Debat cawapres kali ini nyaris sama seperti debat capres sebelumnya. Cawapres 02 lancar, ideal-ideal yang hendak dicapai jelas, tapi di setiap segmen tidak dijelaskan bagaimana cara mencapainya. 01 lebih kongkrit, konseptual dan jelas alur antara gol dan etape-etape yang dibutuhkan.

Jika Sandi hanya fasih melafalkan istilah asing dalam bahasa Inggris, Makruf Amin fasih melafalkan bahasa ingris, Arab, dan fasih mengkontekstualkan kaidah-kaidah usul fikih kedalam program kerjanya.

Saya tertarik dengan segmen kebudayaan. Menurut KH. Makruf Amin untuk membentuk manusia Indonesia yang kompetitif dalam kompetensi dan berakhlak bermoral tinggi, KH. Makruf Amin pada periode ini akan melakukan konservasi Budaya dan globalisasi budaya.

Jika pada periode lalu fokus inprastuktur, pada periode ini, seperti ditekankan Jokowi pada awal tahun ke 4 pemerintahannya adalah fokus pada pembangunan manusia. Tak heran jika Cawapres KH. Makruf Amin berjanji pada periodenya nanti akan mengangarkan dana abadi kebudayaan, dana abadi pendidikan dan dana abadi riset.

KH. Makruf Amin juga mengatakan pada periode Jokowi-Jk telah dibentuk Bekraf (Badan ekonomi kreatif). Dan pada periodenya bersama pak Jokowi akan mendirikan Opera seperti Opera yang ada di Sidney, untuk exibisi kebudayaan kita.” Begitu kata KH. Makruf Amin sangat jelas.

Sementara menurut Sandi untuk membangun kebudayaan bangsa caranya dengan membentuk pemerintahan yang kuat sebagai katalisator kolaborasi komponen anak bangsa, seniman, dll. Pertanyaanya, pemerintahan yang kuat seperti apa yang dimaksud Sandi? Seperti era SBY? Ribuan kapal asing menjarah laut kita, menggeser-geser batas negara kita.

Ataukah seperti era Jokowi, kapal-kapal maling diledakan, mercusuar yang belasan tahun didirikan Malaysia diledakan di hari-hari pertama setelah Jokowi dilantik. Membangun pulau-pulau terdepan negara kita. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan kualitas hidup rakyat ditapal batas dengan penduduk negara tetangga diseberang batas.

Kata KH. Makruf kita punya Pela gandong, rumah bentang, dalam rangka membangun jati diri bangsa, dalam rangka membangun gotong royong. Nilai-nilai kehidupan yang bersipat personal, seperti persatuan, gotong – royong dan akhlak. Nilai kebangsaan, kemandirian ekonomi dan kedaulatan politik.

Isu tenaga kerja asing yang dituduhkan Sandi, tidak berhasil menekan KH. Makruf Amin. Cawapres 01 mengatakan tenaga kerja asing di Indonesia hanya 0.1%, proporsi terkecil diseluruh dunia. Penyerapan tenaga kerja relatif baik dengan munculnya ribuan startup, 1000 startup di Indonesia hanya butuh 4 tahun, sementara di Iran butuh 10 tahun.

Dalam pendidikan tidak ada program yang original dari Sandi, ia menyebut KJP plus, tidak lain program warisan Jokowi semasa menjadi Gubernur DKI dengan penambahan besaran yang diterima rakyat. Sementara soal guru Honorer yang disebut beberapa kali oleh Sandi, sebenarnya sudah mulai disolusi oleh Jokowi dengan proram PPPK. Dengan program ini pemerintah akan menuntaskan honorer pada 2023, memang tidak bisa langsung karena jumlahnya ratusan ribua honorer.

Rencana penghapusan ujian akhir nasional kemudian penulusuran minat dan bakat tanpa kajian menyeluruh sangat berbahaya dan membuat skill setiap peserta didik sangat terbatas, dan hasil penelusuran bakat di jenjang pendidikan dini selain berbahaya juga hasilnya akan sangat subjektif. Rencana blunder lain Sandi adalah libur sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Selain berlawanan dengan spirit puasa, menimbulkan kecemburuan agama lain, juga berdampak negatif bagi anak-anak dan remaja.

KH. Makruf Amin menanyakan sedekah putih dalam program Sandi. Ternyata mirip program di DKI, revolusi putih, pemberian susu, yang ujung-ujungnya menjadi proyek Prabowo dan adiknya Hasyim. Sementara menurut KH. Makruf Amin, untuk memcegah stunting tidak perlu sedekah putih. Karena stunting terjadi pada 1000 hari pertama, cukup denga ASI ibu. Seperti dianjurkan dalam al-Quran untuk menyusui”, Kata KH. Makruf.

Satu kata untuk uraian cawapres 01: KONGKRIT.

Sedangkan untuk Sandi, ada beberapa lagu lama yang diulang-ulang dalam debat kali ini, seperti kolaboratif, menyebut nama-nama orang, dan tentu saja Oke Oce.

Dalam semua bidang, seperti kasus stunting, dalam ekonomi dan kebudayaan, Sandi menekankan “kolaboratif”. Mungkin yang dimaksud kolaboratif, seperti di DKI, lurah, camat dan perangkatnya rame-rame ngurusi keluhan warga tanpa memberi solusi, sementara Gubernur dan Wagubnya sibuk ngotak ngatik anggaran. Menyetujui kenaikan kunker DPRD sampai 1200%, supaya tidak kritis terhadap kinerja Gubernur dan wakilnya, seperti pada periode gubernur sebelumnya.

Sandi seperti biasa menyebut banyak nama, seperti Ibu Lisa, Ananda Salsabila, Nurhayati, istrinya, dan anak-anaknya Sulaiman dll.

Sandi masih menawarkan program lama, Oke Oce, Rumah Siap Kerja. Seperti biasa, dibuatkan lapangan usaha, dicarikan modal, disiapkan pembeli. Gombalan lama yang terbukti gagal total. Di DKI asa 90.000 wirausahwan oke oce? Ngibul.

Dari awal sampai akhir KH. Makruf bukan saja memaparkan program kongkrit yang telah dan akan dijalankan Presiden Jokowi, tetapi memberi pijakan metodologis menurut usul fiqih dan fiqh untuk program-program strategis Jokowi.

Jadi kalau ingin NKRI (secara konseptual) Bersyariah, pilih Jokowi Makruf. Bukan Capres yang gak pernah solat atau cawapres yang gak bisa wudhu.

Ahmad Tsauri
17 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here