Sebuah laporan terbaru terkait asal-usul pandemi Covid-19 menemukan fakta baru. Laporan itu membeberkan informasi terperinci soal penelitian yang didanai AS mengenai beberapa jenis virus Corona di Wuhan Institute of Virology di China.
Laporan itu berasal dari laman The Intercept yang berhasil memperoleh lebih dari 900 halaman dokumen. Di dalamnya terdapat informasi tentang EcoHealthc Alliance, organisasi kesehatan berbasis di AS yang menggunakan uang federal untuk mendanai penelitian di laboratorium China.
Dokumen mencakup dua proposal yang sebelumnya tidak dipublikasikan dan didanai oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Selain itu juga proyek berkaitan dengan penelitian EcoHealth, yang diteliti di tengah meningkatnya minat asal usul pandemi.
“Ini adalah peta jalan pada penelitian berisiko tinggi yang bisa menyebabkan pandemi sekarang,” kata Gary Ruskin, Direktur Eksekutif Right To Know di AS, yaitu kelompok yang menginvestigasi asal mula Covid-19.
Salah satu proposal berjudul ‘Understanding the Risk of Bat Coronavirus Emergence’ (Memahami Resiko Munculnya Virus Corona Kelelawar’. Di dalamnya berisi upaya ambisius proyek yang dipimpin oleh Presiden EcoHealth Aliance, Peter Daszak.
Kelompok itu membuat ribuan sampel kelelawar untuk virus corona. Serta juga melibatkan orang yang bekerja dengan hewan, dikutip Rabu (8/9/2021).
Dokumen berisi sejumlah detail penting mengenai peneliti di Wuhan. Salah satunya soal eksperimental utama dengan tikus yang dilakukan di laboratorium tingkat 3 keamanan hayati di Pusat Percobaan Hewan Universitas Wuhan, bukan di Wuhan Institute of Virology seperti yang diberitakan sebelumnya.
Munculnya dokumen itu menambah pertanyaan soal teori pandemi yang dimulai dari kecelakaan laboratorium. Ide yang dibantah oleh Peter Daszak.
Hibah penelitian EcoHealth itu sebesar US$3,1 juta. Dari jumlah itu, US$599 ribu diantaranya digunakan oleh Wuhan Institute of Virology untuk mengidentifikasi dan mengubah virus corona kelelawar yang kemungkinan menginfeksi manusia.
Bahkan sebelum pandemi, ini terjadi jauh sebelum banyak ilmuwan yang khawatir dampak berbahaya yang dikaitkan dengan penelitian.
Pada proposal dituliskan,”pekerjaan lapangan sangat berisiko terpapar SARS atau COV lain, sementara pekerjaan di gua dengan kepadatan kelelawar yang tinggi dan berpotensi debu tinja terhirup”.
SUMBER : CNBCINDONESIA.COM