Suatu kali Dr Ali Shariati bercerita:
“Saat aku hidup dan tinggal di negara Barat aku memiliki hubungan yang baik dan dekat dengan tetangga termasuk pemilik rumah dimana aku tinggal dengan menyewa di rumahnya. Sampai suatu waktu tetangga tersebut memintaku untuk menemani anaknya yang sendrian di rumahnya karena ia ada keperluan mendesak pergi ke luar rumah.

Dan aku pun membantunya menemani sang anak sampai ibunya kembali. Di saat itu sang anak memecahkan sebuah cangkir dari tangannya dan tampa wajahnya menjadi pucat. Aku pun bertanya “ada apa denganmu? “, sang anak menjawab ” Aku takut ibu marah karena aku telah memcahkan sebuah cangkir”. Dan aku pun menghiburnya, dan aku berusaha menenangkanya bahwa jika nanti ibunya kembali biar saya katakan bahwa cangkir itu pecah karena ulah saya, dan saya akan membeli lagi sebagai gantinya.

Dan ketika sang ibu kembali, saya pun memberitahu bahwa saya lah yang memecahkan cangkir agar sang anak terhindar dari kemarahan sang ibu.
Sampai beberapa hari kemudian sang ibu mendatangi saya dengan wajah penuh amarah dan berkata bahwa anaknya beberapa hari terakhir ini gelisah tidak bisa tidur dan akhirnya membuat pengakuan bahwa dia lah sesungguhnya yang bertanggung jawab atas pecahnya gelas dan pelakunya adalah dirinya dan bukan anda.
Dan tiba tiba sang ibu itu marah kepadaku dan memintaku segera mengosongkan rumah kontrakannya dan pergi dari rumah itu. Dengan alasan bahwa aku telah mengajarkan dan menanamkan cara Berbohong padahal selama ini ia selalu menanamkan nilai kejujuran pada anaknya dan bahwa anaknya tidak pernah sekalinpun berbohong kepadanya

Saya pun akhirnya angkat kaki dari rumah itu dgn perasaan malu karena aku telah merusak tatanan nilai kejujuran kepada keluarga mereka. Aku mengganggap itu sebagai perbuatan baik lagi heroik sementara mereka sebaliknya menganggap itu sebagai aib dan buruk. Dan saya pun sadar bahwa saya telah melakukan keealahan fatal.

Sakarang giliran saya, jika seorang anak saja merasa gelisah dan berdosa hanya karena satu kali berbohong, bagaimana dengan masyarakat kita yg tiada hari tanpa berbohong, tanpa merasa berdosa.

Sejujurnnya masyarakat kita telah melakukan aneka kebohongan secara professional dan sedikit dari kita yang mau melakukan pengakuan yg berani seperti anak kecil itu.

Lalu dimana nurani kita?

Redaksi SBSINEWS
24 Juni 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here