Oleh dr. H Minanurrahman
_Stunting is the impaired growth and development that children experience from poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial stimulation. Children are defined as stunted if their height-for-age is more than two standard deviations below the WHO Child Growth Standards median.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami asupan gizi rendah, sakit infeksi berulang, dan kurang mendapat stimulasi psikososial. Anak anak dikatakan mengalami ‘stunting’ jika tinggi terhadap umurnya lebih rendah 2 standar deviasi dari median ‘standar pertumbuhan anak WHO’.
Stunting terjadi di awal kehidupan yaitu pada 1000 hari sejak konsepsi (pembuahan) hingga anak berumur dua tahun. Gangguan pertumbuhan pada anak berdampak buruk pada anak. Beberapa dampak adalah kecerdasan dan prestasi belajar rendah, penghasilan rendah waktu dewasa, kehilangan produktifitas, dan berisiko terkena penyakit kronis berkaitan kelebihan nutrisi di waktu dewasa.
Untuk mencegah stunting, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori.
Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek. Gejala stunting pada anak diantaranya :
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
Antisipasi stunting pada anak dengan cara :
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
2. Menghindari asap rokok dan memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara lain dengan menu sehat seimbang, asupan protein, zat besi, asam folat, yodium yang cukup.
3. Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Mengikuti program imunisasi terutama imunisasi dasar.
5. Memberikan ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang memadai.
Penyebab dari rendahnya asupan nutrisi (terutama protein) pada masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun antara lain :
1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan gizi anak. Kebanyakan orangtua memberi makan anak asal kenyang, banyak karbohidrat dan sangat sedikit protein.
2. Rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Masih banyak ibu yang malas (kerepotan) menyusui dan mengganti dengan susu formula atau makanan pengganti.
3. Tingginya konsumsi rokok. Meskipun kebanyakan ibu tidak merokok, tapi para ibu dan anak anaknya setiap hari menghirup asap rokok suaminya. Hal ini berakibat anak mudah sakit infeksi saluran pernapasan.
4. Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan stunting.
5. Higien dan sanitasi yang buruk. Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus (cacingan).
Menghindari terjadinya stunting memang memerlukan ketekunan dan usaha yang menyeluruh dari semua pihak. Ingat, tanggung jawab ini bukan hanya milik para ibu, loh, melainkan milik seluruh anggota keluarga.
KUNCI UTAMA MENCEGAH STUNTING adalah asupan nutrisi yang cukup (terutama protein) sejak bayi dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Kebutuhan protein anak terutama berasal dari Air Susu Ibu, selain itu juga berasal protein dari hewan seperti susu, telur, ikan, ayam, dan daging. Anak butuh protein tinggi (15%) dalam makanan. Inilah yang harus diketahui oleh seluruh masyarakat, agar mengutamakan pemenuhan kebutuhan protein anak.
Higien dan sanitasi harus dijaga terutama kebersihan air dan makanan, serta ketersediaan jamban. Demikian pula kebersihan lingkungan dan bebas dari asap rokok. Hal ini penting agar anak tidak mudah sakit.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah peran ibu untuk mengasuh sendiri anaknya. Anak yang diasuh oleh bukan ibu kandung cenderung kurang mendapat kasih sayang, kurang stimulasi, dan juga kurang asupan gizi protein. Setiap ibu harus mengutamakan anaknya daripada bekerja mencari nafkah.(ANFPP090121)