SBSINews – Dalam debat capres ke-4 di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, hari Sabtu (30/3) yang bertemakan ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional, kandidat presiden oposisi Prabowo Subianto beberapa kali mempertanyakan kekuatan pertahanan RI yang dianggapnya lemah, salah satunya karena anggaran yang menurutnya terbatas.

Menurut calon presiden nomor urut 02, dalam menghadapi perang, Indonesia hanya mampu bertahan tiga hari karena keterbatasan alutsista (alat utama sistem senjata). Sebaliknya, calon presiden petahana nomor urut 01 Joko “Jokowi” Widodo menilai bahwa Prabowo tidak percaya dengan kemampuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam konteks pertahanan.

Saat menanggapi pernyataan Prabowo, Jokowi berujar, “Saya melihat, Pak Prabowo ini tidak percaya pada TNI kita. Saya yang sipil saja, saya sangat percaya pada TNI yang kita miliki, sangat percaya.”

Sebelumnya, Prabowo mengatakan bahwa Jokowi tidak mendapat informasi yang valid dari bawahannya mengenai kapasitas dan kualitas sistem pertahanan Indonesia. Namun, Jokowi menyangkal dengan menuturkan bahwa dia melihat sendiri pembangunan sistem pertahanan yang dibuat oleh TNI. “Karena misalnya yang seperti tadi saya ceritakan di Natuna, saya lihat sendiri kok dibangun-dibangun di sana, di Sorong juga sudah mulai dibangun, saya sudah cek.”

Sementara itu, situs Global Fire Power yang berfokus pada masalah-masalah militer mencatat Indonesia sebagai kekuatan pertahanan yang patut diperhitungkan di dunia. Kekuatan militer Indonesia diperkuat oleh 975.750 personel militer aktif maupun cadangan.

Tahun 2014, kekuatan militer Indonesia menempati peringkat ke-19 di dunia. Posisi itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan militer terkuat di Asia Tenggara. Militer Indonesia juga menduduki posisi ke-8 di Asia, setelah negara adidaya Rusia, China, India, Jepang, Turki, Mesir, Korea Selatan, dan Pakistan. Tahun 2019, peringkat power index Indonesia berada di peringkat ke-15 dari 60 negara di dunia, di bawah Iran, namun masih satu peringkat di atas Israel.

Situs internet yang sama melaporkan bahwa anggaran militer Indonesia mencapai USD 6,9 miliar per tahun, dengan peringkat 30 dari 133 negara. Sementara angkatan udara Indonesia dilengkapi dengan 441 pesawat, angkatan darat memiliki 418 tank tempur, 1.089 kendaraan tempur lapis baja, 117 artileri, dan 86 peluncur roket. Angkatan Laut Indonesia memiliki 221 aset angkatan laut, termasuk kapal selam, kapal perang korvet, dan kapal ranjau.

Global Fire Power juga membeberkan alasannya mengapa Indonesia termasuk dalam jajaran negara dengan kekuatan militer yang disegani dunia. Indonesia memiliki Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang masuk jajaran elit pasukan khusus kelas dunia. Discovery Military Channel edisi 2008 menempatkan Kopassus dalam tiga besar pasukan elit terbaik di dunia. Hal itu tak terlepas dari kemampuan Kopassus dalam mengalahkan pasukan elit negara lain yang terlalu bergantung pada teknologi canggih.

Selain itu, keberhasilan Kopassus juga ditunjukkan dalam sejumlah operasi. Dalam sebuah pertemuan pasukan khusus negara-negara dunia di Vienna, Austria, Kopassus menduduki peringkat kedua dalam operasi militer strategis yang meliputi intelijen, pergerakan, penyusupan, dan aksi.

Dikutip dari JPNN, status bergengsi militer Indonesia di mata dunia juga terbukti melalui kepercayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap TNI. Sejak tanggal 8 Januari 1957, TNI terlibat secara aktif dalam pasukan penjaga perdamaian PBB. TNI sudah puluhan kali mengirim Kontingen Garuda (Konga) ke berbagai negara. Saat itu, Konga I di bawah pimpinan Letkol Infanteri Hartoyo dikerahkan membantu PBB menjaga keamanan di Mesir.

Prabowo juga melontarkan argumen yang meragukan bahwa kemampuan Indonesia berperang hanya dapat bertahan selama tiga hari. Jajaran kepemimpinan TNI kemudian memberikan bukti nyata untuk membantah pernyataan itu.

Baru-baru ini, tepatnya tanggal 14 Januari 2019, dua pesawat tempur F16 milik TNI Angkatan Udara dari Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru dengan callsign Rydder Flight berhasil memaksa turun (force down) pesawat asing B-777 ET-AVN milik Ethiopian Airlines di Bandara Hang Nadim.

Pasca aksi tersebut, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meminta agar seluruh pihak yang ingin masuk wilayah udara Republik Indonesia memerhatikan perizinan. Hal itu ia sampaikan terkait penurunan paksa terhadap pesawat Ethiopian Airlines call sign ETH3728 di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, yang dipaksa turun karena tidak mengantongi Flight Clearance (FC).

“Saya tidak berkeinginan negara-negara yang masuk wilayah kita dengan bebasnya tanpa dilengkapi dokumen resmi,” ujar Hadi saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, tanggal 16 Januari 2019.

Selain itu, ia juga tidak ingin negara lain beranggapan Indonesia tidak memiliki radar untuk mendeteksi pesawat yang melanggar wilayah maupun peralatan untuk menurunkan paksa pesawat yang melanggar wilayah. Tak hanya itu, Hadi tidak ingin negara lain memandang sebelah mata terhadap Indonesia. Menurutnya, penurunan paksa terhadap pesawat Ethiopian Airlines di Batam itu merupakan peringatan bagi negara lain agar tidak melakukan kesalahan serupa. “Saya perintahkan force down supaya memberikan efek jera bahwa masuk wilayah Indonesia tanpa izin, tidak ada toleransi,” tegasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengklarifikasi pernyataannya yang dikutip secara sembrono oleh Prabowo, terkait Indonesia yang diprediksi hanya dapat bertahan selama tiga hari jika terjadi krisis keamanan, misalnya menghadapi perang.

Ryamizard menjelaskan bahwa pernyataan yang disampaikannya sekitar 10-12 tahun silam tersebut terkait kelangkaan minyak. Kelangkaan bahan bakar waktu itu menyebabkan Indonesia tidak dapat bertahan lama dalam perang.

“Itu waktu diskusi saya mungkin 10 tahun yang lalu. Pada waktu itu memang kondisi negara kelangkaan minyak, itu masalah minyak kok. Kalau kita perang besar terus-menerus waktu itu, minyak akan habis,” ujar Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, tanggal 16 Januari 2019.

Ryamizard mengatakan bahwa Indonesia sanggup untuk menjalankan perang bahkan hingga 1.000 tahun. Ryamizard meminta publik melihat secara keseluruhan pernyataannya dan tidak dipotong-potong. “Kita bisa perang berlarut, bisa 1.000 tahun kita perang, bisa. Paham ya, ini jangan dipotong-potong, 1.000 tahun kita bisa perang berlarut,” katanya, dinukil dari Tribun News.

Dalam sesi debat capres ke-4 hari Sabtu (30/3), Prabowo mengatakan bahwa jika terpilih, ia akan mendongkrak anggaran pengeluaran militer agar bisa mempersiapkan pasukan bersenjata Indonesia melawan ancaman dari luar. Sebaliknya, Jokowi memilih untuk meningkatkan kemampuan teknis militer maupun kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM). Jokowi mengatakan bahwa perang di masa depan akan menggunakan kekuatan teknologi.

Berbeda dengan argumen Prabowo yang lebih mementingkan peningkatan anggaran, dilansir dari Liputan6.com, Jokowi lebih memilih untuk meningkatkan kualitas TNI di sektor teknologi. “Ke depan perang adalah teknologi. Oleh sebab itu pembangunan alutsista (alat utama sistem senjata) dalam negeri. Jika tak mampu, perlu join produksi dengan negara lain,” tutur Jokowi.

Sementara itu, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa peningkatan anggaran Tentara Nasional Indonesia atau TNI akan disesuaikan dengan pertumbuhan pendapatan negara. Dilaporkan oleh Kabar24, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan proyeksi peningkatan anggaran TNI dalam acara Apel Danrem-Dandim Terpusat 2018 di Pusat Kesenjataan Infantri (Pussenif) Bandung, 26 November 2018. Menurutnya, ke depan, alokasi akan ditingkatkan seiring dengan peningkatan penerimaan pajak dan keadaan ekonomi Indonesia yang terus bertumbuh.

Luhut baru-baru ini juga mengatakan bahwa pemerintah tak bisa begitu saja langsung meningkatkan anggaran pertahanan. Menurutnya, keseimbangan APBN bisa goyah jika anggaran dinaikkan tanpa perhitungan.

“Itu kan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi enggak bisa dong main naikin aja, nanti goyang dong keseimbangan APBN kita,” ujar Luhut, dalam laporan Sketsa News, usai menghadiri debat pilpres hari Sabtu (30/3) malam. Lebih lanjut, Luhut menjelaskan kalau pemerintah telah meningkatkan anggaran pertahanan sekitar 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Prabowo Subianto mengatakan, kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat ini belumlah cukup memadai melindungi Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau. Dalam debat capres ke-4, Prabowo mengatakan hal itu karena anggaran militer masih terlalu kecil, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Agar TNI bisa melindungi negara, anggaran pertahanan RI perlu ditingkatkan, tegasnya.

Debat capres ke-4 yang dilaksanakan pada Sabtu kemarin (30/3) mengangkat topik tentang ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional. Dengan topik yang digadang-gadang sebagai topik yang “Prabowo banget” ini, Prabowo, sebagai calon presiden dari nomor urut 02 menyampaikan dalam salah satu sesi debat bahwa anggaran pertahanan RI terlalu sedikit. Ini membuat posisi Indonesia berpotensi dipandang lemah oleh dunia.

Menurut Prabowo, kekayaan suatu bangsa kalau tidak dijaga oleh pertahanan yang kuat, tidak mungkin akan menjadi negara yang memiliki kekuatan yang besar.

Lebih lanjut, Prabowo menambahkan “Saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah karena kita tidak punya uang. Kita harus jaga keuangan kita, harta kita saat ini tidak tinggal di Indonesia,” seperti yang dikutip dari cnbcindonesia.

Sebagai perbandingan, Prabowo menyampaikan bahwa anggaran pertahanan pemerintah Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan Singapura mengingat perbandingan jumlah penduduk dan wilayah yang dimiliki kedua negara. “Singapura anggaran pertahanannya 3 persen dari GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto). Pertahanan penting, kita lemah, Pak (Jokowi),” tuturnya.

Data riset oleh Stockholm International Peace Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa pada tahun 2017 Indonesia berada pada posisi terbawah di ASEAN dalam persentase anggaran pertahanan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dari sepuluh negara, Singapura berada pada posisi paling atas dengan persentase anggaran pertahanan sebesar 3,32 persen sementara Indonesia berada pada posisi paling bawah dengan presentase anggaran yang hanya sebesar 0,81 persen.

Data dari tahun 2017 tersebut tentu saja dapat memberikan gambaran mengenai ketertinggalan Indonesia perihal kesiapan pertahanan terlebih jika faktor seperti posisi Indonesia di dunia internasional juga menjadi pertimbangan. Tidak seperti Singapura yang memiliki wilayah yang kecil, penduduk yang sedikit, dan perjanjian kerjasama pertahanan secara langsung dengan negara lain. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari gugusan ribuan pulau dengan salah satu jumlah penduduk terbesar di dunia, dan lebih bersifat mandiri dalam urusan pertahanan.

Selain itu, Indonesia saat ini banyak mengahadapi beragam isu yang semua perlu mendapat perhatian serius seperti permasalah terorisme, perlindungan perbatasan dan wilayah laut, serta radikalisme. Indonesia juga sedang menjabat sebagai Anggota Dewan tidak tetap PBB yang dikenal keras dalam mempertahankan sikapnya dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

Melihat kondisi dimana Amerika dan Australia semakin menunjukkan sikapnya dalam permasalahan sengketa Israel-Palestina. Indonesia tidak tidak hanya sekedar perlu untuk menunjukkan kemampuannya dalam melindungi wilayah dan kedaulatan, namun juga kekuatannya di segi militer untuk dapat mempertahankan sikapnya.

Dalam konteks terkini, Indonesia telah menaikkan anggarannya hingga mencapai 4 persen dari total APBN tahun 2019. Ini berarti bahwa Indonesia telah menganggarkan dana sebesar Rp 2.461,1 triliun untuk beragam program yang berkaitan dengan pengembangan pertahanan Indonesia. Namun begitu, di sisi lain Singapura juga telah menaikkan anggaran untuk pertahanannya hingga mencapai 30 persen dari total anggaran pemerintah seperti disampaikan oleh The Strait Times.

Sebagai mantan jenderal TNI, kekhawatiran Prabowo cukup beralasan. Peraturan Menteri Pertahanan No 19/12 tentang Kebijakan Penyelarasan Minimum Essential Force Komponen Utama menyebutkan ada ancaman aktual dan potensial yang membayangi Indonesia.

Ancaman aktual tersebut di antanya terorisme, separatisme, pelanggaran di wilayah perbatasan dan pulau terluar, bencana alam, beragam kegiatan ilegal, konflik horizontal, kejahatan siber, dan kelangkaan energi. Sedangkan ancaman potensial adalah ancaman yang akan terjadi dan waktunya dapat bisa diprediksi.

Eskalasi waktu dan potensi ancaman cukup besar, seperti pemanasan global, beragam kegiatan ilegal di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), pencemaran lingkungan, pandemik, krisis finansial, agresi militer, serta kelangkaan air bersih dan pangan.

Perihal diatas tentunya patut menjadi pertimbangan dalam menuntuk arah anggaran pertahanan di Indonesia.

Kekuatan TNI Diakui Dunia, Anggaran Pertahanan RI Sudah Memadai Militer Indonesia Militer Indonesia: Seberapa Kuatkah Pertahanan RI Sebenarnya?

Dalam Debat Capres ke-4, Prabowo Subianto mengatakan, anggaran pertahanan harus ditingkatkan. Kandidat penantang di Pilpres 2019 ini mengatakan Indonesia saat ini rentan terhadap ancaman dari luar. Kandidat petahana memilih untuk fokus pada isu teknis, mengatakan perang di masa depan akan bertempur menggunakan teknologi.

Prabowo Subianto, yang menantang petahana Joko Widodo (Jokowi) dalam pertandingan ulang dari Pilpres 2014, mengatakan ia akan mendongkrak anggaran pengeluaran militer agar bisa mempersiapkan pasukan bersenjata Indonesia melawan ancaman dari luar. Jokowi memilih untuk meningkatkan kemampuan teknis militer. Jokowi mengatakan, perang dimasa depan akan dipertarungkan menggunakan kekuatan teknologi.

Kedua kandidat Pilpres 2019 itu juga memiliki pendekatan yang berbeda tentang kontrol negara terhadap pelabuhan-pelabuhan, bandara, dan sumber daya alam. Debat kali ini adalah Debat Pilpres 2019 ke-empat yang diorganisir oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta pada hari Sabtu.

Sementara tema debat capres ke-4 adalah tentang pertahanan, keamanan, dan hubungan internasional, kedua kandidat memilih untuk tidak membahas tentang investasi China dan penindasan etnis Muslim Uighur di dalam debat. Bahkan ketika mereka membicarakan peran Indonesia di Myanmar dalam menghadapi eksodus umat Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine.

Prabowo telah mengkritik upaya administrasi Jokowi untuk menarik investasi China dan ketergantungannya kepada ekonomi terbesar Asia itu dalam perdagangan. Namun di debat kemarin, dia memilih untuk tidak mengangkat isu itu dan fokus pada rendahnya bujet pertahanan Indonesia. Prabowo mengatakan Indonesia rentan terhadap serangan dari luar.

Mantan jenderal itu mengatakan bujet Indonesia hanya sekitar 0,8 persen dari pengeluaran domestik bruto, jauh lebih kecil dibandingkan dana yang dialokasikan oleh Singapura, sebesar 3 persen.

Jokowi memajukan permasalahan invetasi asing dalam proyek-proyek infrastruktur, dengan Indonesia mempertahankan mayoritas kepemilikan. Ia mengutip keberhasilan pemerintah dalam mendapatkan kontrol mayoritas dari pertambangan tembaga dan emas Grasberg dari Freeport-McMoran Inc.

“Anggaran kita terbatas kita tentu mengundang investment untuk investasi di Indonesia, dalam hal menyangkut kedaulatan tidak akan kita memberikan satu centimeter kedaulatan kita kepada yang lain,” ujar Jokowi. “Ini sesuatu yang berbeda. Ini invest yang dilakukan oleh perusahaan bukan sebagai negara.”

Prabowo yang telah berjanji untuk memangkas pajak perusahaan dan perorangan untuk mengakselerasikan pertumbuhan ekonomi, mengulangi kembali janjinya untuk menghentikan impor pangan jika terpilih. Dia juga menyalahkan kesalahan penanganan ekonomi oleh Jokowi sehingga menyebabkan tumpukan hutang dan mata uang yang lemah.

Rakyat Indonesia dapat sepenuhnya yakin bahwa militer bangsa ini cukup kuat untuk membela negara. Pertahanan RI dilindungi oleh militer Indonesia yang saat ini menduduki peringkat ke-14 di dunia dari 133 negara. Tahun 2008, Discovery Channel Military dilaporkan menempatkan Kopassus sebagai kekuatan elit terkuat ketiga di dunia.

Dalam debat pilpres ke-4 hari Sabtu (30/3) yang bertemakan ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional, kandidat presiden oposisi Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan mempertanyakan bahkan menunjukkan perasaan skeptis mengenai kekuatan pertahanan RI yang dianggapnya lemah, salah satunya karena anggaran yang menurutnya terbatas.

Kita tidak seharusnya meremehkan kekuatan pertahanan militer Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) meliputi tentara Angkatan Darat (TNI-AD), Angkatan Laut (TNI-AL) dan Angkatan Udara (TNI-AU).

Sementara tugas utama TNI adalah membela negara, TNI juga melakukan tugas-tugas non-militer lainnya seperti menyediakan tim penyelamat dalam peristiwa bencana alam, menjadi pasukan penjaga perdamaian di zona konflik, dan bahkan berkontribusi sebagai guru di wilayah perbatasan.

Berdasarkan laporan oleh GlobalFirepower.com, kekuatan militer Indonesia saat ini berada di peringkat 14 dari 133 negara. Skor indeks kekuatan TNI adalah yang tertinggi di Asia Tenggara dan menduduki posisi ke-8 di Asia, setelah negara adidaya Rusia, China, India, Jepang, Turki, Mesir, Korea Selatan, dan Pakistan. Kekuatan militer Indonesia diperkuat oleh 975.750 personel militer aktif maupun cadangan.

Situs internet yang sama melaporkan bahwa anggaran militer Indonesia mencapai USD 6,9 miliar per tahun, dengan peringkat 30 dari 133 negara. Sementara angkatan udara Indonesia dilengkapi dengan 441 pesawat, angkatan darat memiliki 418 tank tempur, 1.089 kendaraan tempur lapis baja, 117 artileri, dan 86 peluncur roket. Angkatan Laut Indonesia memiliki 221 aset angkatan laut, termasuk kapal selam, kapal perang korvet, dan kapal ranjau.

Armada Angkatan Laut dan Angkatan Udara Indonesia melakukan pertunjukan di Surabaya selama perayaan ulang tahun ke-69 Tentara Nasional Indonesia.

TNI tidak hanya dilengkapi dengan peralatan militer yang canggih, tetapi juga berusaha untuk terus melatih para personelnya dalam mencapai kemampuan militer yang tinggi. Kopassus merupkan Pasukan Khusus tentara Indonesia yang dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tinggi dan ekstrem.

Dalam salah satu pelatihan ekstrem, para personelnya dilaporkan harus merangkak dan berkamuflase di genangan lumpur, sembari dihujani peluru sungguhan. Personel Kopassus, yang menjadi anggota unit militer khusus harus dapat melakukan misi militer khusus yang memerlukan respons cepat terhadap pasukan musuh. Tahun 2008, Discovery Channel Military dilaporkan menempatkan Kopassus sebagai kekuatan elit terkuat ketiga di dunia.

Sementara itu, TNI-AD juga telah meraih berbagai prestasi penting secara internasional. Salah satu prestasi terbaru TNI-AD termasuk menjadi juara umum dalam kompetisi menembak internasional yang diselenggarakan oleh Australian Army of Skills Arms at Meeting (AASAM). Tentara Indonesia memperoleh 28 medali emas, 6 perak, dan 5 perunggu pada kompetisi bulan Mei 2017, menurut laporan Sindonews.

Faktanya, tentara Indonesia adalah juara lama kompetisi menembak yang diselenggarakan oleh AASAM sejak tahun 2008. Dalam kompetisi ini, para tentara akan secara teratur menggunakan senjata yang dibuat oleh PT. Pindad, perusahaan kendaraan lapis baja Indonesia.

Meskipun pasukan militer Indonesia jarang bertempur dalam perang, dan semoga tidak akan pernah harus teruji dalam perang sungguhan, masyarakat Indonesia dapat sepenuhnya yakin bahwa pertahanan militer Indonesia cukup kuat untuk membela negara.

Fadhila Shabrina adalah kontributor Global Indonesian Voices yang berbasis di Jakarta.

(Sumber: Mata Mata Politik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here