Ke – 5 dan terakhir
SBSINews – Amit-Amit RI Kena ‘Anemia’
Menurut studi AT Kearney, setidaknya ada 8 faktor terpenting investor mau meningkatkan jumlah investasi asing. Delapan faktor tersebut adalah ketersediaan target investasi yang berkualitas, kondisi makroekonomi, ketersediaan dana, toleransi terhadap risiko, aturan, biaya investasi, fluktuasi mata uang, dan nilai investasi minimal.
Ditinjau dari kondisi makroekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2019 mencatatkan perlambatan. Pada kuartal I 2019 ekonomi tumbuh 5,07%. Angka tersebut turun menjadi 5,05% di kuartal II dan kembali turun di kuartal III 2019 menjadi 5,02%.
Ditinjau dari segi aturan. Investor masih melihat Indonesia sebagai negara dengan aturan yang kompleks tumpang tindih dengan birokrasi yang berbelit-belit. Dari sisi mata uang, volatilitas rupiah juga cenderung lebih tinggi dibanding dengan mata uang negara tetangga lainnya.
Dalam kurun waktu setahun terakhir, nilai standar deviasi imbal hasil rupiah yang disetahunkan mencapai 0,0513 masih lebih tinggi dibandingkan ringgit, baht dan yuan. Nilai fluktuasi yang tinggi mencerminkan risiko yang lebih tinggi juga untuk investor.
Indonesia harus mampu menarik hati investor dan meyakinkan mereka untuk memarkirkan uang nya di Indonesia. Terutama untuk sektor real yang jelas memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan perekonomian melalui serapan lapangan kerja yang tinggi.
Jadi kalau urusan dagang sudah tekor, jangan sampai urusan investasi juga tekor. Kalau urusan investasi juga tekor, bisa-bisa loyo atau kena anemia. Amit-amit!
(ekonomi-dunia/cnbcindonesia.com/Hillary)