JAKARTA, SBSINews.id – Jeritan dan isak tangis masyarakat yang tergabung dalam Rakyat Nusa Tenggara Timur (NTT) menolak perdagangan tumpah di depan gedung Polda NTT saat menggelar aksi damai, Rabu (28/3/2018).
Peserta aksi tolak Human Trafficking (HI) tersebut mendesak Kapolda NTT keluar ruangan dan menemui mereka di halaman Polda NTT.
Dalam aksi yang dimulai pada pukul 10.00 Wib tersebut sebagian massa menunggu di pintu gerbang sembari mengusung peti mati. Dalam orasinya para orator mengutuk penanganan kasus HI yang belum terselesaikan sampai sekarang.
Ketua Federasi Media, Informasi dan Grafik (FMIG) Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang juga pengurus Persada Indonesia Vincent Wangge mengabarkan bahwa aksi di depan Polda NTT pada hari ini adalah bentuk kekecewaan masyarakat menuntut agar negara harus hadir mengurus perdagangan manusia dan perbudakan.
BACA JUGA: http://sbsinews.id/sbsi-kutuk-human-trafficking/
“Sejak thn 2015 sampai dengan saat ini Persada Indonesia mendata sudah 149 Tenaga Kerja Indonesia asal NTT dipulangkan dengan peti mati. Mayat korban diautopsi sebagai bukti kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan majikannya, jeritan dan tangis massa demo membuktikan bhw pemerintah membiarkan hal seperti ini terus menerus terjadisampe kapan masy NTT berhenti menangis?,” katanya.
Setelah mendengarkan pernyataan sikap dari Wakil Direktur Umum Polda NTT peserta aksi kasus human trafficking melanjutkan aksi damai dengan melakukan aksi long march ke kantor Gubernur NTT.
Dengan berjalan kaki mereka melintasi Jalan Soeharto belok kiri masuk Jalan El Tari ke Kantor gubernur NTT. Sepanjang perjalanan yang dikawal Satlantas Polres Kupang Kota ini pendemo terus berorasi.(syaiful)