Ini merupakan pemimpin Katolik pertama yang menginjakkan kaki di Jazirah Arab
SBSINews – Awal tahun ini ditandai Paus Fransiskus dengan melakukan suatu kunjungan bersejarah. Pemimpin Agama Katolik itu menjadi yang pertama yang menjejakkan kakinya di Jazirah Arab, yang juga dikenal sebagai tempat lahirnya agama Islam.
Pesawat yang ditumpangi Paus telah mendarat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab saat ini, dan akan berada di sana selama 48 jam ke depan untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah ulama Islam serta hadir dalam pertemuan terbuka yang bakal diikuti setidaknya 135 ribu orang.
Seperti dikutip dari AFP, di Uni Emirat Arab sendiri saat ini diperkirakan ada sekitar 2,6 juta warga yang menganut keyakinan Katolik, mayoritas adalah ekspatriat di sana.
Setelah tiba di Abu Dhabi, pada Senin (4/2), Paus Fransiskus dijadwalkan menggelar pertemuan dengan Imam Al-Azhar, Sheikh Ahmed al-Tayeb. Selanjutnya, keesokan harinya sebelum terbang kembali ke Vatikan, Paus akan memimpin pertemuan terbuka.
“Ketika saya tahu bahwa Paus akan mengunjungi Abu Dhabi, kami tak ingin melewatkan kesempatan untuk menjadi saksinya,” kata Collins Cochet Ryan, 39, keturunan Amerika Serikat, MInggu (3/2).
Kedatangan Paus ke Abu Dhabi sendiri tak lepas dengan situasi militer yang tengah terjadi di Yaman, juga untuk membangun diplomasi dengan Qatar. Sebelum terbang ke Yaman, Paus pun sempat melontarkan komentarnya tentang situasi yang terjadi di Yaman saat ini.
Paus Fransiskus mengatakan dirinya pun mengikuti krisis kemanusiaan di Yaman dengan penuh kekhawatiran dan mendesak semua pihak untuk menghormati semua perjanjian internasional yang sudah disepakati dan menjamin makanan sampai ke rakyat Yaman yang menderita.
“Jumlah penduduk berkurang akibat konflik yang berkepanjangan dan banyak anak-anak menderita kelaparan tetapi mereka tidak dapat mencapai persediaan makanan. Tangisan anak-anak ini dan orang tua mereka sampai ke Tuhan,” kata Paus.
UAE telah memainkan peran menonjol dalam koalisi militer pimpinan Arab Saudi dalam berperang melawan gerakan Al-Houthi –yang bersekutu dengan Iran– hampir selama empat tahun di Yaman. Konflik di negara itu telah mendorong negara termiskin di Jazirah Arab itu ke jurang kelaparan.