Sebagai warga bangsa yang mempunyai hak suara dan hak memilih, saya pun pantas  merasa kecewa terhadap proses penunjukan calon wakil presiden yang dilakukan Joko Widodo sebagai calon presiden yang tidak jadi menunjuk Prof. Dr. Machfud MD sebagai pasangannya pada pemilihan presiden (Pilpres) untuk Indonesia dalam priode 2019 – 2024.

Pertama karena saya dan kawan-kawan sudah sejak priode sebelumnya — saat Joko Widodo Kampanya pada tahun 2014 — sungguh sudah mengharapkan pada Joko Widodo bisa didampingi oleh Machfud MD sebagai Wakil Presiden.

Dokumen penting  komitmen untuk mencalonkan Jokowi-Machfud ini dahulu termuat dalam dokumen acara Kongres  lV SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) tahun 2014 yang dihadiri langsung oleh Jokowi dengan janji hendak serta bersedia untuk mewujudkan salah satu cita-cita SBSI, yaitu negara yang sejahtera–walfarestate.

Secara khusus, saya tidak yakin terhadap janji dan komitmen Jokowi itu, maka secara pribadi saya menarik diri, meski kawan-kawan saya seorganisasi buruh terus melanjutkan kegigihan mereka memberi dukungan penuh pada Jokowi yang telah meninggalkan Machfud MD yang menjadi calon wakil Jokowi untuk menjadi Prediden. Realitasnya Joko Widodo justru memilih Jusuf Kalla sebagai wakilnya.

Dalam konteks romantisme pun sesungguhnya saya patut merasa senang dengan ajakan Jokowi pada JK untuk menjadi pasangannya jadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Tetapi karena saya nilai Jokowi tidak konsisten pada apa yang dia dikatakan dengan perbuatannya, itulah alasan saya pribadi undur diri untuk tidak ikut aktif dalam Timses pemenangan itu bersama kawan-kawan.

Inilah bagian pertama dari drama politik yang sangat mengecewakan saya, sejak Pilpres pertama Jokiwi yang sudah sangat saya harap mau berpasangan dengan Prof. DR. Machfud MD, mantan Menhan dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, kemudian batal.

Jakarta, 10/8/2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here