Dahulu saat teknologi transportasi belum ditemukan, haji dan umroh tergolong ritus yang berisiko berupa kematian karena badai sahara atau binatang buas dan aneka penyakit akibat wabah atau virus yang tak dikenali dan sulit diobati.
Kini di era modern ibadah yang memerlukan biaya besar itu rentan distorsi dan tak jarang kehilangan makna substansial spiritualitasnya sebagai proses purifikasi diri.
Sebagian ritual itu bagi sebagian orang malah menjadi semacam pelancongan dan bagian dari agenda vacation. Malah sebagian orang yang gampang bepergian menjadikannya sebagai proses penegasan status sosial dan penguatan kelas.
Yang lebih parah, ia menjadi bagian dari tour lobby atau bagian rekayasa mengambil kekuasaan. Singkatnya ia dijadikan manuver game of power alias pencitraan karena gelar haji bisa jadi modal tambahan dalam kampanye.
Haji dan umroh bisa dilakukan oleh siapapun. Bedanya, haji dan umroh bagi orang yang mampu hanya sah bila dilakukan dengan proses yang mungkin melelahkan dan memakan biaya besar. Itu pun bila tujuannya murni ibadah.
Bagi yang tak mampu, haji dan umroh bisa dilakukan dengan melantunkan doa-doa dan ziarah jarak jauh tanpa visa, paspor dan semua kerumitan prosesnya.
Tanpa hati yang rendah hati berisi niat melakukan ibadah, haji dan umroh hanyalah parade pamrih.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1413 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Hormat Saya
~ Andi Naja FP Paraga ~