Jacob Ereste

Begitulah kekecewaan saya pada bagian (babak) pertama dari drama politik saat menjelang Pilpres. Dan saay menjelang Pilpres kali ini — 2018-2024 — selaku warga negara dan bangsa yang punya hak suara dan hak memilih kembali kecewa, tak hanya dijebak oleh harapan oleh kabar serta berita yang sudah begitu santer dan sangat meyakinkan bahwa Prof. DR. Machfud Machmud akan digandeng oleh inkamben, Presiden Joko Widodo menjadi calon wakilnya dalam Pilpres 2018.

Berita dan kabar tentang kepastian Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia itu pun sudah merebak ke delapan penjuru angin. Ulasan pemberitaan dari beragam media massa pun telah menyedot perhatian banyak orang. Hingga tidak salah jika saya pun menjadi salah satu diantaranya yang ikut memastikan bahwa Machfud MD akan menjadi calon wakil Presiden yang mendampingi Jokowi pada kontestasi Pilpres 2018 yang sudah membuat demam igauwan warga bangsa Indonesia cukup lama sejak beberapa bulan sebelumnya.

Satu diantara sejumlah harapan saya dengan digandengnya Machfud MD jadi calo Wakil Presiden Jokowi pada Pilpres 2018 adalah terhentinya hestek Ganti Presiden 2019. Setidaknya dengan begitu tema diskusi hingga ulasan dan kajian yang terkait dengan Pilpres bisa lebih bermutu memberi pelajaran politik bagi rakyat.

Berita kepastian Machfud MD siap menjadi Cawapres Jokowi pada Pilpres 2018 pun sudah viral mulai dari bantahan pada Machfud MD yang dikatakan oleh Ketua PB NU Aqil Sirad adalah bukan kader organisasi sudah dipatahkan oleh struktur NU yang menunjukkan nama Machfud MD sebdiri tertera dalam struktur organisasi NU.
Begitu juga dengan berita kesiapan Machfud MD sejak dihubungi pihak Istana agar segera mempersiapkan sejumlah perstaratan untuk menjadi calon Wakil Presiden pada kontestasi Pilpres 2018 seperti mengurus surat-surat kelengkapan menjadi calon Wapres Jokowi pun sudah dilengkapi.

Menurut pengakuan Machfud MD pun dia sendiri sudah membuat baju putih khusus agar serasi dengan selera Jokowi saat tampik pada acara deklarasi calon Pasangan Presiden.
Lalu apa yang salah ketika semua keyakinan publik sudah tergiring dan diam-diam telah memastikan bahwa Machfud MD akan segera diumumkan secara formal jadi calon Wapres pendamping Jokowi ?

Saya yakin nyaris semua pemirsa televisi yang menyaksikan detik-detik pengumuman bakal calon Wapres Jokiwi saat itu semua jaget dan terkesima, kok yang muncul nama ulama sepuh NU, yaitu KH. Ma’ruf Amin ?

Semua orang saya yakin sangat menghormati Kyai sepuh sekaliber Ma’ruf Amin. Apalagi saya yang juga sangat sadar telah dibesarkan oleh keluarga Nahdliyin.
Jadi, dengan tidak disebutkan nama Machfud MD sebagai calon Wapres pendamping Jokowi pada Pilpres 2018 sungguh telah melahirkan ada pertanyaan yang sangat besar.
Sungguhkah pemasangan nama Kyai besar dari NU itu sekedar untuk meredam somasi dari para petinggi organisasi keagamaan besar di Indonesia ini akan menyerukan kepada segenap anggata dan pengikutnya untuk tidak memberi dukungan pada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Sejujurnya kami dari organisasi buruh yang sedang punya acara rapat, segera mempercepat waktu, karena ingin vokus menyaksikan acaranya Jokowi yang hendak segera mengumumkan calon pendampinya pada Pilpres 2018 melalui televisi di Sekretariat SBSI Jl. Tabah Tinggi ll No. 25 Jakarta Pusat.

Profesor Muchtar Pakpahan yang cukup akrab dan karib dengan Profesor Machfud tampak bungah karena harapannya yang pernah kandas saat Pilpres pertama Jokowi dulu (2014) kini yakin akan segera terwujud. Bagi tokoh aktivis buruh Muchtar Pakpahan, sosok seorang Machfud MD, sungguh merupakan satu diantara sedikit orang yang bisa diharap dapat dan mau melakukan perubahan guna menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia dari keterpurukan yang terus semakin memburuk serta menunjukkan gejalz yang gawat akan ambruk, akibat oleh ulah segelintir elite politik dan penguasa yang cuma mementingkan diri, keluarga dan kelompoknya saja. Sehingga kepentingan rakyat jadi terabaikan.

Prof. Muchtar Pakpahan yang mengaku sebagai sahabat Profesor Machfud MD sejujurnya mengatakan kecewa terhadap Jokowi yang mau mengubah begitu rupa pilihan untuk mendampinginya sebagai Wakil Calon Presiden pada Pilpres 2018.
Sebagai warga bangsa yang mempunyai hak suara dan hak memilih, Muchtar Pakpahan pun pantas merasa kecewa terhadap proses penunjukan calon wakil presiden yang dilakukan Joko Widodo sebagai calon presiden yang tidak jadi menunjuk Prof. Dr. Machfud Machmud.

Dalam kapasitas sebagai Ketua Umum SBSI maupun sesama aktivis dan pribadi, Prof. Muchtar Pakpahan mengaku kecewa dengan tidak jadinya Jokowi menunjuk Machfud MD, diman kabar dan pemberitaan tentang kesiapan Machfud MD sudah sedemikian jauh, hinggs surat keterangan tentang dirinya dari instansi di Yogyakarta pun telah dia urus semua. Bahkan pakaian khusus pun sudah dibuat.

Memang menjelang pengumuman calon kandidat Wakil Presiden oleh Jokowi, riuh pula pemberitaan yang insinuasinya jelas menyerang sosok pribadi Machfud MD. Pernyataan petinggi NU pun tampak terbelah, sehingga suara yang pro dan kontra terhadap Machfud MD semakin santer hingga membuat keyakinan banyak orang bahwa Prof. Machfud MD dapat dipastikan jadi calon unggulan Jokowi.

Begitulah rasa kaget– kecewanya — banyak orang yang terlanjur percay dan berharap pada pilihan Jokowi untuk Machfud MD yang sangat ideal nenjadi pendampingnya membenahi Indonesia dengan pemerintahan yang mereks pimpin berdua.

Tanpa sedikitpun mengurangi rasa hormat kepada Kyai Ma’ruf Amin yang tiba-tiba muncul namanya saat diumumkan, sungguh jadi membuat banyak seperti tersengat listrik, kaget serta terkejut seakan baru bermimpi di siang bolong.

Bagaimana logikanya pilihan Jokowi bisa jatuh kepada Kyai Ma’ruf Amin, sungguhkah pilihan yang dipiuhkan pada detik-detik terakhir pengumuman dilakujan Jokowi, memang sekedar untuk meredam politisasi dari permintaan Ummat Islam yang sangat dikhawartirkan saat pemilihan di bilik suara kelak tidak akan memilih dan memberikan suaranya ?

Lalu bagaimana dengan larangan terhadap paham keagamaan yang harus dipisahkan dengan pemahaman ?

Sikap ambigu serupa ini justru dilakukan oleh Jokowi, seperti mempermainkan rasa pirasa serta etika dan adab dalam prikakunya pada Machfud MD.
Jakarta, 11/8/2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here