“Kekufuran” sebagaimana keimanan mempunyai beberapa tingkatan.
Allah SWT berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
“Innallaziina kafaruu sawaaa`un ‘alaihim a anzartahum am lam tunzir-hum laa yu`minuun”
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 6).
Menurut Imam Ja’far Shodiq as, menjawab pertanyaan Az-Zubairi tentang macam kekafiran ( al-Kufr ) menurut kitab Allah :
Kekufuran menurut kitab Allah ada lima macam :
I. Kekufuran “Penolakan” : ada dua
kelompok yaitu :
a. Kelompok yang menolak posisi
Tuhan dan menolak adanya
“Surga dan Neraka”,
b. Kelompok orang yg berkata :
“Tidak ada yg membinasakan
kami kecuali waktu”.
Mereka inilah yang termasuk kelompok “atheis”.
Allah SWT berfirman:
وَقَالُوْا مَا هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَاۤ اِلَّا الدَّهْرُ ۗ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ
“Wa qooluu maa hiya illaa hayaatunad-dun-yaa namuutu wa nahyaa wa maa yuhlikunaaa illad-dahr, wa maa lahum bizaalika min ‘ilm, in hum illaa yazhunnuun”
“Dan mereka berkata, Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.”
(QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 24).
II. Kekufuran “Pengabaian terhadap
perintah Allah”.
Allah SWT berfirman:
وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُوْنَ دِمَآءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُوْنَ اَنْفُسَكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ اَقْرَرْتُمْ وَاَنْـتُمْ تَشْهَدُوْنَ
“wa iz akhoznaa miisaaqokum laa tasfikuuna dimaaa`akum wa laa tukhrijuuna anfusakum min diyaarikum summa aqrortum wa antum tasy-haduun”
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu, Janganlah kamu menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 84).
ثُمَّ اَنْـتُمْ هٰٓ ؤُلَآ ءِ تَقْتُلُوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُوْنَ فَرِيْقًا مِّنْكُمْ مِّنْ دِيَارِهِمْ ۖ تَظٰهَرُوْنَ عَلَيْهِمْ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۗ وَاِنْ يَّأْتُوْكُمْ اُسٰرٰى تُفٰدُوْهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ اِخْرَاجُهُمْ ۗ اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَآءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْکُمْ اِلَّا خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰۤى اَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“summa antum haaa`ulaaa`i taqtuluuna anfusakum wa tukhrijuuna fariiqom mingkum min diyaarihim tazhooharuuna ‘alaihim bil-ismi wal-‘udwaan, wa iy ya`tuukum usaaroo tufaaduuhum wa huwa muharromun ‘alaikum ikhroojuhum, a fa tu`minuuna biba’dhil-kitaabi wa takfuruuna biba’dh, fa maa jazaaa`u may yaf’alu zaalika mingkum illaa khizyun fil-hayaatid-dun-yaa, wa yaumal-qiyaamati yurodduuna ilaaa asyaddil-‘azaab, wa mallohu bighoofilin ‘ammaa ta’maluun”
“Kemudian, kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka.
“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 85).
Dari ayat tersebut ternyata Allah Swt mendakwa mereka yang menentang perintah Allah Swt dengan “kekufuran”, meskipun mereka termasuk orang beriman.
3. Kekufuran “Pemungkiran”,
penolakan setelah mendapat
pengetahuan. Artinya dia
menolak eksistensi Tuhan
padahal dia tahu betul bahwa
“Dia” itu adalah kebenaran,
realitas dan dia meyakini dalam
hatinya.
Allah SWT berfirman:
وَجَحَدُوْا بِهَا وَاسْتَيْقَنَـتْهَاۤ اَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَّعُلُوًّا ۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ
“wa jahaduu bihaa wastaiqonat-haaa anfusuhum zhulmaw wa ‘uluwwaa, fanzhur kaifa kaana ‘aaqibatul-mufsidiin”
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. An-Naml 27: Ayat 14).
Allah SWT berfirman:
وَلَمَّا جَآءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ ۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ۚ فَلَمَّا جَآءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا کَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
“wa lammaa jaaa`ahum kitaabum min ‘indillaahi mushoddiqul limaa ma’ahum wa kaanuu ming qoblu yastaftihuuna ‘alallaziina kafaruu, fa lammaa jaaa`ahum maa ‘arofuu kafaruu bihii fa la’natullohi ‘alal-kaafiriin”
“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 89).
4. Kekufuran “tidak tahu berterima
kasih” kepada Allah swt.
Allah SWT berfirman:
قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْـكِتٰبِ اَنَاۡ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَ ۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ ۗ لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ ۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
qoolallazii ‘indahuu ‘ilmum minal-kitaabi ana aatiika bihii qobla ay yartadda ilaika thorfuk, fa lammaa ro`aahu mustaqirron ‘indahuu qoola haazaa min fadhli robbii, liyabluwaniii a asykuru am akfur, wa man syakaro fa innamaa yasykuru linafsih, wa mang kafaro fa inna robbii ghoniyyung kariim
“Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.”
(QS. An-Naml 27: Ayat 40)
Allah SWT berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
wa iz ta`azzana robbukum la`in syakartum la`aziidannakum wa la`ing kafartum inna ‘azaabii lasyadiid
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Allah SWT berfirman:
فَاذْكُرُوْنِيْۤ اَذْكُرْكُمْ وَاشْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
fazkuruuniii azkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 152 ).
Dalam ayat-ayat di atas Allah menyebut “kafir” untuk orang yang tidak tahu berterima kasih atau tidak berterima kasih kepada Allah atas karunia-Nya.
5. Kekufuran “penyangkalan” : “Allah
menggambarkan bagaimana
sikap Iblis yang “menyangkal”
terhadap manusia di hari
Kebangkitan,
Allah SWT berfirman:
وَقَالَ الشَّيْطٰنُ لَـمَّا قُضِيَ الْاَمْرُ اِنَّ اللّٰهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَـقِّ وَوَعَدْتُّكُمْ فَاَخْلَفْتُكُمْ ۗ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِّنْ سُلْطٰنٍ اِلَّاۤ اَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِيْ ۚ فَلَا تَلُوْمُوْنِيْ وَلُوْمُوْۤا اَنْفُسَكُمْ ۗ مَاۤ اَنَاۡ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَاۤ اَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۗ اِنِّيْ كَفَرْتُ بِمَاۤ اَشْرَكْتُمُوْنِ مِنْ قَبْلُ ۗ اِنَّ الظّٰلِمِيْنَ لَهُمْ عَذَابٌ اَ لِيْمٌ
“wa qoolasy-syaithoonu lammaa qudhiyal-amru innalloha wa’adakum wa’dal-haqqi wa wa’attukum fa akhlaftukum, wa maa kaana liya ‘alaikum min sulthoonin illaaa an da’autukum fastajabtum lii, fa laa taluumuunii wa luumuuu anfusakum, maaa ana bimushrikhikum wa maaa antum bimushrikhiyy, innii kafartu bimaaa asyroktumuuni ming qobl, innazh-zhoolimiina lahum ‘azaabun aliim”
“Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu menyekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.”
( QS. Ibrahim 14: Ayat 22 )
Sikap penyangkalan orang-orang terhadap yang lainnya di Hari Kebangkitan :
Allah SWT berfirman:
وَقَالَ اِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًا ۙ مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَّيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۖ وَّمَأْوٰٮكُمُ النَّارُ وَمَا لَـكُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ
“wa qoola innamattakhoztum min duunillaahi ausaanam mawaddata bainikum fil-hayaatid-dun-yaa, summa yaumal-qiyaamati yakfuru ba’dhukum biba’dhiw wa yal’anu ba’dhukum ba’dhow wa ma`waakumun-naaru wa maa lakum min naashiriin”
“Dan dia (Ibrahim) berkata, Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan di dunia, kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.”
(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 25).
Tafsir Al Mizan.