Oleh : @Sabar Mangadoe Tambunan

Di luar sana, publik sedang ramai membicarakan revolusi teknologi 4.0. Senin 21 Januari 2019, Kantor Perdana Menteri Jepang secara resmi meluncurkan ” Society 5.0″.

Society 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia ( human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh Jepang.

Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari Revolusi Industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan ( artificial intelligence) akan mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan ( the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan.

Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Manusia yang lebih bermoral, ber-etika ber-etiket, serta memiliki etos kerja yang tinggi.

Indonesia masih sibuk membangun KETAKUTAN akan perkembangan teknologi, Jepang malah membangun OPTIMISME dan SOLUSI agar tak perlu takut pada teknologi. Teknologi bukan untuk ditakuti tetapi untuk dikuasai dan dimanfaatkan sebesar – besarnya untuk kebahagian dan kemakmuran umat manusia.

Kita harus mampu membangun opitimisme, bukan membangun ketakutan. Kawan – kawan Kita harus mampu mendorong guru agar anak didiknya melahirkan ide dan daya kritis, bukan sekedar menjawab pertanyaan berbasis hafalan. Terkait pendidikan karakter, pendidikan karakter bukan untuk diajarkan dan dimasukkan dalam kurikulum tetapi pendidikan karakter adalah keteladanan dan melalui atau dalam praksis, aksi refleksi kehidupan sehari – hari.

Ayo bergerak membangun OPTIMISME menuju “Society 5.0” bukan membangun KETAKUTAN “industri 4.0”

Butuh Stategi Kebudayaan

Bila kita bicara Human Centered itu sesungguhnya adalah bicara tentang KEBUDAYAAN kok.

Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang di beri kemampuan Akal & Budi untuk membangun peradabannya sendiri. manusia adalah mahluk mulia yang berbudaya. Beda dengan mahluk binatang atau mahluk-mahluk lainnya.

Jadi kalau pembangunan berbasis _Human Centered_, maka harus berangkat dan berakar kokoh dari budaya suku-suku dan bangsa masing-masing.

Bangsa & Negara Jepang dan beberapa Negara tertentu lainnya seperti Jerman, Yahudi, Tiongkok tentunya siap untuk ini.. membangun Society 5.0

BAGAIMANA DENGAN INDONESIA ??

KONSEP-STRATEGI-IMPLENTASI Gerakab Daulat Desa adalah solusi untuk Indonesia dalam membangun diatasnya Society 5.0 yang digagas oleh Jepang itu. Sebagai Pra – Kondisi ataupun sebagai PONDASI berupa infrastrustur sosial dasar dari apapun yg akan atau ingin kita bangun di atasnya. Yaitu Society 5.0 for Indonesia.

Kita mulai dengan mengajak dan mendampingi orang – orang desa agar mengorgisir dirinya sendiri secara efektif. Warga tiap desa mendirikan sebuah ormas baru yang berbadan hukum masing-masing, yang dinamakan Daulat Desa ditambah nama desa masing-masing. Yang kemudian ormas-ormas Daulat Desa ini berhimpun dan berkordinasi serta bersinergi saling empati, musyawarah untuk mufakat dan kerja-kerja Gotong Royong ke tingkat lebih besar lagi. Yaitu di tingkat kecamatan, lalu kabupaten, lalu propinsi. Dan pada akhirnya terbentuk terbangunlah himpunan besar dari 75.000an Daulat Desa.

Berhimpun, berkordinasi serta bersinergi secara nasional membangun kedaulatan orang-orang desa, yaitu kedaulatan rakyat yang dimulai dari desa dan orang-orang desa kita.

Kata Presiden Jokowi terdapat 714 Suku milik bangsa Indonesia kita ini. Bhinneka Tunggal Ika. Dan 714 budaya suku ini hidup di 75.000an desa kita.

Yang pada saatnya akan terus bertumbuh berkembang secara praksis menjadi sebuah arak-arakan gerakan kebudayaan bangsa Indonesia. Sebuah strategi kebudayaan menuju Society 5.0 for Indonesia seperti yang dimaksud oleh gagasan bangsa dan negara Jepang diatas

Sinergi Nawacita No. 3 dan Gerakan Daulat Desa

Konsep – Strategi – Implementasi Gerakan Daulat Desa tentang membangun kedaulatan rakyat yang dimulai dari desa ini benar – benar sejalan dengan Kebijakan Presiden Jokowi dalam peride pertamanya. Yaitu perubahan orientasi pembangunan seperti yang tercantum dalam Nawacita nomor 3. Yaitu membangun dari daerah, pesisir dan daerah tertinggal.

Dan bila Jokowi terpilih menjadi Presiden lagi, GDD yakin sekali bahwa kebijakan pembangunan desa akan dilipat-gandakan beliau. Dan ini seiring dengan kebijakan peningkatan kwalitas sumber daya manusia besar-besaran, termasuk tentunya bagi orang-orang desa yang tinggal di 75.000 – an desa kita.

Akhir kata, mari Kita semua rame-rame pergi ke TPS pada hari Rabu 17 April 2019 nanti.

Cek segera apakah namamu sudah terdaftar di Daftar Pemilih Tetap ( DPT).

Bila belum, daftarlah segera ke KPUD setempat sesuai KTPmu untuk dimasukkan ke Daftar Pemilih Tetap Tambahan (DPT-Tb) dengan batas waktu 18 Maret 2019.

Cobloslah sesuai hati nurani dan pikiranmu sendiri. Jangan memilih karena pengaruh HOAX. Pengaruh berita-berita yang sengaja untuk menipumu. Penebar Hoax adalah Penipu Rakyat. Mereka lebih jahat dari bandar narkoba, koruptor besar, Mereka jahat luar biasa, siapapun mereka-mereka ini.

Salam Daulat Desa!
Merdekaa.. !!

@Sabar Mangadoe
Pendiri Yayasan Gerakan Kebajikan Pancasila ( Y-GKP) dan Inisiator dari Gerakan Daulat Desa (GDD)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here