Penulis: Abdul Malik (Wasek KKI, ketua AMBB)
SBSINews – Monas dan Jakarta tidak lagi menjadi simbol perlawanan ketidak-sukaan kepada Pemerintahan Jokowi.
Para bohir atau cukong politik mengalihkan gerakan perlawanan ke daerah yang dikemas secara halus, seperti tidak ada kaitan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya.
Masyarakat harus waspada dan cerdas dalam menyikapi gerakan sporadis jangan ikut terpancing menjadi panas dan gaduh, karena itu yang mereka inginkan.
Pada periode pertama pemerintahan Jokowi, tekanan politik dengan isu agama yang melibatkan jutaan massa turun ke Monas, bisa dilokalisir menjadi kecil dan tercerai-berai
Demo di Cianjur yang dilakukan mahasiswa dengan berakhir pembakaran Empat putra bangsa polisi kita.
Viralnya secara tiba tiba Video Ustad Somad yang sudah 3 tahun berlalu.
Viralnya Video pendeta tentang air zam-zam.
Penyerbuan oleh ormas ke asrama mahasiswa Papua, yang berujung penangkapan.
Dan yang terjadi sekarang di Monokwari, Papua.
Penyerangan kantor Polisi oleh pelaku tunggal. Penembakan prajurit Polisi dan Tentara oleh OPM.
Semua kejadian diatas intinya menuntut Pemerintah menegakkan hukum secara Adil.
Kejadian diatas seolah-olah berdiri sendiri tidak ada kaitan satu sama lain. Masyarakat sengaja digiring kepada kejadian-kejadian di daerah seolah-olah ada ketimpangan hukum antara mayoritas dan minoritas, antara Papua dan luar Papua.
Kita harus waspada, karena ini merupakan jebakan. Sasaran utamanya tetap Jokowi dan pemerintahan barunya.
Saat persoalan keadilan dan hukum yang diangkat dengan melibatkan isu SARA, maka baik pendukung Jokowi maupun yang anti Jokowi akan bersatu menuntut pemerintah.
Pada point ini petualang politik dan bohir berhasil membangun narasi dan masyarakat percaya…. 😞
Pengikut ormas radikal mereka turunkan untuk saling berhadap-hadapan dengan masyarakat berkait isu agama seperti kasus UAS.
Di sisi lain mahasiswa akan digerakkan untuk berdemo yang bersifat lokal di daerah yang didesain dengan berakhir rusuh dan ini akan menjadi bola liar menggoyang pusat kekuasaan.
Para Alumni yang selama ini berdiri paling depan menentang Jokowi, akan berdiri di belakang layar melalui ceramah ceramah provokatif.
Yuuuuk….mari kita rapatkan barisan jangan beri mereka sedikit pun celah untuk mengacaukan bangsa ini. Waspada dan jeli agar persatuan dan kesatuan tetap terjaga. Jaga emosi jangan terpancing. (SM)