BANYAK orang mengeluh soal Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia konon dikuasai asing atau dikelola asing. Padahal mereka sadar emas, tembaga, intan, minyak dan panas bumi sesungguhnya hanya kekayaan ilusi hingga ditambang, diangkut dan atau setelah dibor dan dimanfaatkan lalu dijual.
Sebelumnya kekayaan itu hanya Ilusi. Setelah kita punya uang dan tekhonologi barulah kekayaan alam Indonesia itu nyata dan dapat dimanfaatkan.
Teknologi membutuhkan orang yang tepat untuk mengoperasionalkannya, sementara kita sebagai warga negara Indonesia belum menciptakan SDM yang dibutuhkan sebuah tekhnologi.
Menempatkan orang yang salah untuk mengoperasikan sebuah teknologi akibatnya bisa sangat fatal seperti yang terjadi di Sidorjo contohnya, semburan lumpur yang tak kunjung selesai.
Untuk membangun Mass Rapid Transpotation (MRT) kita membutuhkan ahli dari Jepang, kalau bukan ahlinya bukan terowongan Lebak Bulus menuju Condet yang ada, tapi Kota dan Condet atau Kota serta Petamburan.
Kita membutuhkan tenaga ahli diberbagai bidang yang cukup dalam kuantitas dan kualitas, jangan sebaliknya. Biasanya yang bukan ahlinya hanya pandai mengkritik dan nyinyir saja serta mengeluh dan demonstrasi yang tak kelar-kelar.
Akhirnya harus diakui potensi alam yang besar membutuhkan ahli untuk mengekplorasi dan mengekploitasinya. Kita membutuhkan ahli asing hingga Tenaga Kerja Asing (TKA) untuk mengerjakan pekerjaan yang masih asing bagi mayoritas masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: http://sbsinews.id/jacob-ereste-peraturan-presiden-no-20-tahun-2018-harus-dibatalkan/
Rugikah kita? Jawabannya tentu kita tidak rugi, kita perlu melihat potensi orang lain sebagai instrospeksi. Kita belim mempunyai ahli atau tenaga kerja yang dapat mengerjakan hal besar itu.
Mestinya kondisi ini memotivasi kita untuk belajar mempersiapkan sarana pendidikan yang berkualitas sehingga dapat mendidik banyak anak cucu kita baik sebagai ahli dan sebagai pekerja yang berkualitas.
Kita perlu memiliki sebanyak mungkin Universitas yang hadir disetiap Provinsi bahkan Kabupaten ataupun Kota sebagai sarana mengkader generasi bangsa yang unggul dari segi kualitas dan kuantitas.
Adakah kita sadari persoalan hari ini seolah begitu rumit, mengapa sedemikian rumit. Jawabannya, karena kita tidak cukup memiki kader yang bisa ditempatkan didalam ekplorasi dan eksploitasi kekayaan bumi Indonesia.
Kita lebih asyik mempersiapkan aksi demonstrasi dari pada mempersiapkan diri sebagai ahli dan sebagai pekerja yang dibutuhkan oleh sebuah sistem tekhnologi. Itulah kesalahan besar yang patut kita sesalkan.
Ditulis Oleh: Andi Naja FP Paraga