Namanya Abah Irun, kini usianya sudah 87 tahun. Dia sudah tidak bisa berjalan secara sempurna karena pernah jatuh di kamar mandi. Dia hijrah dari Garut ke Cikampek pada Tahun 1962 setelah menjadi OKD Pagar Betis saat peristiwa Pemberontakan DI/TII.
Abah Irun mengisi hari-harinya dengan berkeliling sebagai tukang cukur. Sang istri seringkali marah tiba-tiba kepadanya. Kebiasaan istrinya itu akibat gangguan psikis yang dialami karena pernah tertabrak motor.
Meski usia semakin menua, tidak membuat Abah Irun meminta-minta kepada anaknya. Tarif mencukurnya pun tidak pernah ditarget. Para pelanggan boleh membayar seikhlasnya dan itu diterimanya juga dengan sikap hati yang ikhlas.
Ini sebuah prinsip hidup yang jarang kita jumpai saat ini. Abah Irun tidak berbicara tentang agama, akan tetapi sikap hidupnya beragama.
Penulis
Dedy Mulyadi
Anggota DPR RI