waktu yang tersisa.
Jika tersesat, kembalilah. Jika melangkah terlalu jauh, berbaliklah mendekat pada-Nya. Jangan sia-siakan.
(HT)