Oleh : Andi Naja FP Paraga
Titik simpul dari Ajaran Agama yang begitu luas dan dalam adalah akhlak atau dalam bahasa keseharian kita yaitu moral atau budi pekerti.
Setidaknya jika dikembangkan akhlak itu terbagi dan tertuju untuk Tuhan, sesama manusia dan lingkungan hidup baik dengan hewan, tumbuh-tumbuhan bahkan makhluk untuk seluruh makhluk hidup dan makhluk mati.
Persoalan akhlak sesungguhnya hasil dari mendalami memahami dan menghayati nilai nilai moral yang ada. Pengamalan nilai-nilai moral itulah yang dimaknai sebagai akhlak.
Izinkan kami mengatakan diatas semua ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh bangsa jin dan manusia adalah akhlak diatas segala-galanya.
Orang yang berilmu pengetahuan tinggi jika tidak berakhlak maka dia tidak lebih dari seeokor hewan yang cerdas saja. Jin dan manusia seketika berjuluk syaithon atau setan ketika ia tidak berakhlak.
Mengapa demikian ? Orang yang berakhlak pasti mengedepankan kejernihan aqal dan fikirannya dan menekan syahwat sedalam-dalamnya agar tak mempengaruhi aqal dan fikirannya.
Gelar yang diperoleh karena ilmu pengetahuan baik yang diberikan oleh lembaga pendidikan dan lembaga yang ada di masyarakat tradisional tidak menjamin sejalan dengan akhlak budi pekerti seseorang.
Memang banyak fakta yang bisa dijadikan contoh dan fakta-fakta itu ada di sekitar kita bahkan sudah menjadi pemahaman umum bahkan masyarakat di sekitar kita memiliki catatan dan rekam jejak akhlak itu dari zaman ke zaman.
Catatan masyarakat hari ini akan diwariskan kepada generasi berikutnya bahkan begitulah seterusnya dan selamanya.
Sesungguhnya hati sanubari kita menangis ketika terdengar seseorang berkata : duh sayang sekali berpendidikan tinggi tapi pemarah, pembohong, terhadap saudara, tetangga hingga temannya.
Duh sayang sekali sudah bergelar Kyai, Ustadz bahkan berkali-kali berhaji mendekat bahkan mencium baitullah tapi malah suka membicarakan keburukan orang, menfitnah bahkan merendahkan sesamanya.
Belum lagi jika media massa dan media sosial memberitakan mereka terlibat tindak pidana korupsi, berselingkuh, pecandu narkotika, menipu dana haji serta umroh hingga di seret ke meja hijau lalu mendekam bertahun-tahun di hotel prodeo, betapa memalukan.
Tidak hanya mempermalukan diri dan keluarga besarnya bahkan turut mempermalukan lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat yang memberinya gelar kehormatan.
Karena itu dalam setiap ajaran agama sangat ditekankan akhlak budi pekerti bahkan agama memesankan “mendahulukan akhlak” daripada semua gelar yang kita punyai. Mendahulukan akhlak didepan kecerdasan dan kepandaian kita.
Jika meletakkan Akhlak dibelakang pastilah kecerdasan, kepiawaian hanya barang yang tak memberi kesan apalagi makna. Jika akhlak diletakkan dibelakang yakinlah pasti muncul istilah ” Menyesal selalu datang terlamat” atau istilah lain ” Gara-gara nila setitik rusaklah susu sebelanga“. Sungguh malang dan sangat disayangkan karena “Sesal kemudian tiada berguna”. Begitu kata pepatah.
Di Panggung Dunia tidak boleh dianggap “Panggung Sandiwara” kecuali kita memang hidup sebagai pemain teater atau pemain film. Namun kebiasaan bersandiwara justru selalu ada dalam keseharian kita dari sandiwara cinta hingga sandiwara politik. Tetapi sadarkah mereka bahwa sandiwara yang diperaktekan di alam nyata dalam kehidupan sehari hari itu justru dinilai oleh sesama manusia.
” Hari ini berkata A besok berubah B, hari ini memuji seseorang besok berubah hingga dicaci maki. Itulah yang dikonsumsi oleh publik tentang kita.
Sunggub perlu direnungkan kembali betapa pentingnya berakhlak dan mendahulukannya dalam kehidupan kita karena memang faktanya persoalan akhlak seolah bukan persoalan penting.
Misalnya saja betapa banyak orang yang menyampaikan kalimat “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” kepada seseorang tapi setelah itu justru marah – marah, menghina, mencaci maki bahkan ada yang sampai menzalimi kawannya padahal baru saja mendoakannya dengan Kalimat Salam yang agung.
Belum lagi ketika salam yg Agung itu diucapkan mengawali khutbah atau ceramah tapi isi kgutbah dan ceramahnya justru menyebar kebencian, membagi kebohongan hingga menghakimi orang lain diatas mimbar -mimbar yang mulia.
Mari kembalikan akhlak kita sebagaimana yang diinginkan Tuhan Yang Maha berakhlak, sebagaimana yang dicontohkan utusan-utusanNYA yang sangat berakhlak agar tercipta keharuman dan kedamaian diantara kita dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya(20/10/18)