Oleh : Andi Naja FP Paraga
SBSINews – Banyak pihak yang mendorong Imam Ali Bin Abithalib Salamullahi alaih untuk memberontak terhadap Kekhalifaan Abubakar yang dinilai tidak berdasarkan Nash dan Risalah bahkan sebagian besar Suku Qurays hingga Abu Sofyan bin Harist Tokoh Kontroversial yang keislamannya diragukan karena dikenal sebagai otak dari Perang Badar, Ubud, Khandak bahkan otak dari Isolasi terhadap Islam menginisiasinya bahkan dukungan kuat datang dari kelompok Anshari, tapi beliau menolaknya demi mempertahankan persatuan dan kesatuan umat.
Justru Imam Ali Salamullah Alaihi mengambil peran ketika Khalifah Abubakar, Umar hingga Ustman membutuhkannya. Banyak persoalan pelik yang terjadi dimasa ke-3 Khalifah tersebut yang penyelesaiannya merujuk pada pandangan Imam Ali Bin Abithalib. Khalifah Umar bin Khattab sering berkata: ‘Celakalah Umar sekiranya tidak ada Abal Hasan‘ Salah satu Panggilan dari Sang Imam.
Seperti diketahui Para Khalifah ini semuanya wafat dalam keadaan terbunuh akibat gejolak politik pasca wafatnya Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi wa Aliih hingga masa Khalifah Usman bin Affan. Bahkan ketika terbunuhnya Khalifah Ustman bin Affan Seorang Sahabat terkemuka Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada Sayyidina Ali Bin Abithalib di ditengah khalayak ramai agar Ali bin Abithalib berkenan dilantik menjadi Khalifah tetapi harus melanjutkan kebijakan pendahulunya namun beliau menolaknya.
Kelak kemudian ketika rakyat mendesaknya dan mendatangi Imam Ali Bin Abithalib ditempat beliau beristirahat dan membai’at beliau, Imam Ali menegaskan kepatuhannya hanya pada NASH dan RIWAYAT tanpa mengikuti pendahulunya. Rakyat menyetujuinya. Tapi disinilah letak persoalan yang sesungguhnya sehingga Beliau menghadapi dua lerang yang besar justru menghadapi Aisyah Bin Abubakar yang memimpin perang melawan beliau yang dikenal dengan Perang Jamal dan Pemberontakan Muawiyah bin Abu Sofyan Gubernur Syam (Kini Suriah) yang dikenal Perang Siffin. Politik pula yang menyebabkan Muawiyah bin Abu Sofyan merebut kekhalifaan dari Sang Imam. Dan Perubahan besar terjadi. Ibu Kota Pemerintahan berpindah dari Madinah ke Syam.
Imam Ali Bin Abithalib memilih hijrah ke Kuffah Irak hidup sebagai petani dan orang-orang kuffah serta dari beberapa wilayah tetap mendapat bimbingan keislaman dari beliau. Sungguh tak ada satupun gerakan beliau yang mengganggu Pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan hingga Imam Ali bin Abithalib terbunuh oleh Ibnu Muljam . Tidak berbeda dengan yang dilakukan Putra beliau Imam Hasan bin Ali bin Abithalib Pasca Wafatnya Imam Ali. Beliau tetap menjadi Guru bagi Umat. Namun suasana jadi berubah ketika Muawiyah mangkat lalu putranya yg bernama Yazid bin Muawwiyah menjadi Khalifah kedua Dinasti ini.
Kita closing dulu. Materi ini sebetulnya hanya pembuka agar kita tak kaku menilai sebuah dinamika. Saya hanya ingin berkesimpulan bahwa menjadi oposisi yg baik itu sangat Indah Jika meniru langkah Amirul Mukminin Al Imam Ali bin Abithalib Salamullahi alaihi yang tidak membuat Status Quo menjadi bulan-bulanan.
Al Faqir
Andi Naja FP Paraga