Sulitkah berorganisasi tanpa Nepotisme? Jawabannya, untuk yang terbiasa hidup dengan pola pertemanan yang mengikat nasib dan rezekinya teman satu nasib satu rezeki itu adalah temannya untuk selama-lamanya dan ia akan memberi kepatuhan kepadanya selama-lamanya apalagi jika ia mantan pemimpinnya atau majikan.
Nepotisme seperti ini berlaku ditingkat Organisasi Masyarakat (Ormas), organisasi sosial hingga organisasi bernama Negara. Terkadang kita berhasil menggilas nepotisme lama namun tidak lama kemudian hadirlah nepotisme yang baru ditempat yang sama milik orang lama atau orang baru.
Nepotisme nampaknya tidak pernah benar-benar hilang. Mengapa? Jawabannya,karena nepotisme yang sudah menjadi bagian dari DARAH dan DAGING seseorang tidak mungkin dapat dihilangkan hanya dengan sekedar rajin ibadah, mohon ampun yang banyak.
Nopotisme itu baru akan hilang jika dibakar dari Jiwa dan debunya dilarung ke Laut Spritualitas.
Bagaimana menentukan seseorang Nepotisme?
Penganut Nepotisme ini tidak akan melupakan seseorang atau sekelompok orang teman seperjuangannya apalagi ia adalah mantan pemimpinnya ditempat lain dan ketika menemukan tempat baru ia pun akan memberi ruang kepada mereka seluas-luasnya.
“Sayyid Qutub” Seorang Doktor Komunikasi di Mesir Era 1960 mengatakan “Seorang budak akan tetap mencari tuannya walaupun ditempat yang baru, jika tidak ditemukan barulah ia menjadi budak dari majikan yang baru”
Dalam sebuah organisasi orang yang bermental nepotisme sudah pasti sangat membahayakan. Ia tidak melihat siapa sesungguhnya lebih pantas di dalam sebuah posisi akan tetapi orang siapa.
Ia tidak memperhitungkan dampak dari perbuatannya yang penting memprioritaskan teman-temannya.
Ketika ia memegangkan sebuah program untuk organisasi maka yang diprioritaskan adalah teman-temannya, yang bukan temannya jika perlu tidak perlu masuk.
Satu hari satu malam di acara Gathering BPJS Ketenagakerjaan di Sentul, Bogor saya berdiskusi banyak dengan tokoh-tokoh senior perburuhan di Tanah Air. Berbagai macam hal yang didiskusikan termasuk potensi nepotisme pada pengurus Serikat Buruh – Serikat Pekerja.
Menurutnya rusaknya hubungan internal antar sesama pengurus Serikat Buruh-Serikat Pekerja itu karena mengentalnya Nepotisme di Internal. SB atau SP dan justru hal ini yang sangat sulit dihilangkan. Melawan nepotisme dari dalam seperti mengkuliti diri sendiri. Sakitnya luar biasa.
Para senior yang kini sudah mulai menua mengingatkan bahwa nepotisme itu dimulai dari nepotisme antar keluarga, antar teman,nepotisme antar geng.
Jika Nepotisme itu membawa gerbong panjangnya dari organisasi lama ke organisasi baru maka gerbong itu dapat mempengaruh di rel mana akan dilalui keret api dan ke Stasiun menuju lokomotif akan diarahkan.
Secara perlahan mereka merebut kewenangan demi kewenangan dan orang-orang lama akan semakin menepi. Mengapa demikian?
Jawabannya sederhana karena gerbong panjang itu merupakan kekuatannya dalam segala hal baik dalam demokrasi maupun dalam intervensi.
Kongres SBSI ke VI pada Tahun 2018 Kepengurusan DPP SBSI dan KORWIL SBSI akan dievaluasi. Namun hasil Evaluasi tergantung pada demokrasi dan demokrasi sangat ditentukan oleh suara terbanyak.
Demokrasi sesungguhnya memberi ruang besar kepada para penganut nepotisme untuk menang. Delamatisme Demokrasi sesungguhnya adalah pertarungan antara Nepotisme dan Idealisme.
Jika Nepotisme menang maka tunggulah kehancuran sebuah organisasi, namun jika Idealisme menang maka mari berteriak Selamat Datang Unionis Sejati.
Ditulis Oleh: Andi Naja FP Paraga