SBSINews – Rapimnas Partai Golkar yang berlangsung digelar pada Kamis 14/11/2019 di Jakarta yang juga membahas mufakat munas nanti yang diharapkan ada empat calon sebagai pimpinan Partai.Golkar periode 2019 – 2024 nanti.

Empat calon pimpinan partai Golkar yaitu Erlangga Sutanto, Bambang Soesatyo, Ridwan hisjam dan Indra Bambang Oetoyo. yang akan melaksanakan lobi lobi politik, diharapkan dapat suatu kesepakatan sehingga mereka dapat bermusyawarah dan bermufakat untuk nanti menunjuk siapa yang menjadi pemimpin Partai Golkar.

Pada kesempatan temu media dengan Ketua Gerakan Aktivis AMPI Golkar (GAAS Go) Abdi Saido dalam.penyampaiannyamengatakan bahwa pelaksanaan Rapimnas ini sudah berjalan bagus tapi isinya harus perlu diperhatikan hal hal yang menjadi prinsip.rapat pimpinan itu.

Menurut Abdi.”Rapimnas itu ada beberapa agenda yang menurut ADRT ada permainan di partai, melakukan evaluasi, apa saja yang dilakukan perjalanan pengurusan itu, dan yang kedua melakukan konsolidasi untuk memperkuat partai.golkar melalui rancangan program partai golkar untuk lima tahun kedepan.prinsip bukan yang didorong bukan menjadi agenda Rapim.
Salah satu yang didorong adalah bagaimana rapat pimpinan melahirkan calon tunggal, kalau seperti ini itu sudah melanggar aturan main partai golkar”. tukas Abdi.

“Jangan sampai pengalaman pengalaman pahit jaman yang lalu ada dualisme, akibat seperti ini mau dipaksakan menjadi calon tunggal sehingga pecah partai golkar, apakah ini mau menjadi tambah pengalaman pahit ..mau dijadikan lagi partai pecah” ujar Abdi lagi.

Oleh karna itu seyogyanya yang terpenting partainya adalah oleh sejatinya partai golkar mempunyai kualifikasi kader dari bawah”.jelas Abdi.

Salah satu Rapat Pimpinan Partai Golkar akan melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) pada awal bulan Desember di Jakarta. Pihak Airlangga Hartaro saat ini sedang mengupayakan agar di Munas Golkar kali ini Calon Ketua Umum dipilih secara aklamasi dan hanya ada calon tunggal.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, jika mekanisme pemilihan ketua umum secara aklamasi dilakukan pada Munas, maka Partai Berlambang Beringin ini tidak mencerminkan dirinya sebagai partai yang demokratis atau demokrasi di tubuh Golkar akan semakin suram.

“Golkar ini termasuk partai tertua di Indonesia, sudah matang dan melewati berbagai era perpolitikan di Indonesia, dari orde lama, orde baru hingga era reformasi saat ini. Mestinya lebih maju dan demokratis dari partai lain,”.

Menurut Pangi, mestinya moment Munas seperti ini harus dijadikan moment untuk memunculkan kader dan tokoh terbaik Golkar untuk tampil dan menunjukkan kemampuan dan kapasitas mereka, bukan malah memunculkan calon tunggal dan mematikan yang lainnya.

“Kalau seperti ini gayanya, Golkar kembali ke era orde baru. Karena, hanya ingin mempertahankan status quo saja. Partai Golkar adalah partai milik publik tertua di Indonesia, bukan partai milik saham tertentu, bukan partai milik dinasti”.

Dia menambahkan, Partai Golkar tidak akan melawan demokrasi, karena partai ini dari dulu penuh dinamika dan memberi ruang kontestasi kepada setiap kader, memberi ruang gerak pada siapapun untuk memimpin nakhoda partai tersebut.

Pangi pun menyarankan agar Munas Golkar membuka ruang pada kader lain yang secara kapasitas intelektual dan kepemimpinannya sudah mumpuni untuk tampil.

Karena dengan seperti itu, Golkar akan kelihatan lebih demokratis dan terbuka dan tidak dikapling oleh satu orang atau kelompok tertentu saja yang ingin berkuasa.(Nuansarealitanews.com/ Jacob Ereste)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here