Mungkin karena kesal kepada Natalius Pigai, Permadi Arya yang sering dipanggil Abu Janda, langsung ngetwit, “Natalius Pigai, apa kapasitas kau ? Sudah selesai EVOLUSI belum kau ?”

Kata2 ini langsung disambar Pigai dengan semangat. Pigai memang pintar, dia membuka dirinya untuk dihina secara rasis. Ketika ada orang terjebak, maka Pigai melebarkan permasalahan itu ke arah suku dan ras. Padahal ejekan itu bersifat pribadi, tidak ada hubungannya ma suku dan ras.

Apakah Pigai ingin mengulang kejadian makian “monyet” dan berhasil dijadikan senjata kerusuhan di Timika ? Hmm, mungkin saja.

Twit Permadi Arya memang kasar dan cenderung menghina pribadi Pigai. Itu harus diakui. Tapi apakah itu bisa dijadikan alat bukti hukum supaya dia dipenjara karena rasisme ?

Um, nanti dulu. Kita harus tau apa arti evolusi dulu. Evolusi adalah perubahan bertahap, dimana sesuatu berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lebih kompleks.

Nah, pertanyaannya apakah kita sudah berhenti berevolusi ?

Dr Virpi Lummaa, seorang peneliti dari University of Sheffield, yang saya kutip dari merdeka.com tahun 2018, menyatakan bahwa evolusi manusia tidak akan berhenti hanya karena monogami. Manusia terus berevolusi seperti mahluk liar lainnya. Para ilmuwan menyebut model evolusi lambat ini dgn microevolution, beda dgn evolusi dulu yg sangat cepat.

Jadi sebenarnya perkataan “belum selesai evolusi” dari Permadi Arya tidak bisa dikatakan rasisme, karena memang kenyataannya manusia belum selesai berevolusi. Bukan hanya Pigai saja, Permadi juga belum. Sama2 belum selesai berevolusi.

Karena itu, tidak pantas jika laporannya memakai pasal kebencian, karena kata2 “belum selesai evolusi” itu tidak bisa dimasukkan pasal kebencian ras. Mungkin perbuatan tidak menyenangkan, karena yang gak senang Pigai. Tapi kok yang melaporkan Ketua KNPI ? Hubungan mereka berdua apa ya ? Apa saudara kandung ?

Tapi karena merasa umpannya sudah masuk, pelapor Permadi terus berkoar2 Permadi sudah melakukan ujaran kebencian.

Saya gak heran sih, pola mereka. Saya kenal banget karena sering dilaporin. Mereka gak penting laporan mereka punya bukti hukum kuat. Yang penting laporkan dulu, trus bicara lewat media. Giring opini publik.

Lha, nanti kalo laporannya gak diterima ? Tinggal ngomong aja, “Permadi dilindungi rezim” “Polisi tidak netral” “Ternyata Kapolri baru tidak punya taring penjarakan abu Janda”.

Gampang kan ? Gampang lah, wong tinggal ngomong gitu sama sewa buzzer supaya trending. Kebiasaan mereka begitu sih, sudah hapal.

Ah, jadi pengen ngopi malem-malem Kantuk hilang, tinggal udud sebatangsebatang, Seruput..

Denny Siregar

1 KOMENTAR

  1. Menurut saya; demokrasi Indonesia itu adalah demokrasi Pancasila, atau demokrasi terpimpin atau Sosial demokrasi dimana HAK SUARA hanya dianggap syah dan disalurkan lewat lembaga-2 demokrasi BUKAN SUARA ORANG PERORANG alias nyinir, ngocehdlsb. Seperti di negara yang menganut DEMOKRASI LIBERAL.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here