Presiden Soekarno (Bung Karno)

SBSINEWS- Nama Soekarno, mantan Presiden pertama Republik Indonesia, begitu berarti di kalangan masyarakat Rusia.

Hal itu disampaikan M. Wahid Supriyadi (61), mantan Duta Besar LBBP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus. Dia bertugas sejak April 2016 hingga Juli 2020.

Selama bertugas, dia mendapatkan berbagai pengalaman menarik. Terutama, mengenai arti sosok presiden pertama Indonesia Soekarno bagi kalangan rakyat Rusia.

Saking begitu melekatnya sosok Soekarno di Rusia, ada dua anak di sana dinamai Sukarno. Kedua anak itu yakni Sukarno bin Kamil ( bahasa Rusia disebut Sukarno Kamilevich) dan Sukarno bin Muhammad ( Rusia : Sukarno Magomedovich).

Kini usia mereka masing-masing 14 tahun dan 12 tahun. Wahid bertemu dengan kedua anak itu saat meresmikan Pusat Nusantara di ke Makhachkala, Dagestan, Rusia, Selasa (26/3/2019).

Dua Sukarno itu datang atas undangan Kepala Pusat Nusantara, Abdulaev Ibragimgadzi.”Ini luar biasa. Kalo nama Sukarno untuk kalangan generasi tua Rusia itu mungkin sudah biasa.

Namun nama itu disematkan ke anak kecil zaman sekarang,” jelas Wahid yang kini berdomisili di Depok, Jawa Barat saat dihubungi Tribunjateng.com, Sabtu (23/1/2021)

Dia melanjutkan, dari penuturan Abdulaev, cerita asal nama Sukarno di dua anak Rusia itu berawal dari buyut mereka yaitu Musa Gashimovich yang kagum terhadap sosok Sukarno. Kekaguman itu, bermula saat Musa Gashimovich menghadiri sidang Partai Komunis di Kremlin pada Juni 1961.

Musa asli warga Dagestan yang menjabat Ketua Kelompok Tani (Kolkhoz). Pada sidang Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet kala itu hadir beberapa kepala negara asing, termasuk Presiden pertama RI, Sukarno. Sidang hari itu jatuh pada hari Jumat.k

Ketika saatnya waktu Zuhur, tiba-tiba Presiden Sukarno berdiri dan minta izin kepada Sekjen Partai Komunis kala itu, Nikita Khrushchev. Sukarno izin untuk meninggalkan ruangan karena akan menunaikan salat.

Nikita Khrushchev pun mengizinkan. “Musa pun terkejut dan seolah tidak percaya. Kegiatan beragama, termasuk Islam, selama zaman Uni Soviet dilarang atau dilakukan diam-diam,” paparnya.

Menurut Musa, dituturkan Wahid, hal yang dilakukan oleh Sukarno tersebut sangatlah luar biasa dan di luar pikiran kebanyakan orang Rusia ketika itu. Maka, atas kekagumannya pada Sukarno, Musa pun memberi nama anaknya Sukarno bin Musa (Sukarno Musaevich).

Anaknya itu lahir pada tahun 1962. Musa sempat menulis surat kepada KBRI Moskow kala itu untuk meminta izin memberi nama anaknya “Sukarno”. Akan tapi surat tidak pernah dijawab.

“Dulu surat disortir oleh pemerintah jadi dugaan surat tak pernah sampai di ,KBRI Moskow,” jelasnya. Salah seorang anak Sukarno bin Musa, sambung Wahid, Kamil juga ikut mengikuti jejak kakeknya dengan menamai anaknya Sukarno bin Kamil (Sukarno Kamilevich).

Anehnya, saudara sepupu Kamil, Muhammad, juga memberi nama anaknya Sukarno bin Muhammad (Sukarno Magomedovich) karena kekagumannya pada bapaknya yakni Musa.

“Berarti kedua anak yang datang pada peresmian Pusat Nusantara tersebut, Sukarno bin Kamil dan Sukarno bin Muhammad, adalah cicit dari Musa Gashimovich yang hadir di sidang Konggres Partai Komunis Uni Soviet 1961,” bebernya.

Tak hanya itu, kata Wahid, hingga kini nama Sukarno masih banyak dikenal luas rakyat Rusia terutama generasi tua.

Khususnya bagi mereka yang tinggal di Kota-kota yang pernah dikunjungi Presiden Sukarno di antaranya Moskow, Saint Petersburg, Yekaterinburg, Sochi, dan Samarkand. Kota yang disebutkan terakhir sekarang masuk wilayah Uzbekistan. Hal itu tak lepas dari kenangan rakyat Rusia saat kunjungan Sukarno.

Seperti saat di Moskow, Sukarno mengunjungi Masjid Katedral yang saat itu sangat kecil. oto kunjungan itu masih tersimpan di Masjid kebanggan umat muslim Rusia tersebut.

Tak hanya di Masjid, di Museum Yuri Gagarin, yang menjadi satu ikon terpenting bangsa Rusia. Di situ ada dua mendali dari Sukarno yang diberikan kepada Yuri Gagarin, sosok simbol keberhasilan terpenting Uni Sovyet dalam kemajuan teknologi.

Selanjutnya, di Saint Petersburg dalam kunjungannya tahun 1956, Sukarno meminta Nikita Khrushchev agar mengizinkan kembali dibukanya Masjid Biru sebagai tempat ibadah umat Islam. Khrushchev pun mengizinkannya tepatnya selepas 10 hari kunjungan Sukarno.

“Imam Masjid Biru, Cafer Nasibullahoglu, pun mengakui jasa Sukarno. Secara tak resmi umat muslim sana menyebut Masjid Biru sebagai Masjid Sukarno,” kata pria yang juga pernah jadi Dubes Uni Emirat Arab ini.

Wahid menjelaskan, demikian juga dengan cerita makam Imam Bukhari. Walaupun tidak ada sumber sejarah resmi, masyarakat Samarkand sampai saat ini meyakini bahwa makam Imam Bukhari dibangun oleh Uni Soviet atas jasa Sukarno.

Konon Sukarno bersedia memenuhi undangan Nikita Khruschev dengan syarat ditemukannya makam Imam Buchari. Dan benar saja Khruschev memenuhi syarat itu dan Sukarno sendiri dalam rangkaian kunjungannya tahun 1956 mengunjungi makam tersebut dengan perjalanan kereta api yang ditempuh sekitar 3,5 hari.

Awalnya makam Imam Buchari masih banyak dikelilingi oleh padang ilalang. Namun demi menyambut sukarno, Khruschev merehab Makam Imam Buchari. Tempat itu kini memang ditutup. Akan tetapi jika rakyat Indonesia berkunjung dan bilang dari Indonesia pasti dibukakan oleh penjaganya.

“Mereka tahu bahwa itu jasa Bung Karno jadi mereka sangat menghargai hal itu,” ungkapnya.Cerita berikutnya, lanjut dia, ketika membuka acara turnamen Veteran Cup Badminton pada Oktober 2016.

Setelah acara pembukaan, tiba-tiba ada seorang pria tua maju ke panggung membawa kaset dan meminta di putarkan. Awalnya dia mengira pria itu akan menyetel lagu Nasional Rusia. Ternyata lagu yang dilantunkan berupa lagu Rayuan Pulau Kelapa yang sudah alih bahasa Rusia.

“Saya bilang ke Pria itu bahwa lagu itu lagu Indonesia. Pria itu menjawab benar sekali ini lagu terkenal pada masa sukarno,” ujarnya. Dia pernah kunjungan ke Kaliningrad negara bagian ujung barat Rusia.

Ketika itu dia didatangi orang Rusia membawa acordian kuno selepas acara Indonesian Day. Dia datang ingin memberikan barang itu yang merupakan peninggalan kakek neneknya. Mereka kagum Sukarno sehingga ingin memberikan barang itu sebagai kenang-kenangan.

“Saya bilang ke orang rusia itu bukankah barang itu penting baginya. Tetapi dia kekeh menyerahkan karena baru kali ini Dubes Indonesia datang ke Kaliningrad.

Dia juga menceritakan masa kecilnya sudah kenal Sukarno meski lewat radio,” katanya. Pernah juga Wahid mendatangi sebuah pasar di wilayah Sochi. Kedatangan ke pasar itu hanya ingin mampir saja.

Para pedagang tanya asalnya dari mana. Setelah tahu dari Indonesia, mereka sumringah dan bilang kalau tahu Indonesia tahu sukarno.”Mereka orang biasa, ordinary people namun sangat kenal sukarno,” papar pencinta motor Vespa ini.

Hal serupa juga terjadi sewaktu berkunjung di Dagestan. Wilayah itu selama ini dianggap sebagai wilayah konflik dan bahkan situs-situs perjalanan masih menyebutkan daerah ini tidak aman untuk turis.

Ternyata keadaan di lapangan berbicara lain. Di luar acara resmi, dia meminta untuk berkunjung ke pasar di kota itu. Menurutnya Pasar adalah potret kehidupan masyarakat umum yang tidak bisa direkayasa.

Sesampai di pasar, dia melihat suasana yang ramai seperti pasar pada umumnya, tidak melihat adanya tentara yang berjaga, hanya satpam biasa. Kedatangannya ternyata menarik para pedagang, yang senang seperti melihat turis dari Asia Tenggara.

Setelah mengetahui yang datang dari Indonesia,mereka ramai-ramai menawarkan oleh-oleh kepadanya untuk dibawa pulang. “Hal ini sangat menyentuh hati. Saya pun harus mencari tas tambahan untuk membawa oleh-oleh dari mereka,” katanya.

Kendati demikian, dia mengakui, romantisme hubungan Indonesia dan Rusia hanya dirasakan oleh para generasi tua Rusia. Generasi sekarang mungkin sudah jarang yang tahu Sukarno. Terkecuali para generasi muda Rusia yang belajar sejarah negaranya pasti tahu Sukarno.

Hal itu dipicu hubungan Indonesia dan Rusia yang sempat vakum selepas lengsernya Sukarno. Sebenarnya hubungan mesra antar dua negara hendak dibangun kembali.

Dimulai oleh Presiden Megawati, lalu SBY. Kemudian di intenskan oleh Presiden Jokowi mulai tahun 2016. Kedua negara mencoba membangun hubungan second golden era atau era keemasan kedua.

Tak hanya dari Indonesia, dari pihak Rusia juga melakukan hal yang sama. Hal ini ditunjukan dari sikap Presiden Putin terhadap Presiden Jokowi yang luar biasa.

Menurutnya, hal itu tampak pada saat Putin menjemput presiden jokowi dengan mobil pribadinya.”Hal itu sangat jarang dilakukan Putin dalam menerima kunjungan pimpinan negara. Kalau bukan orang dekat Presiden Putin tidak melakukan itu,” katanya.

Momen lainnya ditunjukan saat peringatan 20 tahun Asian-Rusia. Indonesia dispesialkan Rusia dengan memberikan waktu sehari khusus untuk Indonesia. “Putin ingin mengembalikan romantisme hubungan Indonesia-Rusia seperti era Sukarno,” bebernya.

Dari pihak KBRI, jelas Wahid, selama bekerja di sana, telah membuat festival Indonesia sebanyak 4 kali. Tujuannya menyasar generasi muda Rusia yang ingin kenal dengan Indonesia.

Imbasnya jumlah turis Rusia yang masuk ke Indonesia melonjak 100 persen dari angka 80 ribu menjadi 160 ribu pertahun. Mata pelajaran bahasa Indonesia yang hanya diajarkan di tiga Universitas menjadi empat Universitas.

“Mata pelajaran Indonesia yang sebelumnya sepi peminat kini digandrungi kembali,” tandas pria asli Kebumen ini. (Iwn)
Berita terkait Soekarno.

(ANFPPM060621)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here