Ke – 4 dari lima tulisan
SBSINews – Investor Masih Optimis pada Perekonomian, Tapi Aliran Investasi Melambat
Perekonomian global juga ditopang oleh aliran investasi. Dari enam negara yang terserang ‘anemia’, lima negara merupakan investor strategis Indonesia dengan nilai investasi yang sangat besar. Lima negara tersebut adalah China, Jepang, Hong Kong, Singapura dan AS yang termasuk dalam 10 negara dengan nilai investasi asing (PMA) terbesar di Indonesia.
Sepanjang sepuluh bulan awal tahun ini, Singapura telah mengucurkan sebesar US$ 5,38 miliar untuk investasi di Indonesia dan menjadi negara dengan nilai investasi terbesar di Indonesia. Kemudian di posisi kedua ada China dan Jepang menyusul di posisi ketiga dengan masing-masing nilai investasi mencapai US$ 3,31 miliar dan US$ 3,24 miliar.
Sementara itu Hong Kong dan AS menduduki peringkat kelima dan ketujuh. Nilai total investasi Hong Kong di Indonesia pada sepuluh bulan pertama mencapai US$ 1,75 miliar sementara nilai investasi AS mencapai US$ 760 juta.
Di saat perekonomian global berada dalam ketidakpastian, tentu investor akan lebih waspada dalam menyalurkan dananya. Apalagi investasi asing (PMA) yang dananya cenderung tertahan lama di negara tempat uang dikucurkan.
Menurut studi yang dilakukan lembaga konsultan global AT Kearney, investor masih optimis dalam memandang perekonomian global. Namun optimisme investor mulai tergerus. Sebanyak 62% investor menyatakan bahwa mereka optimis terhadap perekonomian global. Optimisme ini menurun dibanding dengan tahun lalu yang mencapai 66%.
Walaupun investor masih optimis dan tetap memprioritaskan investasi asing, tetapi aliranPMA mencatatkan penurunan terutama akibat penurunanPMA di negara-negara maju.
Kabar baiknya adalah investor masih memandang perekonomian Asia-Pasifik tetap kuat. Seharusnya ini dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menarik investasi sebesar-besarnya untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.
Namun yang jadi masalah adalah iklim investasi di Indonesia masih belum dipandang kondusif dan business friendly. Birokrasi yang masih berbelit-belit serta sederet masalah lainnya membuat investor mulai mengeluh ketika berinvestasi di Indonesia.
(ekonomi-dunia/cnbcindonesia.com/hillary)