Oleh : Andi Naja FP Paraga

Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara memang sedang berbenah sejak PT PELINDO berubah menjadi Internasional Port Center (IPC). Pelabuhan Sunda Kelapa yang ratusan tahun memang disebut pelabuhan rakyat itu sepertinya akan disulap oleh IPC menjadi Pelabuhan Modern.

Beberapa bangunan yang berfungsi sebagai Kantor Pengusaha Pelayaran Rakyat dengan jenis armada perahu sudah digusur rata dengan tanah namun belum terlihat ada penggantinya.

Kantor Polsek Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kantor Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat(KTKBM) sudah digusur dan dibuatkan yang baru dekat dengan Gerbang bagian timur yang dahulunya berada ditengah pelabuhan.

Namun yang tidak pernah berhenti menjadi perdebatan adalah rencana IPC menggeser tempat Masjid Al Bahrain satu – satunya masjid yang ada ditengah – tengah pelabuhan.

Menurut tokoh – tokoh sepuh di pelabuhan dahulu masjid itu dibangun atas inisiatif pengusaha, Nakhoda dan anak buah perahu agar tersedia tempat ibadah di pelabuhan tersebut.

Masjid yg berdirinya diresmikan oleh Tjokroponolo salah satu Gubernur DKI Jakarta era orde baru itu puluhan tahun silam segera akan diratakan dengan tanah dan akan berganti menjadi Terminal Kontainer melengkapi kebutuhan tempat kontainer yang masih dirasa kurang.

Masjid yang baru pengganti masjid Al bahrain ini memang tengah disiapkan dengan managemen yang sama. Artinya mesjid yang sudah digubakan cukup lama itu tidak lama akan menjadi kenangan.

Tentu sebagai Pengelola Pelabuhan pihak IPC sudah melakukan sejumlah langkah termasuk kepada pihak Dewan Pengurus Pusat Pelayaran Rakyat(DPP PELRA) sebagai pihak yang berkontribusi besar membangun masjid Al Bahrain tersebut karena dahulupun ketika IPC masih bernama PERUM PELABUHAN lalu menjadi PT PELINDO II Cabang Sunda Kelapa senantiasa melakukan koordinasi dan kerjasama terkait persoalan pemakmuran Masjid Al Bahrain.

Rasanya Syahbandar selaku perwakilan Pemerintah Kementerian Perhubungan yang memiliki otoritas atas nama negara sudah turut memberikan pertimbangan. Mustahil IPC berani mengambil kebijakan sendiri tanpa persetujuan pihak pihak yang memiliki kewenangan di Pelabuhan tertua tersebut.

Namun ternyata suara – suara tak setuju akan kebijakan ini pun tak bisa dibendung bahkan menurut salah satu tokoh PELRA asal Pelabuhan Cirebon yang saat kemarin bertemu dengan kami di Pelabuhan Sunda Kelapa berkata, Kalau saya Ketua Umum DPP PELRA saya akan tolak kebijakan ini dan saya akan pertahankan masjid ini tetap berada ditempatnya.

Beliau pun mengeluhkan sejumlah hal terkait kebijakan ini termasuk sulitnya di jangkau oleh ABK(P) untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Bahkan beliau mengkhawatirkan akan muncul protes seperti protes masyarakat saat rencana penggusuran Maqm Mbak Periok beberapa tahun silam di Tanjung Priok. “Tentu kita tidak menghendaki hal seperti itu” tambahnya.

Pembangunan Pelabuhan Sunda Kelapa oleh IPC memang patut diapresiasi namun rasanya banyak rasa yang mulai hilang sejak IPC memegang Pelabuhan ini termasuk menurun drastis jumlah armada perahu(PINISHI) karena pengusaha pemilik barang lebih memilih KAPAL BESI sebagai alat angkutan yang secara perlahan mulai mendominasi Pelabuhan Sunda Kelapa.

Jika hal ini berlangsung terus menerus maka tidak akan lama lagi bangsa indonesi akan kehilangan alat angkutan laut tradisional yang pernah berjaya sejak era Kerajaan Nusantara Sriwijaya hingga memasuki era Tahun 1990-an dan tentu hal ini bukan persoalan yang ringan bagi bangsa ini khususnya bagi pelaut nusantara yang mencintai phinisi.( ANFPP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here