Ekonom Senior Faisal Basri menyoroti banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China masuk ke Indonesia. Selama ini menurutnya yang dibesar-besarkan adalah Indonesia memerlukan TKA China karena membutuhkan keahlian mereka. Namun faktanya, menurutnya TKA China yang bekerja di sini tidak lah memerlukan keahlian khusus.

Dia mengatakan, TKA China di Indonesia banyak bekerja sebagai petugas keamanan, pekerja bongkar muat, koki, pengemudi baik excavator, truk derek, forklift dan lainnya. Lalu, ada juga manajer gudang, ahli statistik, montir, operator, dan lainnya.

“Jadi omong kosong Pak Luhut tenaga ahli gak sanggup, belum punya tenaga ahli, sebagian besar begini-begini,” kata Faisal dalam “CORE Media Discussion Waspada Kerugian Negara dalam Investasi Pertambangan”, Selasa (12/10/2021).

Faisal menegaskan bahwa orang asing ini masuk ke Indonesia untuk bekerja, bukan sebagai turis. Work coefficient dari China dia sebut adalah yang paling tinggi, di mana share investasi dan share pekerja China sebesar 3,4, Singapura 0,1, Jepang 0,9, dan Korea 1,8.

“Tapi China 3,4 jadi boleh jadi ada misi dari negaranya untuk menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja China ditempatkan di luar negeri, karena di China penganggurannya mulai tinggi, bahaya secara sosial,” paparnya.

Lebih lanjut dia mengatakan karakteristik dari investasi China adalah membawa tenaga kerja dari negaranya sebanyak-banyaknya. Berdasarkan data resmi, dia menyebut jumlah TKA di Indonesia mencapai 80.000 orang.

“Memang karakteristik investasi China bawa tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Tapi ini data tenaga kerja resmi, yang gak resmi saya belum dapat,” lanjutnya.

Selama pandemi menurutnya banyak pendatang asing yang masuk ke Indonesia, dan sebagian tidak menggunakan visa pekerja, sehingga tidak bayar iuran dan lainnya. Dengan menggunakan visa turis, imbuhnya, tentu saja mereka tidak bayar pajak atas penghasilannya.

“Hitunglah berapa itu, berapa puluh ribu mereka,” imbuhnya.

Perlu diketahui, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sampai saat ini juga masih mempekerjakan TKA. Namun demikian, kuantitas tenaga kerja lokal disebutkan masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan TKA.

CEO IMIP Alexander Barus mengatakan, secara kuantitatif setiap enam orang TKA bekerja bersama dengan 100 tenaga kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan rasio, maka TKA/TKI sekitar 6%.

“Secara kuantitatif, seperti rasio kita harapkan enam orang TKA bisa bekerja dengan 100 orang TKI ini mulai terbentuk partnership sekarang di antara mereka,” ungkapnya dalam webinar ‘Mineral for Energy’, Selasa malam (14/09/2021).

Menurutnya, keberadaan tenaga kerja di IMIP berdampak positif, baik pada devisa, pajak/royalti, hingga investasi. Dia menjelaskan, per karyawan di IMIP menghasilkan devisa sekitar US$ 92,05 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) per orang per tahun.

Kemudian, kontribusi ke pajak/royalti sebesar US$ 77,5 juta per orang per tahun, dan terakhir menghasilkan investasi sebesar US$ 0,15 juta per orang.

“Devisa per tahun per orang di Morowali kira-kira US$ 92,05 juta. Untuk pajak royalti US$ 77,5 juta per orang per tahun, ini dihasilkan oleh karyawan kita di Morowali, investasi itu US$ 0,15 juta,” jelasnya.

SUMBER : CNBCINDONESIA.COM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here