Jakarta, SBSINews – Heboh banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) di Morowali, Sulawesi Tengah menjadi perhatian khusus sejumlah kalangan. Menyikapi hal itu Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko melakukan kunjungan ke kawasan yang disebut-sebut telah dibanjiri TKA Cina tersebut.
Kunjungannya tersebut diposting dalam akun twitternya @Dr_Moeldoko, Kmais (26/4/2018). Salah satu postingan tersebut menuliskan “Ternyata saya mendapati dari 13rb tenaga kerja disana, memang 2000 berasal dari tiongkok tapi sisanya anak negeri.
Sebelumnya, Mantan Panglima TNI itu meng bahwa yang ada di benak masyarakat tak lepas dari China. Padahal TKA yang ada di Indonesia berasal dari berbagai negara.
“Kalau kita bicara TKA pasti lari ke China. Padahal TKA tenaga kerja kita dari berbagai negara, contoh ini proyek tenaga pembangkit listrik di Sidrap itu tenaga 751 orang, 5 persen dari Amerika. Kenapa kita memberikan kemudahan, bayangkan PLTA pembangkit listrik dipasang, atau ada rusak mekaniknya jauh datang izin lama juga,” kata Moeldoko di Makassar, Rabu (25/4/2018).
BACA JUGA: http://sbsinews.id/timboel-siregar-ini-alasan-perpres-nomor-20-tahun-2018-cacat-formil-dan-materil/
Ia menilai saat ini opini disebarkan untuk menggiring pemahaman masyarakat. Moeldoko mengatakan tak begitu saja tenaga kerja asing masuk ke Indonesia karena sudah dilakukan pengawasan.
“Memang kita tergiring oleh opini. Di Makassar begitu di video oleh seseorang, ini tenaga kerja dari China, ini menyebar kita perhatikan mempekerjakan tenaga kasar. Jujur, saya pembantu orang asing bangga di rumah saya, saya bangga. Namun TKA sudah ada pengawasan ketat dari imigrasi tegas kita, pengawasannya ada,” terangnya.
Lebih lanjut Moeldoko mengatakan, secara aturan, tak semua TKA bisa dipekerjakan di Indonesia. TKA yang dipekerjakan hanya yang mempunyai kemampuan, bukan pekerja kasar.
“Secara aturan dilarang, jika ada pelanggaran terhadap hal itu siapa pun menemukan agar segera dilaporkan. Jangan ngomong di media, kanan-kiri ini gini, dan jelas jabatan-jabatan ini dilakukan, dan jabatan kasar itu tidak boleh,” paparnya.(syaiful)