JAKARTA SBSINEWS – Jumat (19/10) SBSINEWS kedatangan tamu dari Jawa Tengan yaitu Hadi Santoso, Kooordinator SBSI Jawa Tengan. Dalam kesempatan itu SBSINEWS berusahaan sedikit mengorek kegiatan Korwil yang memiliki nama lengkap Hadi Sntoso Yahya.
Hadi (sapaan Korwil Jateng) menjelaskan bahwa Dia aktif di SBSI sejak Rakernas SBSi pada tahun 2017, atau kurang lebih baru aktif dua tahun, hal ini kerena sering melihat kondisi buruh yang perlu didiorganisir, buruh sering terjolimi. SBSI hadir menjadi jembatan untuk memperjuangkan hak – buruh yang terabaika. Indonesia mayoritasnya buruh, mereka adalah kaum Marhaen
Sebelum aktif di SBSI Hadi sempat aktif di Nadhatul Ulama (NU) yaitu sebagai Wakil Ketua NU Banjarnegara, Ketua DPC Serikat Petani Indonesia (SPI) Banjar Negara, pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Pengurus Keluarga Besar Marhaenis Banjar Negara, setidaknya ada delapan organisasi yang pernah digelutinya.
Pada awal bergabung dengan SBSI, Jawa Tengah tidak ada pergerakan SBSI Jawa Tengah.
“ Pada awalnya terbentuklah 24 DPC , dari jumlah tersebut 10 DPC dibuatkan SK tetapi kemudian yang aktif hanya tiga DPC, dari jumlah itu mulai dilakukan konsolidasi, rekrutmen dan advokasi,” tutur Hadi.
Lanjut Hadi,” dari kegiatan – kegiatan organisasi yang dilakukan belum ada yang terbentuk dengan baik, beberapa minggu lalu kita baru merekrut Persatuan Pendidik Indonesia (PPI) Jateng dengan anggota sekitar 300 orang yang kita arahkan manjadi satu federasi yaitu FPASN. Selain itu kita juga sedang merekrut tenaga penyuluh pertanian (PPL) Jateng, baru 23 orang dan baru kita kasi SK mandate.”
Korwil Jawa tengah juga sedang merekrut (TSKS) Tenaga Sukarela Kemensos. Mangenai buruh industri, Hadi mnyatakan bahwa sangat berpotensi untuk direkrut, tetapi mengalami kesulitan karena rata – rata di pabrik yang lama sudah ada serikatnya , maka pengurus Jawa Tengan dalam perekrutan lebih memilih pabrik yang baru berdiri. Mereka sekarang sedang melakukan sosialisasi di beberapa perusahaan yang baru berdiri. Seperti di lakukan di Purbalingga yaitu PT. Sarasi Gaya Busana. Sudah 18 orang yang di rekrut.
Manajemen perusahaan sering mempersulit, mereka menolak (resisten) terhadap serikat. Mereka juga menakut – nakuti buruh agar tidak berserikat. Ini jalan keluarnya adalah pelan – pelan person to person kita dekati dan kita edukasi supaha paham hak dan kewajibannya sesuai undang – undang sehingga tidak takut. Buruh yang direkrut dikonsolidasi biar solit sebagai anggota dan merasakan pentingnya kehadiran SBSI
Hadi juga menyatakan sering berkoordinasi dengan DPP agar kegitannya terdata, terkonsolidasi dengan baik dalam hal adminitrasi.
“ DPP sering mita data, yang kita lakukan adalah semampu kita dengan semaksimal mungkin, di dunia serikat buruh ini kami tergolong baru, jadi masih berjalan lamban karena kami baru, tetapi akan selalu berusaha dan berkoordinasi,” lanjut Hadi. (SM)