SBSINews – Nusantara Satu merupakan satelit broadband pertama yang diorbitkan Indonesia, merupakan ide inovatif dari dua orang ahli satelit yaitu Adi Rahman Adiwoso dan Iskandar Alisjahbana.
Satelit Nusantara Satu merupakan satelit ke-10 yang dioperasionalkan oleh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), setelah satelit Palapa B1 milik pemerintah telah selesai masa aktif. Kemudian kini satelit Nusantara Satu yang dipelopori ide sederhana dari dua orang ahli satelit, Adi Rahman Adiwasono dan Iskandar Alisjahbana.
Ide ini merupakan bagian dari wujud kemadirian satelit nasional yang memungkinkan seluruh masyarakat Indonesia lebih mudah mengakses internet tanpa tergantung pada operator satelit asing.
Hal ini berkaitan dengan tujuan utama PSN untuk menghadirkan teknologi satelit yang menyediakan layanan terbaik dan menyediakan kebutuhan pelanggan yang dinamis hingga ke pelosok Indonesia.
Berawal dari ide sederhana, satelit ini dirangkai dengan unik, roket pendorong atau Bagian Mesin Tahap 1 yang digunakan adalah div roket “bekas” alias “digunakan kembali” yang ke-4 setelah sebelumnya sudah tiga kali digunakan saat diluncurkan satelit lain. Hal yang dikeluarkan akan mengurangi biaya dari total biaya yang akan dikeluarkan.
Untuk pemasangan satelit ke badan roket 30 hari, dan setelah diluncurkan akan ditempatkan pada slot orbit 146 BT, tepat di atas Papua, Indonesia dengan ketinggian kurang dari 70.000 km, dan akan dipasang melalui Pusat Kontrol Satelit yang dioperasikan oleh PT PSN Enam Indonesia yang merupakan anak usaha PT PSN di wilayah Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Proyek Satelit Nusantara Satu memang bukan main-main. Nilai proyek ini hingga 230 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,3 triliun. Pembiayaan yang didukung oleh Ekspor Pembangunan Kanada (EDC) dan dimulai Desember 2017 lalu.
Internet satelit pertama kali sangat sulit ditentang dengan zaman yang serba membutuhkan internet cepat, yang berimbas pada perkembangan di segala bidang dan akan membutuhkan keterlibatan Teknologi Informasi (TI) di dalamnya.
Satelit yang merancang tim PSN dengan tim System Space Loral (SSL) ini menggunakan platform SSL-1300 140 dengan usia ekonomis selama 15 tahun, memiliki 38 transponder C / Ext-C Band dan 8 spotbeam Ku-Band dengan total kapasitas hingga 15 Gigabit per detik (Gbps), berat pada saat ditentukan sebesar 4,735 Kg, serta memiliki Spacecraft Power (EOL) sebesar 9985 watt. Selain itu, diterbitkan C / Ext-C. Satelit Nusantara Satu meliputi wilayah Asia Tenggara dan untuk Ku-Band yang mencakup seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 8 Spot Beam pada sistem HTS.
Dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS), menyediakan layanan broadband internet dengan kapasitas lebih besar dibandingkan dengan satelit konvensional yang ada di Indonesia.
“Satelit Nusantara Satu mendapat fokus lebih besar di Indonesia Bagian Timur, sebagai komitmen yang terkait dengan pemerintah untuk lebih fokus dan mengedepankan percepatan pembangunan di Indonesia timur yang memfasilitasi sebagian besar, namun lebih sedikit dibandingkan dengan pulau-pulau bagian barat Indonesia,” ungkap Space System Group Kepala PSN, Indri Prijatmodjo.
Berikut ini profil dua peneliti di balik terciptanya satelit Nusantara Satu.
Ir Adi Rahman Adiwoso M Sc
Salah satu dari sedikit tokoh dalam industri satelit Indonesia, Ir Adi Rahman Adiwoso M Sc, selain insinyur, ia juga seorang pengusaha yang pantang menyerah.
Dikenal sebagai penemu sistem telekomunikasi, kelahiran 26 juli 1953, Yogyakarta. Perjalanan Adi dalam industri satelit dimulai saat ia mengenyam pendidikan tinggi sarjana sains di Universitas Purdue, Amerika Serikat (AS) pada tahun 1974. Ketika itu, pria kelahiran Yogyakarta ini hijrah ke Negeri Paman Sam mengambil pekerjaan sebagai ayah.
Setelah bekerja selama 8 tahun di luar negeri, pria yang kerap disapa Adi, kembali ke tanah kelahirannya di Yogyakarta. Telah memiliki keahlian bekal, ia berusaha menciptakan teknologi yang belum pernah ada di dunia pasaran, teknologi yang memungkinkan komunikasi ponsel dapat melakukan komunikasi tanpa gangguan sinyal.
Kemudian juga mengumpulkan perusahaan yang sangat disetujui oleh dunia. Perusahaan yang bernama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama dengan mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ing Iskandar Alisjahbana tahun 1991.
Prof Dr Ing Iskandar Alisjahbana
Iskandar Alisjahbana
Prof Dr Ing Iskandar Alisjahbana. (Foto: Pasifik Satelit Nusantara)
Putra sulung Prof Dr Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Jakarta, 20 Oktober 1931. Dia adalah guru besar Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB).
Memiliki sifat yang egaliter dan berintegritas tinggi, membuat dia mampu menggagas papan tulis teknologi yang bisa menulis tulisan di papan elektronik, yang bisa dikirim ke lokasi yang jauh menggunakan gelombang radio atau televisi, teknologi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan telekomunikasi.
Tidak heran jika dia dikenal dengan sebutan Bapak Sistem Komunikasi Satelit Palapa. Sebelumnya dia meraih gelar Sarjana Teknik Elektro FT ITB Bandung pada tahun 1954, gelar Sarjana Teknik Sekolah Tinggi Muenchen Jerman Barat pada tahun 1956 dan gelar Doktor pada 1960 dari Sekolah Tinggi Teknik Darmstadt Jerman Barat.
Pada tahun 1961-1963 Iskandar diundang sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro ITB. Selanjutnya pada tahun 1966-1968 ia disetujui sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro ITB dan kemudian menyetujui Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB (1972-1974) dan Wakil Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (1974- 1976).
Dan pada tahun 1991, sebelum dia meninggal pada tahun 2008, Isknadar bersama-sama Adi Rahman Adiwaso mendirikan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).