Salah satu catatan Ayatullah Ali Khemenei
yang bertajuk “Jasa Ahmad Soekarno”, menceritakan tentang pengalamannya ketika berada satu sel dengan Abolhasan Bani Sadr (Presiden Pertama Iran Pasca Revolsi 1979). Saat itu rezim Reza Phahlevi secara brutal membungkam anasir-anasir progresif di Iran.
Dalam Peristiwa yang berlangsung pada tahun 1974 tersebut, berdebatlah Ayatullah Ali Khemenei dengan Abolhasan Bani Sadr tentang corak negara Iran yang dicita-citakan. Dalam diskusi yang khidmat ini muncullah nama “Indonesia, Pancasila, dan Soekarno” sebagai rujukan yang mereka jadikan pedoman dalam mendirikan (kembali) negara Iran pasca Reza Phahlevi.
Pada awalnya Abolhasan Bani Sadr yang berlatar belakang Partai Ba’ats mempresentasikan Indonesia sebagai negara sosialis tanpa dasar agama sebagai pilar, tetapi juga tidak mengacu pada liberalisme ala Barat. Mendengar paparan koleganya tersebut, Rahbar (sebutan pouler Ali Khemenei di Iran) menjawab, “Anda salah. Bahwa Soekarno memang betul bapak humanisme sosialis, tapi Soekarno bukanlah seorang komunis dan negara beliau tidak berdasarkan agama, tapi negara beliau berdasarkan ketuhanan dimana semua manusia wajib bertuhan sebagai dasar kebangsaan. Tanpa dasar ketuhanan itu manusia bagaikan robot yang tidak bisa hidup dengan merdeka.”
Setelah itu Ayatullah menyampaikan kepada Abolhasan Bani Sadr bahwa dirinya memiliki koleksi buku-buku tentang Pancasila dan akan dengan senang hati meminjamkannya kepada Abolhasan Bani Sadr setelah mereka keluar dari penjara.
Setelah rezim Reza Phahlevi berhasil digulingkan, Abolhasan Bani Sadr terpilih sebagai presiden pertama di Iran pasca revolusi, dia salah satu inisiator yang membentuk negara Iran sebagai negara yang bedasar humanisme agama.
Hari ini, 37 tahun pasca revolusi, belum pernah terjadi gesekan antar agama, baik agama Zoroaster, Yahudi, Nasrani, Baha’i maupun Islam Sunni dan Syi’ah. Bahkan dalam konstitusi Iran, agama-agama minoritas tersebut memiliki perwakilan di parlemen Iran seperti utusan golongan pada era Pemerintahan Soekarno. Semua agama, semua golongan diberikan kesempatan dan ruang untuk sama-sama membangun Negara Iran yang berbasis humanisme agama. Begitulah kisah Pancasila di tanah Persia.
Sumber : empatpilarmpr.com