Salam SATU Indonesia, Rudi S Kamri

“Beragama tapi tidak berTUHAN”. Ungkapan ini pertama kali disampaikan oleh Bertrand Russel, seorang Filsuf dan Ahli Matematika dari Britania Raya beberapa ratus tahun lalu. Dan ternyata ucapan ini masih cukup relevan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini khususnya di Indonesia akhir-akhir ini.

Kalau seseorang beragama sekaligus berTuhan pasti dia selalu menebarkan kasih sayang dan kedamaian diantara sesama manusia. Tapi yang terjadi di negara kita akhir-akhir ini jauh dari harapan itu. Banyak orang mengaku beragama dan dalam kesehariannya begitu bangga dengan atribut keagamaannya, tapi dalam pola pikir, perilaku dan lisannya jauh dari adab ajaran agama yang dianutnya. Yang memprihatinkan kita sering terjebak dalam pengkultusan simbol-simbol. Simbol bendera, simbol cara berbusana dan simbol duniawi lainnya. Dan yang mengenaskan beberapa orang atau kelompok justru sering menggunakan simbol agama untuk melakukan kekerasan dan pelecehan kemanusiaan.

Terlalu banyak kekerasan yang dilakukan kepada sesama manusia atas nama agama. Dalam hal ini yang disampaikan oleh RA Kartini sangat benar. Beliau menyampaikan : “Agama memang menjauhkan dari dosa, tapi berapa dosa yang kita lakukan atas nama agama ?”.

Pemahaman beragama yang salah menyebabkan orang mempunyai pemahaman yang sangat dangkal tentang bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Beragama secara dogmatis dan tanpa nalar menyebabkan mereka melupakan hal yang paling esensial dalam ajaran agama yaitu munculnya benih kasih sayang terhadap sesama manusia. Kalau seseorang bertaqwa kepada Tuhan dengan total, seharusnya dia tidak akan melakukan tindakan kekerasan kepada sesama manusia yang notabene adalah ciptaan Tuhan.

Tapi menurut saya intimidasi dan kekerasan verbal dengan kedok membela agama sejatinya hanya kamuflase untuk kepentingan politik semata. Dan ini terbukti, saat sekelompok orang berdemonstrasi dengan tajuk Aksi Bela Tauhid beberapa waktu lalu, ujung-ujungnya mereka menghujat Jokowi dan mengharam-haramkan memilih Jokowi serta menyerukan Ganti Presiden 2019. Ini luar biasa keterlaluan. Agama dibawa-bawa ke dalam level terendah yaitu perebutan kekuasaan. Bagi saya yang dilakukan oleh kelompok “teroris kemanusiaan” ini adalah bentuk nyata penistaan kesucian agama yang dilakukan secara terencana, terstruktur, sistematis dan masif.

Salah satu figur yang paling berperan dengan terciptanya kelompok-kelompok “teroris kemanusiaan” adalah oknum pendakwah agama tertentu yang memberikan pemahaman yang salah kepada jamaahnya. Para oknum pendakwah agama tersebut hanya mentransfer informasi dan ilmu tanpa memberikan landasan nilai yang paling utama dalam agama yaitu KETAQWAAN (secara total kepada Allah) dan KASIH SAYANG (kepada sesama manusia). Seseorang yang beragama secara benar pasti dalam dirinya tercermin 2 hal tersebut dalam setiap pola pikir, pola tindak dan lisannya.

Saya menduga PROSES SESAT PIKIR dalam beragama ini memang sengaja diciptakan agar tercipta manusia beragama secara sempit dan tanpa akal serta tanpa hati nurani. Karena kelompok-kelompok seperti itu akan sangat mudah dimanfaatkan dan dikendalikan. Terciptanya kelompok-kelompok seperti mereka adalah target utama dari para POLITIKUS BUSUK untuk dimanfaatkan sebagai landasan atau alas bagi para politikus untuk mendapatkan kekuasaan. Dan inilah yang terjadi di Indonesia saat ini.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, fenomena beragama tapi tanpa berTuhan yang sedang merajalela di negeri kita saat ini karena ditunggangi kepentingan politis praktis. Dan yang membuat saya heran, banyak saudara sebangsa kita yang tidak menyadari akan hal ini dan secara membabi buta mengumpankan dirinya untuk diperalat oleh kaum politisi yang haus kekuasaan.

Konklusi pragmatis dari tulisan saya ini adalah, lebih baik tidak beragama tapi berTuhan daripada beragama tapi tidak berTuhan. Namun bagi saya jauh lebih baik apabila kita BERAGAMA DENGAN BERTUHAN.

So, mari kita beragama secara sederhana saja. Dan beragamalah sebagai manusia biasa.
Manusia biasa pasti memiliki naluri alamiah untuk mencintai sesama manusia dari golongan manapun dan agama apapun.
Kalau ada kelompok yang tidak punya rasa mencintai sesama manusia berarti sejatinya mereka bukan manusia tapi……….

Salam SATU Indonesia,
Rudi S Kamri

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here