Apa Yang Kau Cari
Karya Muchtar Bebas Pakpahan
Hei anak muda!
Di umurmu 30 tahun ini,
Kau dibenci pengusaha, dibenci penguasa, dan dibenci tentara.
Kau dituduh PKI,
Kau harus dipecat dari Kampus tempatmu menabur ilmu,
Kau tetap teguh membela buruh dan kaum tertindas lainnya.
Apa yang kau cari?
Hei tokoh muda!
Di umurmu 40 tahun ini,
Kau dipenjarakan,
Kau diasingkan,
Isteri dan anakmu diteror,
Kau diancam dibunuh,
Kau tolak menjadi pemegang saham di sebuah perusahaan,
Kau tolak ajakan duduk di kabinet,
Atas nama negara, identitasmu dipalsukan. Kau dinyatakan lahir di Bandarbetsi, senyatanya kau lahir di Bahjambi 2.
Kau ingat? Jarak tempuh Bahjambi ke Bandar Betsi tiga kali naik bus, atau angkot.
Masihkah kau ingat? Tentara yang membuat gara-gara, kau yang ditangkap 30 Juli sebagai provokator.
Masih kau ingat? Itulah yang disebut peristiwa 27 Juli
Oh iya, masihkah engkau ingat?
Engkau ditangkap di Tangerang tahun 1993 karena menyanyikan lagu ini?
“Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati, sawah lading dikoleksi oleh penguasa negeri,
Hutan laut dan daratan dijual ke luar negeri, Megawati pemimpin kita, rakyat makmur sentosa”
Stop !!! stop !!! itulah teriakan bersepatu laras, selanjutnya kau ditahan di polres Tangerang
Sekarang mau kutanya:
Apa yang kau cari?
Hei orang tua,
Di usiamu 50 tahun ini,
kau tidak ikut duduk di kekuasaan,
kau gagal dalam perhelatan demokrasi.
Artinya? Perbuatanmu tidak disukai rakyat, terbukti kau tidak diingini rakyat menjadi penguasa.
Kau tolak ajakan bergabung dengan kelompok yang berbeda idiologi denganmu.
Namamu mulai memudar, bahkan mulai dicemooh para anak muda.
Namamu dilupakan sejarah,
Padahal Majalah Times pernah memperkirakan, engkau bakal menjadi pemimpin dunia.
Apa yang kau cari?
Hei Oppung doli!
Di usiamu 60 tahun ini,
Kau mulai lagi mengerjakan seperti di usiamu 30 tahun.
Kau pusatkan pikiranmu, kau kerahkan kekuatanmu dan kau pergunakan harta milikmu.
Karena engkau tetap membela buruh dan kaum tertindas,
Engkau dicemooh oleh yang kau persiapkan sebagai penggantimu.
Mereka melupakan ajaranmu, dan melupakan idiologi yang kau tanamkan.
Konon anak-anakmu dan cucumu kecewa, karena mereka kembali merasakan kurang perhatian darimu.
Tapi kau beruntung, isterimu, oppung boru memberikan dukungan sepenuhnya. Sekarang kutanya lagi,
Apa yang kau cari?
Sekarang aku jawab pertanyaanmu.
Aku adalah Pancasilais,aku Nasionalis,aku Marhaenis dan aku Sukarnois.
Aku bersumpah, aku berjanji, dan aku bertekad, tetap mencari kesempatan mewujudkan cita-cita Sukarno negara welfarestate.
Aku yakin, hanya dengan sistem welfarestate, ada keadilan sosial dan semua rakyat dapat menikmati hidup sejahtera.
Sekarang, kuharap hentikan bertanya, Jangan bertanya lagi.
Beritahu ke semua orang jawabanku ini. Hanya dengan WELFARESTATE, mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
Jakarta, 22 Februari 2018.