SBSINEWS – Universitas Kristen Indonesia (UKI) menggelar Seminar Nasional dan Call For Papers yang mengusung tema “Revitalisasi Indonesia Melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila,”. Menag Lukman didaulat menyampaikan keynote speech pada seminar yang berlangsung di Gedung William Suryajaya, Cawang, Jakarta Timur.
Tampil juga sebagai keynote speech Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah yang juga alumni UKI periode 2007-2009. Seminar dihadiri, Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury, Ketua Alumni UKI Saur Siagian, serta mahasiswa dan ratusan mahasiswa UKI.
“Sungguh kita harus sangat bersyukur terlahir sebagai orang Indonesia, di tanah surga bernama Nusantara,” kata Menag mengawali sambutanya di Jakarta, Kamis (22/11).
Tanah surga, menurut Menag, bukan istilah baru. Tahun 1960-an, Syekh Mahmud Syaltout, ulama menonjol dari Mesir menyebut Indonesia sebagai sesuatu yang utuh dari Tuhan ke bumi. Tahun 1970-an, Koes Plus menyanyikan lirik lagu orang kata tanah tanah, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. “Tahun 1980-an, Elvy Sukaesih berdendang dangdut soal surga dunia untuk mengiaskan hal-hal nikmat di bumi tercinta ini,” kata papar Menag.
Menurut Menag, tanah surga dapat diartikan sebagai geografi dengan topografi alam yang kondusif bagi kehidupan manusia agar tercukupi kebutuhannya. Indonesia punya itu semua. Sebab, tanah Indonesia bukan padang pasir luas yang panas dan ganas. Bukan juga bagian dari bongkahan yang dingin yang menusuk tulang dan membuat mulut kelu.
“Laut kita luas penuh ikan. Gunung kita indah lengkap keanekaragaman hayati. Air terjun dengan sungai yang mengular hingga jauh ada di beberapa daerah. Ini seperti diceritakan yang diceritakan orang-orang suci, ”kata Menag.
Tanah surga juga dapat berarti kehidupan yang damai berhias harmoni. Berbagai suku bangsa yang berbeda hidup bersama dan saling kontras seperti rajutan tenun dari beragam benang warna-warni. Persis seperti perintah ayat suci yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal dan silaturahim untuk persatukan dalam persaudaraan dan kebaikan.
“Kita memiliki beraneka model sarung, batik macam corak, tapis bernuansa kotak, songket berwarna keemasan, ulos yang ngejreng, hingga gringsing yang awet. Tidak sebentang kain polos satu warna yang langsung kontras dengan kain yang berbeda, ”kata Menag.
“Indonesia tidak hanya cantik, tapi juga asyik. Tidak ada negara lain yang produk busananya sewarna-warni kita, ”tambah Menag.
Demikian juga, tidak banyak negara yang memiliki berbagai kuliner sebanyak Indonesia. Tak tahu negeri lain yang bunganya seharum melati Indonesia. Tiada negeri lain yang pilihan musiknya semeriah. Tiada bahasa yang seberagam Indonesia. Tiada kopi yang senikmat di setiap daerah Indonesia.
“Puncaknya, bangsa yang seramah-tamah orang kita ? Kata pendek, Indonesia pegang seluruh panca indera penghuninya, ”kata Menag.
Menag menilai, Indonesia memiliki segalanya yang cukup menjadi modal untuk maju. Bukan saja soal cara merawat keberagamannya yang menjadi teladan dunia, produk mie instannya pun mampu menginspirasi negara lain. Nigeria misalnya, menyukseskan program imunisasi hingga melampaui target hanya dengan berbekal Indomie. Anak-anak Nigeria berebut divaksin karena mendapat hadiah Indomie, makanan yang sangat populer di negeri itu.
Menag Lukman mengapresiasi UKI Jakarta yang berinisiatif menggelar seminar ini. Menurutnya, tama “Revitalisasi Indonesia Melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila” sangat relevan dengan kondisi saat ini. Tema tersebut strategis dalam upaya terus menjaga, menjaga, merawat keindonesiaan.
“Terimakasih yang tiada terhingga, apresiasai untuk UKI, khususnya untuk studi agama, dan juga bagi para pemikir untuk merawat keindonesiaan kita,” tandasnya. (SM)
Sumber: ikhlasberamalnews.com