Oleh : Andi Naja FP Paraga
Air Pasang (rob) kembali
4(empat)malam berturut-turut dari malam kamis hingga malam minggu 4-7 Juni 2020 Pantai Jakarta yang membentang panjang dikunjungi angin barat dan naiknya air pasang laut(rob) dengan ketinggian air didarat Pelabuhan Sunda Kelapa setinggi 1(satu) meter lebih. Air pasang berwarna hitam berbau masuk hingga kedalam Masjid Al Bahrain merendam semua sejarah,karpet sholat hingga kitab-kitab yang ada di sekitar mihrab dan kantor masjid. Minggu,7 Junj 2020 baru sempat dibersihkan ala kadarnya karena Petugas Masjid baru saja balik dari Kampung halamanya pasca Lebaran 1 Syawal 1441H.
Menurut salah satu Anggota Remaja Masjid yang tengah bergotong royong bersama yang lainnya bantuan pembersihan belum turun dari Pelindo 2 jadi mereka hanya menggunakan air keran saja. Kalau pembersihannya dengan manual begini sangat sulit masjid ini bisa dipakai tanpa bau yang menyengat Ujarnya tanpa mau menyebut namanya.
Kami dari SBSINEWS sengaja mampir untuk Sholat Dzuhur melihat para remaja masjid mengeluarkan karpet – karpet berukuran panjang dengan aroma yang sangat menyengat memutuskan tidak jadi Sholat di Masjid Al Bahrain ini padahal untuk menjangkau tempat ibadah tersebut butuh waktu. Rob telah membuat semaunya berantakan. Buku-buku Ustadz Pengasuh Masjid tak satupun yang berhasil diselamatkan.
Pemberitaan TVOne Sabtu Malam,6 Junj 2020 memberitakan rob tersebut yang memasuki beberapa perkampungan Sepanjang Pantai Jakarta kembali mengusik hati kecil kami karena dalam 3(tiga)tahun terakhir air pasang naik tidak pernah setinggi ini apalagi masuk hingga lantai masjid. Kehadiran kami ditengah remaja masjid yang sedang bergotong royong itu menurut mereka menguatkan semangatnya bekerja semampu yang bisa diatasi,Terimakasih berkenan mampir lagi Ujar Ali anak pelaut dari Pulau Lombok itu.
Idealnya Pemimpin Jakarta Orang Tekhnik
Hingga Sore Minggu,7 Junj 2020 belum ada bantuan kebersihan dari Pemerintah DKI Jakarta khususnya dari Kantor Walikota Jakarta Utara padahal Masjid Ak Bahrain satu-satunya Masjid di Pelabuhan Bersejarah tersebut. Awalnya saya memahami mungkin Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Jakarta Utara tengah sibuk dengan PSBB Transisi tapi fikiran saya mengatakan masalah di Propensi ini bukan hanya masalah Covid19,tapi masalah banjir dan rob juga masalah rutin yang serius. Betapa banyaknya kiman dan bakteri yang terbawa rob berair kotor dan berbau itu.
Jakarta butuh orang-orang tekhnis memimpinnya yang bisa mengatasi persoalan rutin seperti rob di Jakarta Utara. Pengerjaan tanggul-tanggul pelabuhan yang tidak ideal menjadi persoalan yang wajib dipelototi dan yang bisa melakukannya hanya orang tekhnik Andaipun orang tekhnik yang merancang dan mengerjakan fisiknya jika pemimpinnya bukan orang tekhnik maka kemungkinan pengerjaannya tidak sesuai standar idealnya rangkaian tanggul tersebut.
Daratan Pesisir Jakarta yang rendah namun disatu sisi ketinggian air laut lebih besar merupakan persoalan yang serius,ditambah lagi pada musim barat dengan tingkat kekencangan angin barat yang besar turut mempengaruhi besar dan lamanya ombak menghajar pesisir Jakarta. Kerugian besar warga pesisir dan bisnis yang ada di Sekitar Pesisir terancam. Pelabuhan-pelabuhan yang dikelola oleh negara lewat BUMN ataupun swasta yang merupakan sumber pemasukan pajak dan retribusi daerah pun terancam.
Mencari Pemimpin Cerdas untuk Jakarta
Memimpin Cerdas dan Bekerja Cermat seharusnya menjadi ciri pemimpin Propensi yang juga Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. Revolusi Pembangunan Jakarta harus dilakukan. Masih banyak keterlambatan yang terjadi baik keterlambatan memutuskan kebijakan,keterlambatan mengeksekusi kebijakan hingga ketidakmampuan bersinergi dengan BUMN dan Pemerintah Pusat menjadi persoalan tertua di Kota yang sudah berusia lebih dari 400 tahun ini. Kesadaran bahwa Pesisir Jakarta adalah masalah serius dari kota ini seolah terlupakan. Karena itu Pemimpin yang berlatarbelakang tekhnis harus dimunculkan kembali.
Kusutnya Persoalan-persoalan di Pesisir Jakarta tak pernah teruraikan dengan benar padahal banyak pemimpin Indonesia yang berkampanye di Pesisir Jakarta dan mendulang suara yang banyak. Tapi ketika ditanya adakah perubahan nasib Warga Pesisir dari kehilangan mata pencaharian hingga kembali memiliki mata pencaharian justru bungkam. Persoalan Kampung Japat Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan-Jakarta.Utara dimana kawasan tersebut diakui kepemilikannya oleh Pelabuhan Indonesia hingga kini belum jelas.
Jangan Menunggu Pesisir Jakarta tenggelam
Perkampungan Nelayan Marunda,Kalibaru,kapuk Muara,Muara Baru,Pasar Ikan hingga Muara Angke jika tak dipikirkan dengan serius maka dalam waktu yang tidak lama hanya akan menjadi sejarah. Rob yang besar ditambah iklim laut yang ekstrim bisa menenggelamkan Perkamoungan-perkampungan pesisir tersebut. Pembangunan fisik yang tak berorientasi kepada penyelamatan daerah pesisir dan kesejahteraan warga pesisir Jakarta justru tidak memiliki manfaat apapun. Pemimpin yang memahami mereka setidaknya memiliki penguasaan dan pengalaman tentang kemaritiman bahkan memiliki pengalaman memimpin pada Kawasan yang dikepung Pantai dan Laut. Kita tidak boleh Menunggu Kawasan Pesisir Tenggelam barulah tersadar membutuhkan pemimpin yang memiliki kreteria itu. Ali Sadikin Mantan Marinir meskipun Seorang Jenderal Marinir walaupun tidak berlatar belakang tekhnik berhasil membuat Pesisir Jakarta Utara berkembang dan prestasinya dipuji Masyarakat Pesisir Jakarta. Kita butuh pemimpin seperti beliau untuk membuat Pesisir Jakarta tetap ada.(ANFPP080620)