Oleh: Yolis Syalala

Assalamualaikum. Wr Wb

SBSINews -Hari ini adalah hari silaturahmi bagi saya, setelah beberapa hari persiapan pra pendaftaran. Setelah mengawali pagi tadi dengan nasihat-nasihat tentang strategi pertarungan konstitusi dari Prof. Yusril Ihza Mahendra. Sebagaimana Postingan saya sebelumnya.

Siang menjelang Sore, sayapun bergeser ke orang tua saya yang satu lagi. Seorang Bapak yang selama ini mengajari saya untuk jadi berani dan tidak takut lagi. Seorang yang di cap kiri oleh Orde Baru. Dialah Prof. Mochtar Pakpahan. Bapak Buruh Indonesia.

Di tengah hujan yang sedang melanda Ibu Kota hari ini, tibalah saya di kantornya. Alhamdulillah saya diterima baik, setelah cium tangan, cipika – cipiki, beliau mempersilahkan duduk.

Saya membuka obrolan, menanyakan kesehatan beliau dll. Lalu saya juga menyampaikan amanah Prof. Yusril kepadanya

“Pak Ananda tadi pagi ke rumah Pak Yusril, mendiskusikan soal apa saja diperlukan nantinya di Mahkamah Konstitusi dari bidang ilmu beliau, saya sampaikan ke Pak Yusril juga bahwa mau Jumpa Prof. Mochtar siang ini, nah beliau Titip salam untuk Prof. Mochtar” tegas saya kepada tokoh buruh itu.

“Oh ya, terima kasih, salam kembali untuk Pak Yusril ya Nak, sehat beliau kan?” Jawabnya atas penjelasan saya. Bla bla bla.

Bahasan kami selanjutnya tentang hal-hal yang dianggab perlu dalam Judicial Review nantinya. Membahas Peran Prof. Mochtar, peran Prof. Yusril dan Peran barisan pakar hukum milenial DR. Ahmad Redi dkk. Yang pada intinya upaya akan dimaksimalkan untuk menegakkan perlindungan hukum bagi tenaga kerja upah murah ini. Guru, Tenaga Kesehatam dan honorer di bidang lainnya.

Jangan sampai permasalahan tenaga honorer ini lama berlarut, karena jika didiamkan itu sama halnya membiarkan pemerintah menikmati pekerja dengan upah murah.

Dalam kesempatan itu saya juga melaporkan alasan mengapa pemohon JR UU ASN hanya separuh dari jumlah provinsi yang ada di negeri ini. “Maafkan ananda Pak, pemohon cuma separuh dari target, alasan mereka tak berani menggugat karena TAKUT DIPECAT pak”

Jelas saya padanya sore tadi.

Beliau menjawab “Mereka takut? Ohhh berarti mereka lebih berani masuk Got dari pada memperjuangkan hak dasar mereka sebagai manusia merdeka” (Masuk Got,merujuk kepada honorer DKI yang viral beberapa hari ini)

“Kau Berani Nak?”

Sekali lagi saya pinjem kata pamungkas DR Ahmad Redi. “Takut tak memperpanjang umur, Beranipun tak memperpendek Umur Pak, selagi orang-orang baik seperti Prof. Yusril, Prof. Mochtar dan DR Ahmad Redi dan Tim hukum membantu perlawan konstitusional ini, ananda dkk siap lahir batin Prof” tegas saya

“Bagus, artinya kau dkk pemohon ini sadar berkonstitusi, kita maksimalkan perjuangan ini ya,” tegasnya lagi meyakinkan saya untuk selalu berani dan tidak takut kena pecat hehe.

Sampai pada kesimpulan, Bismillah. “Sekali layar kami kembangkan, pantang Biduk putar haluan” semoga Allah mempermudahkan jalan kami ini demi kemerdekaan honorer 100% atau honorer itu mati 100%.
Mohon doa rekan – rekan di sini. Kami Insya Allah kamis daftar gugatan uji materi uu Nomor 5 tahun 2004 tentang Aparatur Sipil Negara.
Bismillah. (SM)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here