Dialog sesama Warga Negara ditengah -tengah Masa Pandemi Covid19 yang tak kunjung berujung laksana hiburan saja. Jeritan kepanikan, keluhan ketidakberdayaan nyaris tak terdengar ditengah hiruk pikuk penanganan Pasien Covid19.
“Betul mas di mana-mana begini – ditambah warga yang seharusnya WFH tidak diperbolehkan oleh tempat kerjanya bahkan hanya ‘boleh’ WFH kalo sedang positif COVID-19! Puskesmas tidak bisa ambil swab lagi karena lab yang dikelola dari pusat/propinsi tidak mampu terima lagi sudah terlalu banyak sampel masuk”, Kata Seorang Karyawan Perkantoran
jadi jumlah kasus kelihatan ‘menurun’ walau angka hanya menjadi lebih kecil karena tidak ada fasilitas tes memadai – sementara Pemda mau terima ‘salut’ dari warga setempat karena katanya sudah ‘terkendali’.
Saya sudah marah sekali dan bagaimana negara ini gagal harus dijelaskan kepada semua pihak baik warga maupun pihak luar Indonesia – kukira kampanye solidaritas dengan rakyat Indonesia layak dibangun sekarang”Ungkap Aktivis Kemanusiaan
Sepakat sekali mbak. Masyarakat mesti protes karena mereka punya hak untuk selamat dan hidup sehat. Sayangnya protes terhadap kebijakan yang amburadul kerap dianggap nggak sopan, kurang santun. Apalagi kalo sampai mengerahkan massa. Bisa dianggap anti negara dan lain sebagainya. Karena itu masyarakat meski tidak berdaya cenderung nggak berani menyampaikan pendapatnya” Sambut Aktivis lainnya
Iya mas banyak kendalanya jika mau membangun kampanye dan protes di dalam negeri sekarang ini – tidak kecil resikonya jika kita secara terbuka mengungapkan kenyataan – tapi kita berusaha sebisanya dengan beraneka upaya sesuai kempampuan – yang kelihatan sekali di banyak daerah mulai kembali gerakan solidaritas dari bawah untuk mendukung rakyat yang jatuh jadi korban dari berbagai aspek krisis ini, kesehatan, ekonomi dan lain – lain, ” balas Aktivis lainnya
Ada juga yang di luar Indonesia sudah mulai bergerak bertanya apa yg bisa dilakukan dari luar termasuk secara pribadi menggalang dana mau dikirim untuk mendukung rakyat di sini” tambah seorang lagi yang sejak tadi menyimak
Di sini, sejak subuh sudah 5(lima) orang diumumkan meninggal. Tiap hari, dari pagi hingga tengah malam, ambulans hampir meraung-raung tanpa henti, di beberapa kota permintaan peti jenazah meningkat. Kebutuhan tabung oksigen melonjak, kalaupun ada barang sudah langka dan harga melambung tinggi” tambahnya
Saat ini Para nakes sudah menjerit, menangis, kelelahan fokus dan energinya habis untuk menghadapi wabah dan Masyarakat, terutama kelas bawah sudah banyak yang tumbang karena covid-19 atau kehilangan pekerjaan dan sulit untuk sekedar bertahan hidup. Mengatur vaksinasi gagal bahkan seringkali justru menjadi tempat berkumpulnya manusia.
Aneh sekali. Pemerintah yang mulanya menyangkal, menanggapi wabah sebagai lelucon dan mengancam orang yang mengatakan bahaya virus, dengan mengatakan virus adalah hoax. Kini masih ada pejabat tinggi negara bilang penanganan covid-19 masih terkendali.
Sejujurnya, kita tak suka dengan istilah sabar untuk kelalaian, kecerobohan, salah langkah dan arogansi semacam itu. Mungkin kalau ini terjadi di belahan dunia lain, di negeri lain, orang-orang sudah pasti akan marah.
Bayangkan, disuruh vaksin. Kita ngumpul kayak kambing. Ribuan orang tumpah ruah dalam satu tempat tanpa protokol covid-19. Benar-benar negara gagal! Negara nggak pernah hadir untuk rakyatnya, tapi selalu ada untuk para bohir! Tepat, ini negaranya para bohir”‘ tutup aktivis berikutnya
Banyak keluhan terutama kepada pihak-pihak yang menjadi Corong Informasi. Terlalu banyak corong. Tim Covid19 ditingkat elit terlalu ramai, tapi dilapis bawah seperti Nakes semakin menipis. Juru Bicara Negara untuk Covid19 terlalu banyak bahkan kadang membingungkan juga membosankan karena acapkali informasinya berubah-rubah.
Kepanikan karena Covid19 awalnya datang dari Para Elite tetapi mereka pun tidak satu kata didalam menyikapi. Lebih aneh lagi ada yang memanfaatkan situasi mengaduk -aduk dengan Issu Politik. Bahkan ada yang begitu lancang meminta Presiden mundur dari jabatannya.
Kacau kacau
~ Andi Naja FP Paraga ~